AS dan Nato melakukan itu dengan cara yang kasar bahkan tak segan dengan cara yang terkasar sekalipun. Mereka yang menolak untuk mematuhinya akan dikenakan sanksi keras.
Russia bukanlah satu-satunya negara yang mengkhawatirkan brutalitas AS dan Nato. Ini ada hubungannya dengan seluruh sistem hubungan internasional, bahkan dengan sekutu AS.Â
Runtuhnya Uni Soviet menyebabkan pembagian kembali dunia dan norma-norma hukum internasional yang berkembang pada saat itu - dan yang paling penting, norma-norma fundamental yang diadopsi setelah Perang Dunia II dan sebagian besar diformalkan hasilnya - muncul kembali dengan cara mereka yang menyatakan diri sebagai pemenang Perang Dingin.
Hubungan internasional dengan segala aturan yang ada disitu seharusnya memperhitungkan perubahan yang terjadi di dunia dan keseimbangan kekuatan yang ada disitu. Dan ini seharusnya dilakukan secara profesional, sabar dan dengan memperhatikan dan menghormati kepentingan semua negara dan tanggungjawabnya sendiri.
Russia menilai keadaan euforia yang diciptakan oleh perasaan superioritas mutlak, semacam absolutisme modern, ditambah dengan standar budaya yang dijadikan acuan dan arogansi dari mereka yang merumuskan dan mendorong melalui keputusan yang sesungguhnya hanya cocok untuk diri mereka sendiri. Maka situasi pun berubah menjadi berbeda.
Keamanan PBB tetapi dengan pesawat tempur dan misil yang digunakan di jantung Eropa. Pemboman kota-kota damai dan infrastruktur vital berlangsung selama beberapa minggu.Â
Ada banyak contoh tentang ini. Pertama, operasi militer berdarah yang dilancarkan terhadap Beograd, tanpa sanksi DewanRussia sangat mengenang fakta-fakta ini, sementara dunia Barat lebih suka melupakannya dan ketika Russia menyebutkan peristiwa itu, barat lebih suka mengelak untuk berbicara tentang hukum internasional. Barat lebih menekankan keadaan yang mereka anggap perlu.
Kemudian pada giliran Irak, Libya dan Suriah. Penggunaan kekuatan militer secara ilegal terhadap Libya dan distorsi dari semua keputusan Dewan Keamanan PBB di Libya yang telah menghancurkan negara, menciptakan ruang besar terorisme internasional dan mendorong negara itu menuju bencana kemanusiaan dan ke dalam pusaran perang saudara yang telah berlangsung di sana selama bertahun-tahun. Tragedi yang terjadi pada ratusan ribu bahkan jutaan orang tidak hanya di Libya tetapi di seluruh wilayah, telah menyebabkan eksodus besar-besaran dari Timur Tengah dan Afrika Utara ke Eropa.
Nasib serupa juga telah disiapkan untuk Suriah. Operasi tempur koalisi Barat di Suriah dilakukan tanpa persetujuan pemerintah Suriah atau sanksi Dewan Keamanan PBB yang hanya dapat mendefinisikannya sebagai agresi dan intervensi.
Contoh yang paling menonjol dari peristiwa di atas adalah invasi ke Irak tanpa dasar hukum apapun. AS menggunakan dalih informasi yang diduga dapat dipercaya tentang keberadaan senjata pemusnah massal di Irak.Â
Untuk membuktikan tuduhan itu, Menteri Luar Negeri AS mengangkat botol berwarna putih di depan umum, untuk dilihat seluruh dunia, dalam rangka meyakinkan komunitas internasional bahwa itu adalah bahan senjata kimia yang dibuat di Irak. Belakangan ternyata semua itu palsu dan Irak terbukti tidak memiliki senjata kimia.Â