Sukabumi yang saya tahu
Ada baiknya kita telisik dulu sekilas kota Sukabumi yang di mata saya dan kaum beradab lainnya bermasalah dengan TPK Kerkhof.
Sukabumi adalah sebuah kota pegunungan di lereng Gunung Gede, Propinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan kota dengan luas wilayah urutan ketiga terkecil di Jabar setelah Cirebon dan Cimahi, yakni 48,33 Km2 dengan jumlah penduduk 353.455 jiwa (data 2021). Sukabumi meliputi 7 Kecamatan yi Baros, Cibeureum, Cikole, Citamiang, Gunungpuyuh, Lembursitu dan Warudoyong serta 33 kelurahan.
Sementara Kabupaten Sukabumi yang berwilayah sangat luas dan sekarang beribukota Pelabuhan Ratu setelah sebelumnya kota Sukabumi, berpenduduk total 2.434.221 jiwa, meliputi 47 Kecamatan, 381 Desa dan 5 Kelurahan.Â
Kepadatan penduduk kl 590 jiwa/Km2. Menurut catatan Depdagri, Kabupaten Sukabumi adalah kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi, Jatim.
Nama Sukabumi berasal dari Bahasa Sunda, yi Suka dan Bumen dari folklore yang hidup di tengah masyarakat. Penggabungan kata Suka (Senang) dan Bumen (menetap) menjadi Sukabumi adalah sebuah penamaan dengan mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman.Â
Pendeknya, sebagaimana keluarga besar saya, mereka yang bermigrasi kesini tidak ingin berpindah lagi, karena para migran lokal maupun dari luar merasa suka atau senang bumen atau bertempat tinggal di daerah ini.
Bermula dari Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang akhli bedah dan administrator perkebunan kopi dan teh Belanda di tanah Priangan yang membuka lahan perkebunannya sendiri di Tjikole, Sukabumi, selanjutnya setelah berhasil Andries menjualnya kembali kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1823.Â
Lokasi strategis Sukabumi antara Batavia dan Bandung dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor penentu berkuasanya Pemerintah Hindia Belanda di Sukabumi dan dibangunnya jalur KA dari Boeitenzorg (Bogor) ke Sukabumi yang terhubung pada tahun 1882.Â
Jalur yang dibangun ini menjadi prasarana distribusi dalam pengangkutan hasil bumi dari Sukabumi seperti teh, kopi dan kina ke pelabuhan Tg Priuk di Batavia.