Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Russia vs Ukraina Dipelintir NATO

7 Februari 2022   20:04 Diperbarui: 7 Februari 2022   20:10 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Russia bersiap menyerang Ukraina. Foto doc :  Foreign Policy.

Putin sadar tentang itu. Maka ketika saudara-saudara Eropa Timurnya dikilik-kilik diiming-imingi dan diprovokasi barat, Putin diam-diam membesarkan iptek dan persenjataan canggih Russia, ntah itu kapal selam nuklir, ICBM yang diupdate, fighter dan stealth terkini, instrument electronic warfare, rudal darat ke darat, darat ke udara yang mampu menghancurkan sasaran secepat apapun, sampai-sampai Erdogan, Pakistan, India dll tegiur dengan rudal fantastis itu, bahkan di mandala middle east, Israel sekutu terdekat AS harus super hati-hati dalam menerbangkan fighter tercepatnya yang bakal hancur dalam hitungan detik apabila mencoba mengganggu Russia di bumi Syria.

Protokol Minks dan Pembangkangan Ukraina

Protokol Minsk adalah kesepakatan yang berusaha untuk mengakhiri perang di wilayah Donbas Ukraina. Setelah pembicaraan ekstensif di Minsk, Belarusia, perjanjian tersebut ditandatangani oleh perwakilan Grup Kontak Trilateral (Russia, Ukraina, OSCE -- Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa), tanpa pengakuan status apa pun, oleh kepala Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk saat itu. 

Minsk I gagal, muncul Minks II yang ditandatangani pada 12 Pebruari 2015. Ini juga gagal menghentikan pertempuran, tapi trilateral setuju bahwa itu tetap menjadi dasar untuk resolusi konflik di masa depan.

Minks I dan Minks II adalah gambaran betapa perioda panjang Uni Soviet telah membuat beberapa kantong di Ukraina dihuni oleh mayoritas Russia. Mereka berontak ketika pemerintah Ukraina membangun beleid yang tak sesuai dengan kepentingan mereka. Bahkan pemerintah tak meloloskan UU Amnesti bagi milisi Donbass dan Luhanks setelah pemilihan Parlemen Ukraina. 

Keputusan presiden Ukraina yang melarang penuntutan gerilyawan separatis Donbas dikeluarkan pada 16 September 2015, tetapi undang-undang yang diajukan malah mengusulkan untuk membatalkannya".

Pada Januari 2015, gencatan senjata berdasarkan Protokol Minsk telah benar-benar runtuh. Menyusul kemenangan separatis di Bandara Internasional Donetsk yang bertentangan dengan Protokol. Jubir Parkemen Donbass Eduard Basurin mengatakan "Memorandum Minsk tidak akan dipertimbangkan dalam bentuk yang diadopsi". 

Kemudian pada hari itu, pemimpin parlemen  Alexander Zakharchenko mengatakan bahwa parlemen "tidak akan melakukan upaya pembicaraan gencatan senjata lagi", dan pasukannya akan "menyerang sampai ke perbatasan wilayah Donetsk". The New York Times mengatakan gencatan senjata telah "hilang total".

Pemimpin Parlemen Donbass Alexander Zakharchenko mengatakan setiap perubahan pada Minsk II yang belum disepakati bersama adalah "tidak sah secara hukum", dan "tidak ada yang telah disepakati di Minsk yang dilaksanakan". Dia menambahkan Republik Donbass "harus menduduki semua kota di mana referendum berlangsung, dan kemudian secara politik bekerjasama dengan Ukraina sebagai mitra setara". 

Meski demikian, perwakilan Parlemen Donbass dan Donetsk tetap meneruskan proposal perdamaian ke Trilateral Contact Group on Ukraina. Menhan Ukraina Stepan Poltorak mengatakan pada 8 Juni 2015 bahwa lebih dari 100 tentara dan sedikitnya 50 warga sipil telah tewas sejak Minsk II mulai berlaku. 

Menurutnya, pasukan pro Russia telah melanggar gencatan senjata lebih dari 4.000 kali. Bertentangan dengan kesepakatan, perwakilan parlemen Donbass Denis Pushilin dan perwakilan parlemen Donetsk  Vladislav Deinego yang mengatakan pada 10 Juni 2015 bahwa republik mereka "ingin bergabung dengan Federasi Rusia". Selain itu, mereka mengatakan bahwa mereka menganggap Krimea , yang dianeksasi Russia pada Maret 2014 adalah bagian dari Russia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun