Jakarta Sebaiknya Jadi Pusat Hiburan Dan Grosiran Dunia
Jakarta kini sedang merayakan HUT ke-495. Tgl persisnya 22 Juni ybl. Peringatan itu mengambil tema "Jakarta Hajatan" dan mengangkat tagline "Kolaborasi, Akselerasi, Elevasi" bersama logo yang tersemat. Jadwal acara peringatan HUT Jakarta ke-495 masih akan digelar hingga 26 Juni 2022.
Animo masyarakat meski tak membludak seperti dulu, tapi okelah karena sudah menjadi tradisi, Jakarta yang padat populasinya itu tentu dapat saja mengalirkan sebagian warganya untuk sekadar delak-delok Jakarta Fair dalam rangka meramaikan HUT Jakarta ke-495.
Tak lama lagi, Jakarta sudah tidak akan menjadi Ibu Kota Negara seiring dengan disahkannya UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Kalau ditarik garis kontinum mengapa ibukota RI harus dipindahkan ke "titik nol" di Kabupaten PPU (Penajam Paser Utara), Kaltim. Ya banyak. Salah satu yang menjadi klimaks dari niatan itu adalah kasus Pilkada 2017 yang memperhadapkan Ahok Vs Anies. Politik identitas gila-gilaan yang terjadi ketika itu adalah setback terbesar dalam sejarah pemilu kita.
Jakarta yang padat, banjir, bermasalah tak berkeputusan soal sampah kota besar, justeru semakin macet jalanannya meski jalan bebas hambatan sudah dibuat berlapis-lapis.
Sekalipun terkesan modern melting pot, tapi pada dekade reformasi 2000-an Jakarta selaku ibukota negara dan kota niaga kelas dunia malah jadi tempat berkubangnya kaum konservatif radikal yang konyolnya sengaja dipelihara ibarat kuda nil buas di kubangannya.
Inilah yang sangat memuakkan dari semua persoalan Jakarta, sekaligus menjadi titik terakhir pemerintahan Jkw ke persimpangan berikut yi memilih ibukota baru di titik nol PPU Kaltim yang masih asli alami dan bebas dari hippo yang berkubang di Jakarta.
Jakarta dengan umurnya yang tua memang banyak meninggalkan memori yang tak bisa hilang begitu saja.
Penetapan tanggal 22 Juni sebagai HUT Jakarta tidak lepas dari peran Sudiro. Wali Kota Jakarta yang menjabat periode 1953-1958 itu adalah pencetusnya.
Menurut penelitian yang dilakukan Mohammad Yamin, Dr. Sukanto dan Sudarjo Tjokrosiswaya melalui naskah "Dari Jayakarta ke Jakarta", diketahui Jakarta berdiri pada 22 Juni 1527. Saat itu terjadi peristiwa pengambil-alihan kekuasaan dari Portugis yang dilakukan oleh Fatahillah di Sunda Kelapa. Sunda Kelapa merupakan nama wilayah yang menjadi cikal bakal kota Jakarta saat ini.
Dari starting point alih kekuasaan 22 Juni 1527 itu, abad demi abad telah dilalui dan semuanya itu ternukil jejaknya di kota lama. Ada nama Coen, Daendels dan Sultan Agung yang gagal menaklukkan Batavia karena logistiknya dibakar habis antek-antek Belanda yang disusupkan di tubuh tentara Kerajaan Mataram.
Akhirnya Jakarta pun tiba pada masa modernisasi tak lama setelah regime Soekarno digantikan regime Soeharto pada akhir 1960-an.
Gebrakan pertama datang dari Gubernur Ali Sadikin yang melegalisir judi dan segala macam perkulam untuk sumber PAD Jakarta. Gebrakan berikut datang dari gubernur-gubernur pengganti lainnya seperti Soetijoso dan Ahok.
Jakarta memang bergerak bahkan super dinamis di era modernisasi ini. Sayang kita kebablasan mulai dari keserakahan radikal pembangunan industri yang berdampak sangat buruk terhadap eko sistem dan yang terakhir adalah exercise of power di internal DKI Jakarta yang banyak ditunggangi kaum konservatif dan oportunis yang anti pluralism dari teater politik nasional kita sendiri.
