Menurut penelitian yang dilakukan Mohammad Yamin, Dr. Sukanto dan Sudarjo Tjokrosiswaya melalui naskah "Dari Jayakarta ke Jakarta", diketahui Jakarta berdiri pada 22 Juni 1527. Saat itu terjadi peristiwa pengambil-alihan kekuasaan dari Portugis yang dilakukan oleh Fatahillah di Sunda Kelapa. Sunda Kelapa merupakan nama wilayah yang menjadi cikal bakal kota Jakarta saat ini.
Dari starting point alih kekuasaan 22 Juni 1527 itu, abad demi abad telah dilalui dan semuanya itu ternukil jejaknya di kota lama. Ada nama Coen, Daendels dan Sultan Agung yang gagal menaklukkan Batavia karena logistiknya dibakar habis antek-antek Belanda yang disusupkan di tubuh tentara Kerajaan Mataram.
Akhirnya Jakarta pun tiba pada masa modernisasi tak lama setelah regime Soekarno digantikan regime Soeharto pada akhir 1960-an.
Gebrakan pertama datang dari Gubernur Ali Sadikin yang melegalisir judi dan segala macam perkulam untuk sumber PAD Jakarta. Gebrakan berikut datang dari gubernur-gubernur pengganti lainnya seperti Soetijoso dan Ahok.
Jakarta memang bergerak bahkan super dinamis di era modernisasi ini. Sayang kita kebablasan mulai dari keserakahan radikal pembangunan industri yang berdampak sangat buruk terhadap eko sistem dan yang terakhir adalah exercise of power di internal DKI Jakarta yang banyak ditunggangi kaum konservatif dan oportunis yang anti pluralism dari teater politik nasional kita sendiri.
Saya pikir perdebatan pro dan kontra tentang IKN atau ibukota negara baru yang bernama Nusantara itu sudah sampai di titik ending. Mari kita relakan dengan dada lapang bahwa ibukota negara kita yang baru tmt 2024 bukan lagi di Jakarta, melainkan di Nusantara, PPU, Kaltim.
Sesuai janji Jkw, Agustus 2024 yad kita sudah bisa melakukan ucara proklamasi kemerdekaan RI yang ke-79 di ibukota negara Nusantara di PPU, Kaltim. Melansir pekabaran sekarang, pada semester II tahun 2022 ini ayunan cangkul pertama sudah dimulai, dilanjut cangkul kedua pada semester I dan II 2023 dan dilanjut cangkul ketiga pada semester I 2024 sampai teng upacara proklamasi 17 Agustus 2024 di kantor kepresidenan di ibukota baru Nusantara yang bersimbolkan garuda yang dimenangkan oleh Nyoman Nuarta.
Saya yang sudah melihat Jakarta di penghujung 1960-an hingga sekarang 2020-an, merasa yakin bahwa ibukota baru yang bernama Nusantara di Kaltim, ke depannya justeru akan memberi pewarnaan lain yang akan dapat mengantarkan bangsa ini menuju Indonesia Jaya pada 2045.
Mengapa? Pendeknya, janganlah dibayangkan ibukota bernama Nusantara itu akan menjadi kota yang ruwet lagi seperti Jakarta, Tokyo atau New York. Ibukota baru Nusantara haqul yaqin akan mengedepankan pembangunan berdasarkan tata lingkungan yang baik. Maka point of view eco-wisata akan menjadi acuan utama  pembangunan IKN.
Obsesi salah kaprah dari pleonexia welfare states yang dibengkokkan itu sebaiknya kita tinggalkan di Jakarta saja. Jakarta lebih tepatnya dijadikan Pusat Hiburan dan Grosiran Dunia saja. Ini bisa diperlembut sebagai kelanjutan dari pembangunan industri kepariwisataan kita.
Mengapa tidak? Pusat grosiran di Tanah Abang sejauh ini cukup berhasil menggaet customer dari Afrika dan dunia Arab. Maka mulai  sekarang, berpijak dari magnitudo yang mengesankan itu, mengapa tidak kita galakkan saja pembangunan pusat grosiran lainnya di beberapa titik strategis di Jakarta dengan pemasaran yang mendunia.