Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Catatan Perjalanan ke Kawah Berwarna Kelimutu, Flores

12 Oktober 2022   17:01 Diperbarui: 30 Oktober 2022   15:40 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selat Ombai jelang masuk pelabuhan Ende. Foto : Parlin Pakpahan.

10 jam di Selat Ombai luar biasa. Angin berhembus sedang-sedang saja. Cuaca pun mendukung ketika itu. Laut dari semula berwarna biru semakin ke tengah semakin hitam. Pertanda Selat Ombai memang dalam. 

Di tengah keramaian penumpang saya tertarik dengan satu momen dimana terdengar percakapan 2 orang anak muda yang nangkring di atas truk yang sarat muatan.

Keduanya berbincang. "Ee kitorang tadi sonde pamitan deng kawan-kawan kita di Tenau," kata yang lebih muda. "Mereka bukan NTT. Kitorang tadi yang angkut barang-barang berat ke kapal. Mereka tidak tahu kitorang NTT berurat besi dan batulang baja. He He .."

Kedua anak muda itu, termasuk saya, ngakak terbahak-bahak. Boleh jadi seperti itu, sebab saya turut menyaksikan betapa kuatnya kedua anak muda itu memondong barang-barang berat ke kapal.

Penulis (mobil putih) saat di atas Ferry Tenau-Ende. Foto : Parlin Pakpahan.
Penulis (mobil putih) saat di atas Ferry Tenau-Ende. Foto : Parlin Pakpahan.

Hari pun sore jelang malam ketika kapal merapat ke Pelabuhan Ende yang ternyata jauh lebih kecil dibandingkan Pelabuhan Tenau. Angin kencang menderu-deru. 

Kapten Kapal Ferry semula enggan merapat di pelabuhan Ende, karena ombak masih besar dan bisa mengguncang tangga penyeberangan dari kapal ferry ke darat. Tapi karena ombak tak juga kunjung reda, akhirnya sang Kapten yang adalah alumnus P3B (Pendidikan Perwira Pelayaran Besar) Semarang itu memutuskan untuk merapat dan menurunkan tangga. 

Begitu keluar dari perut ferry, mobil kemudian saya pacu mencari penginapan di Ende. Setelah menelisik satu per satu, akhirnya pilihan jatuh pada sebuah Homestay yang dikelola oleh Abdullah seorang Arab Ende persis di jantung kota Ende.

Cukup semalam di homestay yang bersih dan apik serta harga terjangkau itu, sayapun atas arahan bung Abdullah dimotivasi untuk mengunjungi obyek wisata Kawah Kelimutu yang adalah salah satu dari sekian banyak pemandangan alam yang mempesona di Indonesia. Asal tau, Obyek Wisata Alam yang satu ini sudah dikunjungi turis sejak zaman Belanda.

Undakan menuju kawah berwarna Kelimutu yang sudah diperkeras sekarang. Foto : astinsoekanto.com
Undakan menuju kawah berwarna Kelimutu yang sudah diperkeras sekarang. Foto : astinsoekanto.com

Saya pun mulai menulis catatan penting selama bermalam di homestay Abdullah dan disambung keesokan harinya ketika bermobil ke Moni di pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun