Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kopi Arabika Wine Arjuno Nan Eksotis dari Malang

10 Januari 2022   08:04 Diperbarui: 11 Januari 2022   22:31 2974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Febrian Eka menyeduh Arabica Wine untuk kolega baru Parlin Pakpahan. Foto : Parlin Pakpahan.

Kopi Arabika Wine Arjuno Nan Eksotis Dari Malang

Malang raya adalah sebuah kabupaten - tadinya beribukota Malang dan kini Kepanjen - berwilayah cukup luas dan unik. Dari daerah dingin inilah konon terdapat kerajaan tertua di Jawa yi Kerajaan Kanjuruhan kl 760 M dan di daerah ini pulalah Belanda lama menancapkan kakinya untuk mengeksploitasi alamnya yang kaya. Meski kolonialis, tapi legacy Belanda yang tak terlupakan adalah Apel Malang dan Kopi Dampit Malang disamping pendidikan ala Eropa yang terkenal disiplin. Disebut Malang raya karena mencakup kota Malang, kota Batu, 33 Kecamatan, 12 kelurahan dan 378 desa. Jumlah penduduk Malang raya kl 2,5 juta dengan luas wilayah 3.530,65 Km2 dan sebaran penduduk 698 jiwa per Km2.

Salah satu yang menarik perhatian saya setelah sekian lama meninggalkan kota Malang adalah perkembangan kepariwisataannya yang cukup bagus. Terlihat ada greget dengan penyebaran merata aneka cafe di kota Malang dan di daerah-daerah wisata tertentu seperti Batu, Pujon, pantai selatan seperti Sendangbiru dst. Yang cukup mencengangkan disini adalah suguhan kopi khas Malang-an.

Cafe Kopi Tuwo di Joyo Agung dekat perumahan Joyogrand misalnya, saya lihat aneka kopi Malang ada tersedia disitu, mulai dari Robusta Dampit, Arabika Arjuno, Ijen dan kopi-kopi lainnya dari berbagai pelosok Malang, ntah itu Kawi, Ngantang, Pulosari, Lawang dst. Yang pasti suguhan kopi arabika-lah yang relatif mahal dibandingkan kopi robusta. Dan di warkop-warkop yang bertebaran dimana-mana, kopi bubuk robusta dan kopi sachetan buatan Malang ada disitu dengan harga per cangkir murah meriah tentunya. Modal lima ribu perak sudah ngopi dah di warkop rakyat. Di cafe menengah seperti Kopi Tuwo dipatok mulai tujuh ribuan hingga kopi arabika yang dua puluh ribuan ke atas dan di cafe-cafe high class ya tak ubahnya seperti di Jabodetabek, katakanlah Jacob Coffee di Depok Belanda yang mematok kopi termurah mereka dua puluh lima ribuan hingga yang termahal lima puluh ribuan ke atas seperti harga secangkir kopi di Starbucks.

Di tengah ketercenungan saya terhadap perkembangan yang cukup mengejutkan itu, sepulang ngopi dari Kopi Tuwo, saya melintas tak sengaja dekat rumah makan - masih di Jln Joyo Agung yang berimpit dengan pintu masuk utama Joyogrand - dimana saya biasa breakfast dan saya lihat seorang anak muda tengah melakukan penggilingan kopi, padahal saya baca tempat dia bekerja itu adalah sebuah cafe bernama Punokawan - Jln Joyo Agung, Kav 4, Merjosari, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur - tapi sepertinya itu hanya tinggal papan nama saja. Yang saya lihat sekarang cafe itu telah jadi tempat pengolahan dan pengemasan kopi dengan merk yang diubah sedikit dari Punokawan menjadi Punoekawan.

Kami pun berkenalan. Anak muda itu bernama Febrian Eka (31 tahun). Ia sudah cukup lama mangkal di Joyo Agung. Juga saya berkenalan dengan isterinya yang bernama Intan. Pasangan ini mempunyai anak dua. Keduanya asal Pandaan dan sudah cukup lama menjalankan bisnis percafean dan sekarang perkopian di Malang.

Febrian Eka banting setir menjadi roastery kopi karena perputaran bisnisnya di percafean agak tersendat. Maklumlah bisnis kuliner dan percafean di Malang memang luarbiasa kompetitif seirama dengan perkembangan kepariwisataan di daerah ini.

Dengan keramahan khas Malang, Febri yang tiga perempat bagian cafenya di lantai bawah kini jadi roastery kopi itu, tak urung menyuguhkan kopi kepada saya. Sebelum menyeduh, ia bertanya kopi apa Om? Kopi yang unik eksotis dan pastikan kopi arabika. Kalau begitu hasil inovasi kami saja ya? Apa itu? Kopi Arabica Wine yang bahan bakunya adalah Kopi Arabika Arjuno dari lahan perkopian Gunung Arjuno di sisi Malang, sahutnya. O boleh .. boleh .. siapa tahu sossok.

Ternyata dan ternyata luarbiasa cuk. Aroma anggurnya tercium ketika diseduh dengan alat ekstraksi kopi mini eks cafe punokawan. Dan begitu saya teguk perlahan sambil icip-icip. O God. Fantastis. Rasa oranges-nya jauh di atas Kopi Arabika Lintong dan Kopi Arabika Kayu Aro Kerinci yang adalah favorit saya 1 tahun terakhir ini. Rasa herbal Arabica Wine Arjuno tak terkatakan, seakan aneka herbal hutan ada disitu yang jauh sebelumnya telah menginspirasi Ralph Lauren dalam pembuatan parfum herbal. Dan yang tak kalah unik bahkan eksotis ada rasa alkoholnya, meski tak sebanyak 5% alkohol ala Bir Bintang misalnya. Woahh ini sossok sekali di cafe-cafe high class dik Febri. Mengapa tak segera diexpose secara nasional? Febri hanya tersenyum.

Karena naksir banget-banget sama Kopi Arabica Wine Arjuno. Kami pun sepakat untuk besok ketemu lagi dalam sebuah bincang-bincang tentang Arabica Wine Arjuno dan Kopi Malang pada umumnya.

Punoekawan Roastery, Joyo Agung, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Punoekawan Roastery, Joyo Agung, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Bincang-Bincang Dengan Febrian Eka

Berikut obrolan selengkapnya pada Rabu 6 Januari 2022 dengan pengusaha muda kita Febrian Eka yang mengusung merk Punoekawan untuk Kopi Robusta Dampit maupun Kopi Arabika Arjuno yang untuk mudahnya disini disebut sebagai Arabica Wine.

PP : Bagaimana pengetahuan Febri tentang Kopi Arabika yang ada di seluruh Malang raya?

FE : Arabika di Malang itu ya di Gunung Arjuno, karena lereng untuk lahan perkopiannya lumayan tinggi, ada yang di atas 1000 dpl. Perkebunan kopi Arjuno di sisi Malang ini terbagi tiga, yi Karangploso, Lawang dan Prigen. Itulah area terbaik untuk Kopi Arabika di Malang. Kalau Gunung Kawi ketinggiannya kurang mendukung. Kopi Arabika memang hidup di Kawi, tapi buahnya kurang bagus, begitu juga dengan rasanya.

PP : Kalau dibandingkan dengan Kopi Arabika Ijen?

FE : Ijen itu di luar Malang. Penghasil Kopi Arabika Gunung Ijen disini adalah Jember,  Bondowoso dan Banyuwangi.

PP : Meski di luar Malang, tapi hasil kopinya kan bisa digabungkan dengan hasil kopi Malang raya.

FE ; Ya bisa juga sih, karena pasarnya Arabika Ijen itu ada di Malang. Dan Ijen sendiri mempunyai keunggulan tersendiri sebagai penghasil Kopi Luwak.

PP : Luwak? Seperti apa itu?

FE : Itu biji-biji kopi yang tumbuh sendiri dari kotoran Luwak. Hasilnya luarbiasa, karena memang Luwak adalah penyortir alami untuk bibit kopi unggul. Sedangkan di Arjuno, Kopi Luwak diambil dari kotoran Luwak. Biji-biji yang masih utuh dari kotoran itu disortir dan diolah menjadi Kopi Luwak.

PP : Kopi Arabica Wine yang menjadi unggulan anda dkk sekarang ini di Malang. Apakah itu diproses di Ijen atau di Arjuno atau bagaimana?

FE : Itu diproses di Arjuno. Arabica Wine adalah hasil dari sebuah proses fermentasi biji kopi Arabika. Semua Kopi Arabika bisa diproses seperti itu, ntah itu Gayo, Ijen atau Arjuno. Selaku pengusaha kopi di Malang, jarak terdekat bagi saya adalah Arjuno, maka saya menggandeng petani kopi di Arjuno melalui Gapoktan-nya (Gabungan Kelompok Tani).

Febrian Eka menyeduh Arabica Wine untuk kolega baru Parlin Pakpahan. Foto : Parlin Pakpahan.
Febrian Eka menyeduh Arabica Wine untuk kolega baru Parlin Pakpahan. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : Siapa mereka itu?

FE : Begini. Kalau petani sendiri yang mengerjakan fermentasi kopi untuk menjadi Arabica Wine dan proses Anaerob untuk kopi, itu masih belum mumpuni. Maka ada kader atau petugas teknis yang sudah didiklat dari Aliansi Petani Kopi. Pemerintahlah yang mendiklat kader-kader terseleksi di Gapoktan. Mereka dilatih khusus untuk fermentasi mulai dari penjemuran. Biasanya para petani kopi menjemur biji kopi di atas terpal. Kalau sekarang penjemuran langsung menggunakan atap plastik UV yang tak mudah getas yang usia pakainya sampai lima tahunan. Jadi kita pengusaha yang bermitra dengan aliansi petani kopi juga adalah pemberdaya petani kopi di lereng Gunung Arjuno.

PP : Bagaimana mengorganisirnya?

FE : Gapoktan itu ada ketuanya dan masing-masing kelompok mewakili Aliansi Petani Kopi. Mereka yang telah dilatih nanti akan mengajarkannya kepada para pekerja di lapangan.

PP : Bagaimana teknik fermentasi Kopi Arabika Arjuno menjadi Arabica Wine?

FE : Ini bermula dari biji kopi yang disebut "red cherry", yi biji kopi Arabika yang benar-benar matang dan berwarna merah, masih belum jatuh atau posisinya masih di pohon. Kita petik secara manual tidak secara renteng agar tak tercampur. Hasil pemetikan itu  kita taruh di kantong plastik "food grade" yang memang untuk makanan. Plastik berwarna hijau biru itu lumayan mahal per meternya. Setelah pengumpulan red cherry selesai, lalu dicuci bersih dan diangin-anginkan sejenak agar kering. Setelah itu dimasukkan ke tong. Tapi bukan tong logam, karena kalau logam ya akan korosi dan itu tak cocok bahkan tak bisa untuk fermentasi kopi. Tong yang match untuk fermentasi biji kopi adalah tong plastik tebal berwarna biru, tutupnya berwarna hitam. Setelah semua red cherry masuk, lalu kita tutup dan kunci rapat. Tapi di dalam tong itu sendiri sebelumnya kita kasi plastik food grade biar fermentasinya bagus. Pada tutup tong fermentasi ada pipa berbentuk spiral terbuat dari karet agar keluar-masuknya  udara tertata dengan baik. Tong-tong itu lalu kita taruh di kamar gelap yang terlindung dari matahari. Proses Fermentasi ini berlangsung 25-30 hari. Lalu dikeluarkan dan ditaruh di atas terpal tenda, dijemur selama 2 hari. Red cherry yang selesai difermentasi itu kulitnya sudah berubah warna menjadi coklat dengan tingkat kebasahan yang masih tinggi. Dijemur selama dua hari lalu dipulper atau dikupas kulit arinya atau dipisahkan kulit yang berwarna coklat itu dari bijinya, Setelah itu dipulper lagi untuk penentuan grade dilihat dari besaran dan kondisi biji kopi, yang mana grade A dan yang mana grade B. Pulper sebuah alat pemecah dan pemilah biji kopi untuk menyortir biji kopi ukuran besar atau kecil. Penamaan itu khas Malang. Dalam proses ini ada alat ayak yang khusus menyortir kopi sesuai ukuran standar. Fermentasi itu sendiri sudah menaikkan harga dan hasil sortiran pun demikian. Grade A dan grade B tentu beda harganya. Arabica Wine grade A sekarang ini harganya Rp 320.000 per Kg, bandingkan dengan harga Kopi Arabika Arjuno yang fullwash Rp 180.000 per Kg, Kopi Arabika Ijen yang fullwash Rp 190.000 per Kg dan Kopi Robusta Dampit yang hanya Rp 80.000 per Kg. Kemudian sortasi biji dengan alat pengayak khusus untuk menentukan yang mana biji bulat sempurna (grade A), yang mana biji kecil dan biji pecah (grade B). Masing-masing akan berbeda harganya. Biji kecil dan biji pecah masih bisa diolah, tapi rasa dan harganya akan jauh berbeda dengan biji bulat sempurna.

Arabica Wine Arjuno (kr) dan Arabika standar (kn). Foto : Parlin Pakpahan.
Arabica Wine Arjuno (kr) dan Arabika standar (kn). Foto : Parlin Pakpahan.

PP : O hasil akhir pastinya memang 3 macam biji yang sudah kering itu?

FE : Ya, biji sempurna yang berbentuk bulat sempurna, biji kecil dan biji pecah.

PP : Biji sempurna berapa persen dari hasil fermentasi per tong.

FE : Itu pada angka rata-rata 70%.

PP : Residu yang 30% masih bisa diolah?

FE : Ya tentu. Itulah yang disebut Arabica wine grade B. Oya, sebelum lebih jauh, kita masih memproses lagi setelah penjemuran yi kadar airnya. Kalau kadar airnya di atas 13%, itu harus dijemur lagi dengan dipayungi plastik UV. Kalau kadar airnya 13% apalagi di bawah 13%, itu sangat bagus. Jadi kalau diroasting, maka penyusutannya normal yi pada angka 20%, Seumpama kita roasting 1 Kg, maka hasilnya akan menjadi 800 gr. Susutnya sedikit sekali kalau kadar airnya sesuai standar yi di bawah 13%.

PP : Bagaimana total produksi Kopi Arabika dari Arjuno dan berapa banyak Arabica wine dari biji sempurna itu dapat dihasilkan dalam 1 tahun?

FE : Itu bergantung pada wilayah Gapoktan ybs. Arabika Arjuno itu per pohonnya bisa menghasilkan 15-25 Kg. Karena ada 5 Gapoktan, per Gapoktan mengolah 5 Ha. Itu tinggal kita kalikan. Jarak tanam per pohon 7-8 meter, maka kisaran pohon yang ditanam per Ha-nya adalah 1.334 pohon. Jadi per Ha dapat menghasilkan : 1.334 pohon x 20 Kg = 26.680 Kg per bulan atau 320.000 Kg atau 320 ton per tahun. 5 Gapoktan dengan total 25 Ha. Maka total hasil produksi Kopi Arabika Arjuno per tahun : 25 Ha x 26.680 Kg  = 667.000 Kg atau 667 ton per bulan dan total produksi per tahun : 667 ton x 12 = 6.804 ton.

Kopi Robusta Dampit, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Kopi Robusta Dampit, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : Yang sudah difermentasi jadi Arabica Wine? Berapa total hasil dari kelima Gapoktan itu?

FE :. Hitungan kita per bulan. 5 Gapoktan itu bisa menghasilkan 30-35 ton. Nah tinggal kita kalikan 12 bulan, maka totalnya sekitar 360-420 ton per tahun. Tapi harus diingat petani kopi Arabika Arjuno juga biasa menandon atau menyimpannya di gudang. Itu tadi angka maksimal. Kita di Arjuno sini memang fokus pada Kopi Arabika. Ketinggiannya standard untuk Kopi Arabika yi 1200 dpl.

PP : Itu Arjuno yang di sisi Malang atau Pasuruan?

FE : Kita yang di sisi Malang. Kalau yang di sisi Pasuruan itu banyak terdapat pohon kopi arabika tua peninggalan Belanda. Oleh warga setempat dinamai pohon Kencis. Itu pohon kopi yang batangnya sebesar rangkulan orang dewasa.

PP : Wah itu bukan kopi lagi. Terlalu tua. He He ...

FE : He He ...

PP : Untuk sekadar membandingkan, Kopi Arabika sejak ditanam dari bibit ntah di Arjuno atau di Ijen. Umur berapa kopi itu mulai menghasilkan buah pertama?

FE : Dua Setengah tahun.

Punoekawan Roastery dan sampel biji Kopi Arabika Malang dan Ijen yang sudah roasted. Foto : Parlin Pakpahan.
Punoekawan Roastery dan sampel biji Kopi Arabika Malang dan Ijen yang sudah roasted. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : O sama dengan Kopi Arabika Batak atau nama rakyatnya Kopi Sigararutang atau oleh fabrikan kopi dikenal sebagai Kopi Lintong. Kopi Arabika Sumut itu pada usia 2 tahun baru menghasilkan biji kopi yang pertama.

FE : Disini untuk Kopi Arabika Arjuno, setengah tahun pertama, itu buah belajar namanya. Hasilnya tidak seragam. Hitungan produktifnya kita hitung pada usia 3 tahun.

PP : Usia produktifnya sampai berapa tahun?

FE : Rata-ratanya 10 tahun. Setelah itu kita potong, lalu kita pakai sistem stek..

PP : Di Sumut, khususnya Toba, umur produktif Kopi Arabika itu hanya sampai 8 tahun. Di atas itu tetap tumbuh memang sampai puluhan tahun, hingga seperti pohon kopi yang disebut Kencis di Pasuruan.Tapi jelas nggak berguna. Kalaupun ada biji kopinya, tapi sudah nggak mutu lagi.

FE : Disini setelah 10 tahun. Kita potong dan kita lakukan stek, karena pohon tua ini akar tunggangnya sudah dalam dan piawai mencari hara. Dengan kata lain kita hanya butuh pohon inti untuk stek tanaman baru.

PP: Kalau di Sumut dibuat saf saf sampai 4 saf. Semisal usia produktif sudah selesai, maka semuanya dibabat. Dan Saf terdekat sudah memulai usia produktifnya untuk dipanen. Tanah di saf lama dipugar lagi agar tanah pulih kembali. Dan begitu seterusnya.

FE : Sebenarnya sama saja. Di Malang pohon kopi yang distek itu, setelah habis usia produktifnya, ya kita cabut dan lahannya kita olah lagi dengan pupuk organik.

PP : Bagaimana pengolahan kopi arabika asal Arjuno Malang ini secara keseluruhan. Apa mencar di Jatim dengan cara masing-masing atau ada penyeragaman dalam pengolahan sehingga menjadi kopi bubuk dst.

