Pada 10 Oktober 2021, Gerindra mengumumkan Prabowo akan bertarung dalam Pilpres Indonesia 2024. Ini akan menjadi Pilpres kelima bagi Prabowo untuk kursi kepresidenan.
Lelahkah dia berpolitik dalam usia ke-71 sekarang? Secara fisik boleh jadi iya, sebagaimana kita lihat dalam safari politiknya di lebaran 2022 ini. Dimulai dari hari pertama lebaran 2 Mei ketemu Mega dan Puan di Jakarta, lalu Jkw di Istana negara Yogyakarta, lanjut 3 Mei ke Jatim ketemu Gubernur Jatim Khofifah, bersilaturahmi ke Ponpes Tebuireng di Jombang sekalian nyekar ke makam Gus Dur, lanjut ke Rembang Jawa Tengah, juga ke ponpes kaum nahdliyin yang dulu dipegang kyai kharismatik Mbah Moen dan terakhir 4 Mei juga ke salah satu ponpes nahdliyin di Cirebon.
Dalam safari lebaran itu Prabowo terlihat tidak lagi Spartan sebagaimana layaknya mantan Letjen apalagi pernah Danjen Kopassus. Ia terlihat semakin kalem dengan ayunan langkah seorang tua yang sedang mengunjungi kerabatnya karena sebuah kerinduan. Sebuah sentimentalisme yang lazim dalam siklus seorang anak manusia.
Tapi bagaimanapun safari pertama Prabowo setelah sekian lama berkutat di Kemenhan adalah sesuatu yang bagus dalam arti starting point menuju Pilpres 2024. Tak ada argumen basa-basi disini, sebab Gerindra sendiri yang mengumumkannya secara resmi pada Oktober 2021 lalu.
Sikon sekarang sangatlah kondusif. Tak ada lagi grasa-grusu yang sedikit-sedikit demo di Monas atau demo di depan Istana atau demo di depan Parlemen dst. Indonesia patut acungkan jempol buat Jkw yang telah membuka jalan demokrasi yang sangat pantas buat semua warga Indonesia, termasuk terhadap Prabowo yang tak pernah barang seincipun digugat Jkw dalam menjalankan hak demokrasinya.
Look, betapa mudik 2022 di seantero Jawa yang sangat bersesak itu aman-aman lancar tanpa ada hambatan yang berarti di tol trans Jawa, begitu juga tol trans Sumatera. Apa yang dikritik Fadli Zon dkk beberapa waktu lalu tidak terbukti. Pembangunan infrastruktur tiada henti justeru adalah prestasi Jkw yang tak bakal dilupakan Indonesia.
Melihat sedikit kandidat lain seperti Puan Maharani Soekarno Putri, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil. Anies Baswedan dan Hartarto, sejauh ini hasil survei elektabilitas dari berbagai lembaga polling belum meledak-ledak. Artinya poin buat keenamnya belum berakselerasi penuh.Â
Sekarang sepertinya Ganjar menempati urutan pertama dan Prabowo yang kedua disusul yang lainnya. Yang jadi kue disini adalah Anies dan Ridwan yang tak berpartai. Tak perlu repot, di dalam sistem kita tinggal parpol mana yang mau membeli figur tak berpartai seperti Anies dan Ridwan.
Kalau Prabowo, Ganjar, Puan dan Hartarto tak ada masalah. Mereka berpartai, apalagilah Prabowo yang adalah Ketua Dewan Pembina Gerindra. Yang soal sekarang adalah Ganjar dan Puan.Â
Mega tak mungkin mencapreskan Ganjar kecuali cawapres. Ketidakmungkinan pembalikan itu karena faktor Mega yang semakin menua dan faktor biologis Soekarno selaku founding father PNI (kini PDI-P) yang tak bisa dipertukarkan selama destigmatisasi Soekarno belum mencapai tujuannya. Diusungnya Puan maju sebagai Capres 2024. Itu sangat benar dari perspektif partai besutan atau lebih tepatnya legacy dari Bung Karno Bapak Proklamator RI yi ayahanda Megawati yang adalah ompungnya Puan.