Gorbachev sendiri menahan diri untuk tidak berkomentar secara terbuka tentang perang tersebut, tetapi berpendapat pada tahun 2016, 2 tahun setelah Krimea dianeksasi Rusia, bahwa ketegangan di Eropa adalah kesalahan dari kecenderungan Kyiv terhadap Nato. Konflik ini bukan buatan Rusia. Ini berakar di Ukraina sendiri, demikian Gorbachev.
Di era Vladimir Putin, Gorbachev - sampai akhir hayatnya baru saja - berusaha untuk berjalan dengan hati-hati antara mendorong reformasi dan menjaga fondasinya di sisi kanan rezim. Menulis pada tahun 2016, Gorbachev dengan cekatan mencatat bahwa ada lagi perasaan besar di Rusia tentang perlunya perubahan di tengah kemunduran kembali ke otoritarianisme. Namun, dia memihak Moskow ketika ketegangan meningkat dengan Ukraina. (lih time.com https://tinyurl.com/2zecnozy).
Nama Gorbachev boleh saja menjulang tinggi di dunia barat, tapi di dalam negeri, dia akan ditetap dikenang sebagai tokoh yang menghancurkan kebesaran Rusia di bawah bendera Uni Soviet yang terbentang maha luas di 11 zona waktu dunia. Putinlah sekarang yang berkesempatan emas untuk mengubah tatanan global pasca perang Ukraina agar kubu sosialisme dan kubu kapitalisme menemukan titik equilibrium yang baru.
Kedua sistem tersebut sesungguhnya sudah mix. Tak ada itu pseudo-demokrasi kalaulah kapitalisme dan sosialisme yang sama-sama demokrasi menyadari bahwa sesungguhnya setiap sistem itu menganut welfare states. Kalaupun timbul konflik menghancurkan seperti sekarang di teater Eropa, itu hanya soal dominasi saja dengan menafikan kebesaran sistem pihak lainnya.
Kali ini pemimpin barat yang keblinger di bawah AS bisa merasakan rugi besar di Ukraina setelah babakan Afghanistan baru saja berakhir kemarin. Mau bertindak lebih jauh ke halaman depan Rusia di Ukraina, lha mereka baru sadar Rusia itu adalah kekuatan super untuk persenjataan nuklir dunia. Mau coba.
Bagaimanapun itu selamat jalan tokoh penghancur Tembok Berlin Mikhail Gorbachev. Dan Kionghi buat Presiden Vladimir Putin yang sudah mengajari barat tentang geopolitik baru yang dibutuhkan dunia ke depan ini yi kesetaraan tanpa dominasi apalagi gun boat policy seperti tempo doeloe.
Joyogrand, Malang, Sat', Sept' 03, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H