Saya pikir perdebatan pro dan kontra tentang IKN atau ibukota negara baru yang bernama Nusantara itu sudah sampai di titik ending. Mari kita relakan dengan dada lapang bahwa ibukota negara kita yang baru tmt 2024 bukan lagi di Jakarta, melainkan di Nusantara, PPU, Kaltim.
Sesuai janji Jkw, Agustus 2024 yad kita sudah bisa melakukan ucara proklamasi kemerdekaan RI yang ke-79 di ibukota negara Nusantara di PPU, Kaltim. Melansir pekabaran sekarang, pada semester II tahun 2022 ini ayunan cangkul pertama sudah dimulai, dilanjut cangkul kedua pada semester I dan II 2023 dan dilanjut cangkul ketiga pada semester I 2024 sampai teng upacara proklamasi 17 Agustus 2024 di kantor kepresidenan di ibukota baru Nusantara yang bersimbolkan garuda yang dimenangkan oleh Nyoman Nuarta.
Saya yang sudah melihat Jakarta di penghujung 1960-an hingga sekarang 2020-an, merasa yakin bahwa ibukota baru yang bernama Nusantara di Kaltim, ke depannya justeru akan memberi pewarnaan lain yang akan dapat mengantarkan bangsa ini menuju Indonesia Jaya pada 2045.
Mengapa? Pendeknya, janganlah dibayangkan ibukota bernama Nusantara itu akan menjadi kota yang ruwet lagi seperti Jakarta, Tokyo atau New York. Ibukota baru Nusantara haqul yaqin akan mengedepankan pembangunan berdasarkan tata lingkungan yang baik. Maka point of view eco-wisata akan menjadi acuan utama  pembangunan IKN.
Obsesi salah kaprah dari pleonexia welfare states yang dibengkokkan itu sebaiknya kita tinggalkan di Jakarta saja. Jakarta lebih tepatnya dijadikan Pusat Hiburan dan Grosiran Dunia saja. Ini bisa diperlembut sebagai kelanjutan dari pembangunan industri kepariwisataan kita.
Mengapa tidak? Pusat grosiran di Tanah Abang sejauh ini cukup berhasil menggaet customer dari Afrika dan dunia Arab. Maka mulai  sekarang, berpijak dari magnitudo yang mengesankan itu, mengapa tidak kita galakkan saja pembangunan pusat grosiran lainnya di beberapa titik strategis di Jakarta dengan pemasaran yang mendunia.
Jakarta juga terkenal dengan hotel-hotel berbintangnya, termasuk hotel-hotel kelas melati. Juga terkenal dengan perputaran hiburannya, ntah itu perkulam atau segala macam festival seperti Java Jazz, festival kuliner nusantara, gelar ratu kecantikan dst. Ini tentu bisa disinergikan dengan kedatangan para buyer dan turis mancanegara yang membanjiri Jakarta karena grosiran yang murah terjangkau dan berputarnya dunia hiburan. Jangan mau kalah dengan bilangan Broadway di New York yang sejauh ini tercatat telah melahirkan banyak bintang film berkelas di Amerika. Juga jangan mau kalah dengan Paris sebagai pusat grosiran busana, perhiasan  dan parfum kelas dunia.
Saya pikir takkan ada masalah besar yang bakal dihadapi pasca pemindahan secara resmi ibukota negara dari Jakarta ke ibukota baru Nusantara di PPU, Kaltim.
Rusuh-rusuh politik pun nggak bakalan ada, kecuali barangkali kelompok-kelompok preman yang ingin jadi penguasa seperti dulu misalnya Hercules ingin kembali berkuasa di Tanah Abang atau John Kei come back untuk berkuasa kembali di Jakarta Pusat dst.
Tapi untuk ini pun saya yakin sekali nggak bakalan terjadi, karena yang membiarkannya terjadi pastilah gubernur terbodoh di Indonesia.
So biarkan Jakarta dengan status daerah khusus, tapi tentu UU-nya harus diubah terlebih dahulu yi dengan menetapkannya sebagai daerah khusus untuk pusat hiburan dan grosiran dunia dan bukan lagi ibukota negara Indonesia.
Selamat hari jadi yang ke-495 Jakarta dan selamat datang IKN Nusantara.
Joyogrand, Malang, Thu', June 23, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H