Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Java Jazz: Jazz-Jazz-an atau Campursari

30 Mei 2022   18:23 Diperbarui: 30 Mei 2022   18:30 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Dhani menutup hari kedua JJF 2022 dengan kl 8.000 penonton. Foto: timeline facebook Peter F. Gontha.

Tapi itulah pada postingannya yang ketiga PFG yang direspon 233 comment, ada beberapa comment di antaranya yang senada dengan apa yang saya rasakan sekarang, seperti Irwan L Gintink misalnya: "Dengan begitu banyaknya penonton utk melihat Ahmad Dhani di Java jazz tahun ini, saya jadi mengerti 'kelas' audience Java Jazz yang sebenarnya ..... bukan penikmat Jazz .... Bukan penikmat musik yang bermutu ....... Saya yang hampir tiap tahun nonton JJF dan pernah foto bareng Om Peter di arena Java jazz ..... Akhirnya JJF hanya sebagai pagelaran musik popular biasa ..... yang tidak wajib ditonton setiap tahun."

Saya kaget ketika membaca comment balasan dari PFG : "Irwan L Gintink jangan nonton lagi pak, dari 120.000 jadi 119.999 nga ngaruh pak!".

Contoh lain dari Johanes W. Nurwono : "Sejak kapan Ahmad Dani ngeJazz?" Respon PFG : "Johanes W. Nurwono sejak Iya mulai main musik!".

Sangat menyedihkan melihat respon seperti itu. Apakah PFG lagi capek atau memang frustrasi karena tak bisa lagi mendatangkan musisi jazz berbobot dari mancanegara. 

Sedangkan respon lain ada sebagian kecil yang sama nadanya dengan kedua fesbuker yang mengkritisi JJF 2022 itu. Ada sebagian kecil yang bergaya menjilat membela PFG bahwa Ahmad Dani emang musisi hebat, tanpa memeriksa dengan seksama kritik kedua fesbuker tsb. Selebihnya kebanyakan sok teu tentang musik.

Ada yang menyinggung Ahmad Dhani pernah punya band Downbeat yang biasa membawakan lagu-lagu Casiopea, itu Club Band Jepang yang suka bikin fusion dalam jazz. Tapi mereka tak pernah tahu bahwa fusi buatan Casiopea itu tak pernah mendapat apresiasi dari dunia jazz, karena banyak melenceng dari rel jazz yang sebenarnya, kecuali barangkali Sadao Watanabe, seorang Saxophonis Jazz yang pernah lama di AS.

Yang harus kita pahami sebetulnya mudah saja. Baca dan cermati saja arus Indonesia dengan segala cengkok pop dan raba sana raba sini yang belum jelas, yang untuk gampangnya kita sebut saja jurus comot dari sana sini, ntah itu bossas, ntah itu rumba, ntah itu funk dst, lalu ramu jadilah dia sebuah lagu Indonesia.

Saya pikir sejauh ini PFG dkk lupa berkaca bahwa JJF adalah sebuah produk bisnis ketika digelontorkan untuk pertamakali kl 1,5 dekade lalu. Sebuah produk tentu harus ada usaha pembrandingannya. Bisa saja itu dengan kiat dikawinkan dengan kepariwisataan kita, bisa juga dengan kiat kerjasama regional seperti dengan negara-negara anggota Asean dan Ausie. 

Hubungan antar negara di kawasan Asean dan Aspac ini diperkuat dengan music jazz dalam ajang JJF sebagai jembatan. Maka saya pernah mengajukan gagasan misalnya membangunkembangkan Rumah Nahum Situmorang di Danau Toba sana, agar ada pembrandingan lain obyek wisata alam disana dengan warisan budaya berupa karya musik legenda karya anak bangsa Nahum Situmorang.

Kalau hanya mengandalkan sponsor dalam negeri seperti BNI. Hohoi terlalu banyak hitungannya, sangat ribet jadinya, meski mereka tau ada ketentuan nasional bahwa sebagian dari keuntungan bisnis mereka seharusnya dipersembahkan untuk masyarakat. Maka tak heran jalan pintas termudah bagi PFG dkk adalah membanjiri JJF 2022 dengan artis lokal.

Kita tidak mengecilkan artis lokal. Mereka pasti bermusikalitas baik. Tapi untuk jazz, Ntar dulu. Saya ambil contoh lagu Misty katakanlah disenandungkan Shirley Bassey seorang Diva Inggeris, pastilah berbeda dengan Misty yang disenandungkan Diva AS Nancy Wilson. Mengapa? Ini soal cengkok jazz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun