Karya Karsten sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial terbaik di zaman Hindia Belanda. Legacy itu seperti jaringan jalan dan taman kota dan bangunan-bangunan tempo doeloe lainnya masih bisa dilihat sampai sekarang.
Bouwplan I sampai dengan IV dikerjakan mulai dari rintisan hingga pengembangannya sepanjang abad 19. Bouwplan V mulai dilaksanakan tahun 1924 sebagai pemenuhan kebutuhan perumahan bagi warga Eropa dengan luas 16.768 meter persegi.
Pembangunan Bouwplan V mulai dari Setasiun KA Kotabaru (sekarang Jln Trunojoyo) menuju Daendels Boulevard (sekarang Jalan Kertanegara), ke arah barat menuju kawasan Kajoetangan hingga Jalan Semeru dan berakhir di Taman Semeru.
Bouwplan V menghasilkan sejumlah bangunan ikonik, diantaranya bangunan tempo doeloe di perempatan Rajabali, Stadion Gajayana, Lapangan Hoki, Club House hingga Idjen Boulevard sebagai jalan utama Bouwplan V. (lih https://tinyurl.com/2m75zc95). Â Â
Wilayah Kajoetangan Heritage sendiri di sepanjang Jln Basuki Rahmat adalah hasil dari perencanaan semasa pemerintahan Belanda dalam Bouwplan V.
Alun-Alun Tugu Malang yang tepat di depan Gedung Balai Kota Malang. Lokasi tersebut masuk pada Bouwplan II yang dilaksanakan tahun 1920 silam dengan luas 15.547 meter persegi.
Bouwplan II tersebut melahirkan kawasan Gouverneur-Generaalburt yang kemudian menjadi pusat aktivitas pemerintahan dengan dibangunnya gedung Balai Kota Malang, Hotel Splendid, Sekolah HBS/AMS yang saat ini menjadi SMA Negeri I, II, III dan IV di kawasan Alun-Alun Tugu Malang.
Bouwplan VI, VII dan VIII adalah finishing dari totalitas perencanaan kota Malang oleh arsitek Belanda. Pada intinya master plan Hindia Belanda itu adalah pembelajaran bagi kita agar berwawasan jauh ke depan dalam pengembangan sebuah kota.Â
Semua dampak pertumbuhan kota sudah diperhitungkan. Malang adalah kota sejuk di ketinggian yang harus dijaga keseimbangannya dengan alam pegunungan yang melingkarinya, mulai dari Gunung Ijen, Bromo, Arjuno, Panderman dan Kawi.