Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Aek Naoto dan Traveling ke Obyek Wisata yang Masih Polos di Tano Batak

21 Juni 2022   19:43 Diperbarui: 21 Juni 2022   20:45 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya hari kedua, mereka sudah di awal jenuh dan hari ketiga tambah jenuh lagi. Tak heran tengah hari sesuai ketentuan akomodasi, mereka langsung cabut dari pondokannya. Emang gue pikirin.

Seorang penggembala kerbau di Aek Gorat, pinggiran Pangaribuan menuju Tarutung. Foto : Parlin Pakpahan.
Seorang penggembala kerbau di Aek Gorat, pinggiran Pangaribuan menuju Tarutung. Foto : Parlin Pakpahan.

Behaviour mereka tak seperti di obyek wisata pantai di Bali, pulang lihat obyek wisata ntah di Ubud ntah di Trunyan, langsung nge-club di bar-bar tepi pantai dengan musik riuh dan dansa-dansi cukup dengan hanya memakai celana pendek dan t-shirt wisata apa adanya. Nggak bakal ada lagu Lewis Capaldi atau Adele disini. Yang agak medium sedikit palingan lagu reggaenya Bob Marley. Wisata pantai memang begitu. Lagian udaranya panas, orang gampang gerah dan sebagai konsekuensi logis ya harus berpakaian minim, syukur-syukur turis ybs nggak pakai celana kolor doang ketika nge-club. He He ..

So traveling ke Danau Toba seharusnya menggunakan diksi lain dalam penjelasan wisatanya yi traveling ke tano Batak. Ini kan luas cakupan alam maupun budayanyanya. Bayangkan dari Danau Toba dan pulau Samosir mereka dipandu ke  Tapanuli Utara hingga ke Pangaribuan, Sigotom, Garoga dan Silantom; dipandu ke Humbang Hasundutan; dipandu ke Tobasa; dipandu ke Dairi; dipandu ke Karo; dipandu ke Simalungun, bahkan dipandu hingga ke Tapsel dan Tapteng. Itulah sejatinya Traveling ke Danau Toba.

Pariwisata Lintas Alam misalnya bisa kita tawarkan agrowisata ke hutan-hutan Haminjon di Pangaribuan Tapanuli Utara, ada artefak kuno Datu Ronggur Diaji Pakpahan di Huta atau Desa Pakpahan yang adalah ibukota Kecamatan Pangaribuan, ada makam Demang pertama sekaligus pahlawan perang kemerdekaan di zaman Belanda di Batunadua, ada Aek Naoto yang unique di Rahut Bosi, ada Dolok Matutung yang kaya Mika,  begitu juga Pemandian Air Panas di Sipoholon dan pemandian serupa di desa Hutabarat, Tarutung dan Salib Kasih di Siatasbarita. 

Di Tobasa ada makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII dan sejumlah situsnya di Balige, ada makam Apostel tano Batak Ludwig Ingwer Nommensen di Sigumpar, ada Museum Batak di Balige dll. Di Humbang Hasundutan ada agrowisata ke hutan-hutan Haminjon, ada banyak air terjun alami. 

Di Dairi kita berwisata kopi dan tanaman kapur barus. Di Karo kita berwisata agro dan melihat berbagai air terjun yang indah. Di Simalungun, kita berwisata sawit, melihat jejak Belanda yang masih banyak, mencicipi kuliner Siantar yang terkenal itu seperti Mie Siantar, becak bermotor Siantar yang bermotor BSA jadul dst.

Kembali ke Samosir dan Danau Toba, ada berbagai situs peninggalan orang Batak tempo doeloe, antara lain Situs Toga Pakpahan di huta Sipira, Sosor Pasir, ada peninggalan megalitik di Simanindo, tenun tradisional ulos Batak di hampir setiap desa, berwisata melihat-lihat alat musik Batak yang banyak ragamnya mulai dari Gong, Gondang, Hasapi, Sulim Bambu, Garantung (perkusi Batak dari kayu), Taganing, Gitar dll, lalu Traveling Wisata Minum Tuak dan Kombur atau Cangkruk atau Ngrumpi ala Batak jadul di desa-desa di Samosir antara lain Onan Runggu, Sosor Pasir, Sosor Batu, sampai ke ujung Samosir lainnya yi desa-desa di bilangan Pantai Batu Hoda dll.

Setelah menimbang-nimbang betapa berjasanya Pak Jkw dan Pak Luhut dalam membangun infrastruktur vital di Danau Toba selaku nucleus kepariwisataan tano Batak. Kita pun berpikir, dua tahun ke depan ini masa pemerintahan Jkw akan berakhir. 

Akankah semuanya ini ada kesinambungannya? Agak cemas sih. Maklumlah pemeo lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya, itu sering terjadi dalam dunia politik kita. 

Sekurangnya kita hanya berharap dalam doa, semoga pemerintahan berikutnya dapat melanjutkan program-program besar di sektor kepariwisataan Danau Toba yang dalam hal ini adalah legacy-nya Pak Jkw dan Pak Luhut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun