Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dirgahayu 102 Tahun ITB Bandung

5 Juli 2022   19:19 Diperbarui: 5 Juli 2022   19:22 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Me and my daughter Adelina Pakpahan di Booth Adel dalam sebuah pameran di internal FSRD ITB. Foto : Parlin Pakpahan.

Dirgahayu 102 Tahun ITB Bandung

Nama ITB saya pikir identik dengan nama Indonesia ketimbang mengurut-urutkannya sebagai historisitas Belanda thoq.

Pertama ia lembaga pendidikan teknik tertua di Indonesia, berdiri pada 3 Juli 1920 dengan nama "de Techniche Hoogeschool te Bandung (TH)" di lahan seluas 30 hektar di Bandung. Saat itu hanya terdapat satu fakultas yaitu "de Faculteit van Technische Wetenschap" dan hanya satu jurusan yaitu "de afdeeling der We gen Waterbouw" atau departemen teknik hidraulik.

Pendirian perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang semakin terbatas pada masa Hindia Belanda akibat pecahnya Perang Dunia pertama.

Me and my daughter Adelina Pakpahan di Booth Adel dalam sebuah pameran di internal FSRD ITB. Foto : Parlin Pakpahan.
Me and my daughter Adelina Pakpahan di Booth Adel dalam sebuah pameran di internal FSRD ITB. Foto : Parlin Pakpahan.

Kedua, ITB-lah yang pertamakali menelurkan Insinyur asli Indonesia, persisnya pada dies ke-6 tanggal 3 Juli 1926, dari 22 orang kandidat insinyur, yang lulus berjumlah 19 orang dengan 4 orang di antaranya adalah pribumi. Satu dari keempat orang itu adalah Ir. R. Soekarno yang kelak menjadi proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.

Ketiga, Alumni ITB-lah yang pertamakali menggebrak Belanda dengan sebuah pleidoi atau nota pembelaan sekaligus pidato cemerlang Bung Karno yi "Indonesia menggugat" yang dibacakan di pengadilan Bandung 92 tahun silam atau persisnya tgl 22 Desember 1930, atau dua tahun setelah sumpah pemuda Oktober 1928.

Pidato luarbiasa ini sangat inspiratif bagi cita-cita kemerdekaan Indonesia yang sudah digadang-gadang oleh kaum muda idealis-patriotik Indonesia sejak kebangkitan nasional 1908 disusul sumpah pemuda 1928, bahkan pidato ini berhasil mengguncang pemerintah kerajaan Belanda. Banyak lawyer di internal Belanda yang mengecam hukuman terhadap Soekarno dkk yang dari perspektif hukum kontinental Eropa sana begitu vulgar ketidakadilannya. Maka vonis terhadap Soekarno yang tadinya 4 tahun dikurangi menjadi 2 tahun.

Mengutip Cindy Adam dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, pidato spektakuler itu dibikin di penjara Banceuy yang gelap dan kumuh. Dengan beralaskan kaleng untuk BAB dan BAK, setiap menuangkan pemikiran cemerlangnya dalam pleidoi itu, kaleng laknat sekaligus berkah itu dibersihkan dulu oleh Bung Karno. Ia kemudian duduk bersila tegak lurus menulis pidato itu dengan alat dan kertas tulis yang dikirim dalam senyap oleh Inggit Ganarsih yang kelak menjadi isteri pertama Soekarno.

Etsa Meisyara mahasiswa Seni Murni FSRD ITB dengan karya lukis kimiawinya. Foto Parlin Pakpahan.
Etsa Meisyara mahasiswa Seni Murni FSRD ITB dengan karya lukis kimiawinya. Foto Parlin Pakpahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun