Meski demikian untuk lihat-lihat pemandangan di kiri-kanan kita, ya lumayanlah tanpa harus badan terantuk-antuk gojlak-gajluk sebagaimana jalanan berlobang dan berbatu-batu di daerah tertinggal. Maklumlah Indonesia kan besar banget, jadi tak mudah untuk mengubah seluruh nusantara tiba-tiba menjadi bagus semua.
Yang menarik, cukup banyak hewan yang berlalulalang di jalanan seperti kuda, sapi, kambing, babi, ayam dst. Driver pun harus berhati-hati dan tetap waspada dengan tombol klakson untuk meminggirkan hewan-hewan tak berdosa itu.
Hewan-hewan itu berkeliaran tanpa gembala, tapi pada saatnya nanti, mereka akan pulang ke kandangnya masing-masing yi di bagian rumah dari para pemiliknya di kampung-kampung setempat. Itu info dari driver Umbu.Â
Tapi kampung-kampung dimaksud nyaris tak kelihatan karena sejauh mata memandang di kiri-kanan jalan adalah padang savana, tapi uniknya savana itu di wilayah perbukitan, bukan seperti padang pasir yang rata tanpa bukit.
Bagaimana ya kalau hewan-hewan semacam itu berkeliaran tanpa gembala katakanlah di Malang atau Garut misalnya. Jangan-jangan yang sapi besoknya sudah jadi steak, si ayam dan si kambing sudah jadi sate. Dan kalau di Kupang, si babi sudah jadi sei atau smoked beef khas NTT.
Saya pun terkenang masa lalu di Indonesia tengah tertimur yi pulau Timor, khususnya Timtim dan sebagian Timor barat. Hewan-hewan berkeliaran tanpa gembala seperti itu nggak bakal ada yang hilang, kecuali mati di jalan karena tabrak lari. Itupun jarang sekali terjadi.Â
Mengapa? Warga setempat masih polos dan lugu. Kejujuran masih kita jumpai everywhere. Syukurlah pemandangan seperti itu masih dapat kita lihat di pulau Sumba.Â
Kejujuran warga adalah salah satu modal terpenting dalam dunia kepariwisataan. Look, Bali telah membuktikannya sejak dedade 1970 dan terus dipertahankan hingga sekarang.
Sesampainya di titik yang merupakan stop over, driver Umbu menghentikan mobilnya. Tiga Inova diparkir berbanjar di sisi jalan. Dan di sebelah kanan ada semacam gate kecil sederhana terbuat dari kayu dan beratap alang-alang.Â
Ada penjaga seorang tua dan anak kecil. Kelihatannya ada kotak untuk donasi wisata sebagai ganti tiket wisata. Kasihan orangnya sudah tua. Tak ada tarif.Â