Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis IDI dan PDSI yang Menggebrak-gebrak

16 Mei 2022   17:28 Diperbarui: 16 Mei 2022   18:04 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama dengan pendahulunya Dokter Nila F. Moeloek, Menkes sekarang Gunadi Sadikin menegaskan masalah Terawan adalah masalah keprofesian, seraya menambahkan kalaupun mau bikin organisasi sendiri ya itu sah-sah saja. Namanya aja demokrasi.

Kalau mau ditimbang lebih jauh, sebaiknya kita lihat dulu kasus-kasus stroke di lapangan. Penyakit stroke banyak penyebabnya, salah satunya adalah tekanan darah kita yang tiba-tiba tidak bisa berbalik, maka kita stroke.

Ada stroke ringan, sedang, berat dan superberat. Stroke bergradasi seperti itu, tapi dalam praktek selama ini stroke ringan maupun stroke superberat tak ada yang 100% sembuh, tetap saja akan meninggalkan cacad kl 20%. Orang stroke itu ibarat rumah tinggal yang saklar listriknya putus. Bagaimana agar saklar ini berfungsi kembali, tentu kalau listrik di rumah ya harus ganti saklar agar aliran listrik di rumah berfungsi kembali atau untuk manusia agar saklar syaraf kita berfungsi lagi.

Yang perlu diingat saklar untuk makhluk hidup yang namanya manusia tentu berbeda dengan sambungan listrik di rumah. Saklar syaraf yang harus diganti inilah yang belum ada sampai sekarang. Kalaupun Terawan punya metoda cuci otak. Itu bukanlah therapi, melainkan baru tahapan diagnosis. 

Yang pasti untuk Terawan metodanya itu baru di tahapan uji akademis untuk S3nya di Unhas. Sedangkan uji klinisnya? Masih nol besar sampai sejauh ini, maka tak heran dianggap tidak signifikan, bahkan sangat tidak etis untuk digunakan sebagai therapi stroke.

Yang stroke superberat seperti PM Israel Ariel Sharon (2001-2006) yang tercatat spektakular pernah koma hingga 8 tahun. Sharon telah mengalami obesitas sejak tahun 1980-an, dan telah mengalami tekanan darah tinggi kronis dan kolesterol tinggi.  

Sharon dirawat di rumah sakit pada 18 Desember 2005, setelah menderita stroke iskemik ringan. Selama dirawat di rumah sakit, dokter menemukan kelainan jantung yang memerlukan pembedahan dan memerintahkan istirahat di tempat tidur sambil menunggu kateterisasi jantung yang dijadwalkan pada 5 Januari 2006. 

Sharon yang tak bisa diam, malah kembali bekerja dan menderita stroke hemoragik pada 4 Januari. Dia dilarikan ke Hadassah Medical Center di Yerusalem. Setelah dua operasi yang berlangsung selama 7 dan 14 jam, dokter menghentikan pendarahan di otak Sharon, tetapi tidak dapat mencegahnya dari koma. 

Laporan medis selanjutnya menunjukkan bahwa Sharon telah didiagnosis dengan angiopati amiloid serebral (CAA) selama rawat inap di bulan Desember. Direktur Rumah Sakit Hadassah Shlomo Mor-Yosef menolak untuk menanggapi komentar bahwa kombinasi CAA dan pengencer darah setelah stroke Sharon Desember mungkin menyebabkan stroke berikutnya yang lebih serius.

Para ahli medis menunjukkan bahwa kemampuan kognitifnya kemungkinan besar telah dihancurkan oleh stroke. Setelah menghabiskan delapan tahun dalam keadaan koma, Sharon meninggal pada pukul 14.00 waktu setempat (12:00 UTC) pada 11 Januari 2014.

Gus Dur saja pernah berobat ke Israel terkait tumpukan gula di matanya, karena masalah healing di Israel memang mendunia. Tapi toh di bagian-bagian medik yang belum terpecahkan hingga sekarang, pihak medis tercanggih sekalipun seperti di Israel takkan dapat mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun