Upaya reklamasi tersebut tentunya tidak dapat mengembalikan kondisi tanah seperti semula secara langsung, diperlukan beberapa tahapan untuk dapat mengembalikannya. Hal yang sama juga akan dilakukan terhadap mata air yang nantinya akan terusik bahwa apabila mata air tersebut nantinya hilang, akan dilakukan pengeboran mata air untuk dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Setelah proyek bendungan selesai, pemerintah juga akan membantu warga untuk membangun drainase.
Bagaimana kurang enaknya warga Wadas, apalagi patronnya Gubernur Jateng menjamin kepastian itu semua. Coba, Bendungan Bener sangat berpihak kepada kepentingan masyarakat. Penambangan andesit tak bisa dielakkan memang harus di Wadas, karena itulah titik terdekat material utama untuk Bendungan Bener. Tidaklah mungkin mendatangkan andesit dari katakanlah Parungpanjang sekalipun memiliki cadangan 1,5 milyar ton yang belum tentu habis tergali selama 100 tahun ini sampai Gunung Sudamanik ambles seperti Ersberg di Papua. Masalahnya ya cost-nya terlalu tinggi dan eksplosif.
Pastinya proyek Bendungan Bener ini direncanakan para akhli mampu melayani area irigasi seluas 15.529 hektare. Wilayah irigasi ini terdiri atas peningkatan area irigasi eksisting seluas 13.579 hektare dan pengembangan daerah irigasi baru seluas 1.940 hektare. Selain itu, proyek ini nantinya juga direncanakan dapat mereduksi banjir hingga 8,73 juta m3.
Saya pikir ini yang perlu diluruskan sekarang mumpung masalah Wadas masih hot dan last but not least Walhi, Komnas HAM dan Pers Nasional jangan hanya menyoal sesuatu yang lagi hangat, tapi mari melihat kembali persoalan dampak penambangan andesit besar-besaran di Parungpanjang yang sejauh ini hanya memperkaya para pengusaha kaya dan kalangan oportunis, sementara warga Parungpanjang sudah hampir tiarap karena kelelahan menunggu suaranya didengar penguasa. Sementara di Wadas perhatian semua pihak sudah full.
Mari sama-sama mengingatkan pemerintah bahwa lampu merah sesungguhnya adalah dampak penambangan andesit secara massif di Parungpanjang Bogor dan bukan dampak penambangan secuil andesit di Wadas Jateng.
Joyogrand, Malang, Fri', Febr 11, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H