Tepat dari papan penunjuk arah belahan dunia itulah, Kenia dkk menuruni lereng yang lumayan terjal. Untuk mencapai air terjun yang hanya berjarak kl 1 Km, bayangkan kl 30 menit kemudian Kenia dkk baru bisa sampai ke air terjun Waimarang. Betapa akses seupil yang masih  sangat sederhana itu dapat menghalangi tatapan kita untuk menikmati pesona alam yang tak muncul tiba-tiba begitu saja.
Udara sejuk sangat terasa di lokasi ini. Rasa capek menuruni undakan pun -- sebagiannya cukup berbahaya, apalagi kalau hujan, tentu undakan itu licin -- jadi terobati. Â Air mengalir dari ketinggian sekitar 5 meter dengan kolam renang alami yang cukup luas di bawahnya.
Bagi perenang, sekalipun amatir, ini tentu mengasyikkan. Bisa meloncat dari tebing batu di sekeliling kolam. Beberapa bagian kolam memang cukup dalam, sehingga kita bisa terjun bebas dari ketinggian. Yang gampangan, langsung saja nyebur ke tepian kolam melalui celah masuk, lalu berenang dengan gaya apa saja.
Bagi mereka yang tidak ingin berenang, yap bisa hanya sekadar merendamkan tubuh di pinggir kolam dekat celah masuk yang kedalamannya hanya sekitar 1 meter, sebagaimana my daughter Kenia lakukan, karena celakanya sudah dari sononya ia tak pernah punya waktu untuk belajar renang. He He ..
Sementara itu, bagi para pengunjung yang hanya ingin berfoto, latar air kolam berwana hijau tosca dengan dinding bebatuan kapur yang unik dapat memberikan efek yang indah pada setiap jepretan. Bayangkan kolam dengan batu-batu alami yang mengitarinya.Â
Pendek kata, segarnya udara dan dinginnya air disana, membuat air terjun Waimarang dapatlah dikenang sebagai salah satu pesona Sumba, yi terselipnya air terjun di bentangan perbukitan savana yang seakan tak berujung.
Haripun semakin sore menuju malam, Kenia dkk segera kembali ke Inovanya masing-masing. Tapi mereka minum dulu di pos setempat dan bayar parkiran. Berbeda dengan Bukit Hiliwuku yang parkir per mobil Rp 50 ribu. Di Waimarang parkir mobil hanya Rp 10 ribu. Bye Waimarang. Engkau dalam kenangan.
Sebelum meninggalkan Sumba besok Sabtu 4 Juni 2022, malamnya di hotel bintang empat Kambiniru Kenia dkk beres-beres barang dan tak lupa mereview semua foto perjalanan termasuk videografi yang mereka buat selama di Sumba. Dan ternyata ada terselip foto hotel Kambiniru plus interiornya yang indah yi Kuda Sumba.
Tapi sebelum ending, kita balik kanan dulu. Kupang selaku ibukota NTT layak kita sapa sejenak, karena di bawah Gubernur Laiskodat sepertinya NTT sedang menggebu memacu perkembangan kepariwisataan NTT.
Ketika transit di Kupang pada Selasa 31 Mei 2022, sebelum oper pesawat ke Waingapu pada sore harinya, Kenia sempat jalan-jalan melihat Pantai Kelapa Lima di Jln Timor raya. Pantai Kelapa Lima yang berpasir putih yang semula telantar itu telah disulap menjadi indah dan persis di belakangnya berdiri Hotel Aston yang megah. Obyek wisata kota ini diresmikan langsung oleh Presiden Jkw pada Kamis 24 Maret 2022 lalu.