FE : Kalau penyeragaman dari green bean atau biji mentah sampai ke biji bersih sortiran. Kalau pemasaran tergantung permintaan. Kelemahan Arabica wine ini sulit diekspor, karena katanya Arabica wine mentahan masih banyak terkandung HPT (Hama Penyakit Tanaman). Saya hanya melihat proses birokrasi untuk ekspor Arabica wine itu sangat ketat. Katanya ada aturan tidak boleh membawa hama ke luar negeri. Arabica Wine berbentuk roast bean atau sudah mateng, itu seharusnya sudah bisa dieskpor. Sementara ini permintaan untuk Arabica wine masih bersifat lokal. Tapi pastinya trader maupun penikmat kopi arabika di Jatim sebetulnya sudah gemas, agar Arabica wine ini dimunculkan, tapi itulah masyarakat disini nggak ada yang mendorong, untuk bagaimana agar Arabica wine Arjuno itu semakin besar. Arabica Wine adalah sebuah inovasi yang harus ditunjukkan kepada publik. Pengennya kita memang ke Mancanegara. Tapi seperti yang saya katakan tadilah kendalanya.

Roaster Coffee buatan Puslit Cocoa dan Kopi Jember, Jatim. Foto : Parlin Pakpahan.
Roaster Coffee buatan Puslit Cocoa dan Kopi Jember, Jatim. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : Memang benar kopi ekspor itu yang sudah diroasting. Juga betul harus diperiksa lagi dengan seksama apakah bawa hama atau tidak. Tapi ya bagaimanapun untuk Jatim mengapa tidak, kan ada gerbang samudera yi Pelabuhan Tg. Perak dan bandara internasional Juanda. Yang penting prosedur higinisnya sudah dilalui. Apa nggak terpikir bagaimana menerobosnya.

FE : Tapi faktanya ya sulit. Katakanlah kita sudah separuh jalan, tapi ada penghalang semacam tembok hitam. Dan mereka yang ada di balik itu semua adalah pemain-pemain kopi juga. Jadi kita dicut oleh pemain-pemain kopi juga. Dengan kata lain, ada mafia kopi untuk pintu keluar ekspor kopi semacam Arabica wine.

PP : Oya, sama seperti kasus bawang merah di zaman Esbeye sampai-sampai menteri turun ke Surabaya.

FE : Persisnya mafia hasil bumi.

PP : Betul .. betul .. Tapi ngomong-ngomong siapa mereka? Apa itu Kapal Api atau Excelso di Sidoarjo. Kalau nggak salah ingat ada pemain kakap di Jatim yang borong kopi yang masih hijau dan terkabar kopi hijau itu pernah dibuang begitu saja untuk dan demi mempertahankan harga di pasaran.

FE : PT Asal Jaya salah satunya.

PP : Bagaimana alternatif kemitraan dengan Jakarta? Trader dan penikmat kopi disana tentu senang dengan inovasi seperti Arabica wine yang telah Febri dkk kembangkan yang sejauh saya tahu belum ada disana.

FE : Kopi Arabika sebagaimana kita tahu kan unik dengan keasamannya. Arabica Wine keasamannya lebih tinggi lagi. Dan rasa kopi pun jadi strong begitu.

PP : Iya iya. Saya sudah coba yang namanya Arabica wine Arjuno. Wow eksotis banget deh. Ini cocok untuk minum di cafe pada malam hari sembari dengar musik hangat. Juga sudah saya cicipi Arabika standar Arjuno dan Arabika standar Ijen. Saya pikir area Malang dan sekitar di ketinggian 1200 dpl memang luarbiasa untuk kopi Arabika. Btw, untuk Arjuno sisi Malang, desa-desa apa saja penghasil kopi arabika itu.

FE : Desa Karangploso, Desa Gunung Malang, Desa Putuk Lesung dan Trawas. Keempat desa itu di ketinggian 1200-1400 dpl.

PP : Di Malang sendiri, bagaimana kesempatan Arabica wine untuk muncul di cafe-cafe besar dan ramai sekarang ini.

FE : Kita sementara ini menjual langsung kepada para peminat dan pecinta arabika wine. Kita sudah cukup lama menjajaki cafe-cafe besar. Maklumlah, Kopi Arabika kan untuk klas menengah ke atas.

PP : Betul .. betul .. kalau rakyat pada umumnya Robusta saja. Selamat ya Febrian anda dkk sudah menggeluti sebuah inovasi unik yi Arabica wine Arjuno dan tak lupa titip salam buat komunitas kopi arjuno di keempat desa tsb.

FE : Tks Pak Parlin dan salam juga untuk Kompasiana.

What Next

Demikianlah obrolan kita dengan Febrian Eka yang mengusung inovasinya Arabica Wine dalam perkopian Malang. Bagaimana selanjutnya dengan kopi eksotis tak ada duanya itu tentu bergantung bagaimana langkah Febri dkk ke depan ini, ntah itu kemitraan alternatif dengan pemain kopi di Jakarta sejauh bakal mitra di Jatim, khususnya Surabaya, masih menahan laju Arabica Wine karena alasan bisnis yang sesungguhnya tak rasional dilihat dari keunggulan komparatif daerah sebagaimana halnya Arabica Wine dari lereng Arjuno.

Terlepas dari kontroversi bisnis kopi di atas, Prawoto Indarto, akademisi peneliti kopi dan penulis buku "The Road to Java Coffee" pernah mengatakan orang Malang perlu menguatkan narasi atau cerita mengenai kopi Malang. Di wilayah Gunung Kawi, tepatnya di Kebun Bangelan, kebun andalan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII adalah awal pusat penelitian kopi jenis robusta yang didatangkan Belanda dari luar negeri. Di tempat ini pula dilakukan uji kelayakan kopi Robusta untuk pertama kali dan berhasil. Robusta ini yang kemudian disebar dan ditanam di seluruh Indonesia. Di Malang sendiri, Dampit adalah lahan produksi utama Kopi Robusta Malang.

Cerita itu tak terlalu mengejutkan karena memang fakta. Yang menggemaskan dan membuat Kopi Malang berjalan di tempat tak lain karena orang Malang mengabaikan cita rasa dan cerita tentang kopi. Dalam perkopian orang tidak hanya membeli rasa tapi juga cerita tentang kopi. Cerita klasik Malang tak hanya Prasasti Dinoyo tapi juga cerita tentang kopi. Tapi sebelumnya satukan dulu wawasan bahwa kopi Malang itu harus dipanen dengan benar dan selektif, tidak asal panen. Dan pada proses roasting, para roastery harus faham sepenuhnya cita rasa kopi yang disukai pasar nasional. Lihat mengapa Kopi Arabika Lintong dan Kopi Arabika Kerinci Kayu Aro bahkan pendatang baru Kopi Arabika Manggarai Flores bisa laris manis secara nasional. Tak lain tak bukan para pemain kopi di daerah itu sudah piawai dalam menentukan cita rasa kopi yang sesuai dengan harapan komunitas kopi nasional.

Kalaulah komunitas kopi se-Malang raya sudah menyadari itu, saya pikir akanlah mudah bagi Kopi Malang untuk berkibar secara nasional bahkan internasional. Bukankah perkopian Malang sudah ada sejak zaman Londo atau Belanda. Apalagi inovasi semacam Arabica Wine sudah muncul sekarang ini. Tunggu apa lagi. Hayyo call Eka Febrian dengan No WhatsApp 081252183083 ....

Joyogrand, Malang, Mon', Jan' 10, 2022

Kopi biji fullwash sedang didinginkan setelah diroasting dengan instrumen buatan Puslit Cocoa dan Kopi Jember, Jatim. Foto : Parlin Pakpahan.
Kopi biji fullwash sedang didinginkan setelah diroasting dengan instrumen buatan Puslit Cocoa dan Kopi Jember, Jatim. Foto : Parlin Pakpahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun