Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bangun-bangun: Keren tapi Ditinggalkan

23 November 2021   09:03 Diperbarui: 23 November 2021   09:10 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangun-Bangun yang tumbuh di Simalungun, tano Batak. Foto by Rizal Martua Damanik.

Bangun-Bangun : Keren Tapi Ditinggalkan

Keanekaragaman Hayati

Indonesia adalah negara kedua terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) setelah Brazil. Hutan tropik Indonesia diperkirakan memiliki 28.000 spesies jenis tumbuhan, dimana 7.000 diantaranya adalah tumbuhan obat, dan sekitar 283 sudah teregistrasi sebagai tumbuhan obat.

Salah satu tumbuhan yang diyakini berkhasiat untuk kesehatan dan juga pengobatan adalah tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour). Tanaman asli Indonesia asal Tano Batak ini -- juga ada di belahan dunia lainnya dari evolusi alam - biasa dikonsumsi oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara.

Bangun-Bangun merupakan tanaman obat yang daunnya telah digunakan sebagai sayuran untuk meningkatkan kuantitas ASI (bersifat laktagogum) oleh masyarakat Batak sejak ratusan tahun lalu. Khasiat laktagogum Bangun-Bangun ini telah terbukti pada manusia. Selain itu, efek farmakologis dari daun ini juga telah dikenal, antara lain sebagai penghilang rasa  nyeri (analgesik), anti kolesterol dan antibakteri.

Kata Bangun-Bangun dengan kata dasar "Bangun" berarti "bangkit". Ini bisa dimaknai dalam filosofi Batak bahwa perempuan Batak yang baru melahirkan akan mampu dan kuat menyusui bayinya sepanjang hari dan produksi ASInya akan banyak dan mencukupi kebutuhan bayi.

Bangun-Bangun adalah terna atau tumbuhan yang batangnya lunak atau tanaman menyerupai semak, tidak berumbi, percabangan agak berbentuk galah, berbulu halus pada saat muda, dan lokos atau berpenampakan licin jika tua. Daun berhadapan, tunggal, tebal, berdaging, bundar telur melebar, agak bundar atau berbentuk seperti jantung, dengan luas 5-7 cm x 4-6 cm, permukaan atas berbulu halus tersebar dan pada bagian pertulangan daunnya berambut panjang, tepi daun terlihat beringgit seperti roda kecil pemantik api pada "matches" sampai bergigi kecuali pada bagian pangkal. Panjang tangkai daun 2-4,5 cm dan berbulu halus.

Pada keadaan segar helaian daun tebal, sangat berdaging dan berair, tulang daun bercabang-cabang dan menonjol sehingga membentuk bangunan menyerupai jala, permukaan atas berbingkul-bingkul, berwarna hijau muda, 3.5 cm permukaan atas dan bawah berambut halus berwarna putih.

Pada keadaan kering helaian daun tipis dan sangat berkerut, permukaan atas kasar, warna coklat-coklat tua, permukaan bawah berwarna lebih muda dari permukaan atas, tulang daun kurang menonjol, pada kedua permukaan terdapat rambut halus berwarna putih. Bangun-Bangun mempunyai cita rasa yang khas, yaitu pahit dan ada rasa mint dengan tekstur yang agak berbulu.

Itulah Bangun-Bangun yang harus kita kenali terlebih dahulu sebelum disayang lebih lanjut. Ia adalah satu dari sekitar 7.000 spesies herbal medicine yang ada di Indonesia.

Bangun-Bangun sebagai  tanaman halaman di Rorotan, Bekasi Utara. Foto by Parlin Pakpahan.
Bangun-Bangun sebagai  tanaman halaman di Rorotan, Bekasi Utara. Foto by Parlin Pakpahan.

Sebagai Herbal Medicine

Daun bangun-bangun tergolong sebagai tanaman herbal yang diyakini memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan tubuh. dr. Kevin Adrian dalam alodokter.com meringkas khasiatnya dari berbagai sumber :

1. Menguatkan sistem kekebalan tubuh.

Daun Bangun-Bangun mengandung vitamin C, vitamin A, aneka mineral, serta antioksidan yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat.

2. Meningkatkan suplai ASI Ibu.

Ibu menyusui perlu mencukupi asupan nutrisi dan cairan tubuhnya agar produksi ASI bisa berjalan lancar, karenanya perlu mengkonsumsi beberapa jenis makanan atau tanaman herbal, termasuk daun Bangun-Bangun, karena mengandung senyawa laktagogum yang dapat meningkatkan suplai ASI.

3. Melegakan saluran pernapasan.

Secara tradisional, daun Bangun-Bangun telah banyak digunakan untuk mengatasi batuk dan membersihkan saluran napas dari lendir. Beberapa riset menyebutkan daun Bangun-Bangun memiliki sifat antibakteri dan efek ekspektoran yang dapat mengencerkan dahak.

4. Meredakan demam.

Bangun-Bangun diketahui dapat meredakan demam berkat kandungan zat antiradang di dalamnya. Tak hanya itu, juga memiliki efek antibakteri, sehingga dapat mengatasi infeksi kuman yang dapat menimbulkan demam.

5. Melancarkan buang air kecil.

Daun Bangun-Bangun merupakan tanaman herbal yang juga dikenal memiliki efek diuretik alami, sehingga dapat merangsang pembentukan dan pembuangan urine. Dengan lebih banyak mengeluarkan urine, zat beracun dan cairan berlebih dalam tubuh pun dapat dikeluarkan.

6. Menjaga kesehatan tulang.

Daun Bangun-Bangun mengandung asam lemak sehat, seperti omega-3 dan omega-6, yang baik untuk kekuatan tulang dan sendi.

Bangun-Bangun yang tumbuh di Simalungun, tano Batak. Foto by Rizal Martua Damanik.
Bangun-Bangun yang tumbuh di Simalungun, tano Batak. Foto by Rizal Martua Damanik.

Orasi Ilmiah di IPB

Penasaran mengapa Bangun-Bangun sepi peminat, bahkan di Tano Batak sendiri yang memberi nama Bangun-Bangun, kaum Ibu yang biasa mengkonsumsinya, terutama setelah melahirkan, malah sudah banyak yang meninggalkannya begitu saja. 

Fenomena ini sudah mencuat sejak tahun 2000-an. Apalagilah di tanah rantau seperti pulau Jawa ini, khususnya Jabodetabek. Katakanlah di lapo-lapo atau rumahmakan-rumahmakan Batak, Bangun-Bangun tak terlihat sama sekali, termasuk di pesta-pesta besar sekalipun yang biasanya menyajikan kuliner tradisional. Yang kita dapatkan disini paling banter daun ubi tumbuk yang pakai rimbang dan rias. Selebihnya mix.

Tak urung saya pun mencari-cari bacaan terbaru. Mengapa dan mengapa. Sial, juga tak dapat. Tapi setelah berkutat meng-googling terus atas-bawah, kanan-kiri, akhirnya ketemu brow.

Ya, saya ketemu tulisan Prof. Rizal Martua Damanik, seorang pengajar di IPB. Kebetulan beliau adalah pakarnya. Dalam orasi ilmiahnya pada akhir 2014 lalu di IPB, Prof Damanik memaparkan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukannya sejak tahun 2001 terkait dengan kearifan lokal masyarakat Batak dalam memanfaatkan tanaman Bangun-Bangun atau Torbangun dalam Bahasa Simalungun dalam kaitannya dengan pembangunan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Penelitian secara komprehensif tentang khasiat laktagogum tanaman Bangun-Bangun dibandingkan dengan beberapa produk yang memiliki efek laktagogum pertama kali dilakukan oleh Damanik pada tahun 2003. 

Penelitian tersebut dilakukan di Tano Batak Simalungun, Sumatera Utara, dimana tradisi dan kepercayaan masyarakat ini berasal. Sayur Bangun-Bangun yang disajikan dimasak sesuai resep tradisional oleh perempuan Batak dan dikonsumsi selama 30 hari. Biasanya daun Bangun-Bangun itu dimasak dalam rupa sop ayam atau sapi atau dalam rupa gulai ayam.

Pada penelitiannya, Damanik membagi subyek kedalam tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (reference) yang mengonsumsi Moloco+B12TM (tablet yang biasa dikonsumsi ibu menyusui di Indonesia); kelompok yang mengonsumsi Fenugreek (kapsul berisi serbuk Trigonella foenum-graecum yang biasa dikonsumsi ibu menyusui di Amerika dan Eropa); dan kelompok yang mengonsumsi sayur Bangun-Bangun sebanyak 150 gram per sajian.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan volume ASI secara signifikan pada kelompok Bangun-Bangun dari hari ke-14 sampai hari ke-28, yaitu dari 361 sampai 479 mL atau dengan rata-rata kenaikan sebesar 65%. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok perlakuan lainnya, yaitu 10% pada kelompok tablet Maloco+B12TM dan 20% pada kelompok kapsul Fenugreek.

Pemberian sayur Bangun-Bangun dapat meningkatkan sekresi ASI. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pengaruh komponen aktif di dalam daun Bangun-Bangun dalam proliferasi sel sekresi air susu dan dapat digunakan sebagai indikator aktifitas sel sekresi air susu.

Suplemen ekstrak Bangun-Bangun juga diberikan kepada tikus yang sedang menyusui pada hari kedua sampai hari ke-28 setelah melahirkan. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan DNA dan RNA, masing-masing sebesar 75% dan 75.3%, pada tikus yang diberi suplemen ekstrak Bangun-Bangun. 

Peningkatan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan RNA pada tikus yang diberikan suplemen Moloco+B12TM, yaitu sebesar 26.4%, sedangkan DNA pada tikus tersebut mengalami penurunan sebesar 22.5%. Adanya peningkatan DNA dan RNA setelah diberi suplemen Bangun-Bangun mengindikasikan bahwa daun Bangun-Bangun dapat meningkatkan proliferasi sel sekresi air susu.

Hasil penelitian tentang khasiat laktagogum tanaman Bangun-Bangun ini telah menarik minat dan perhatian peneliti-peneliti lain manca negara, khususnya di bidang gizi dan kesehatan, sehingga tulisan Damanik dengan judul "Torbangun; a Bataknese traditional cuisine for the lactating mother in the North Sumatra Province of Indonesia" telah diterbitkan dalam "Handbook of Dietary and Nutritional Aspects of Human Breast Milk" pada tahun 2013. oleh Wageningen Academic Publishers, The Netherlands.

Bangun-Bangun yang tumbuh di Tarutung, Tano Batak. Foto by Parlin Pakpahan.
Bangun-Bangun yang tumbuh di Tarutung, Tano Batak. Foto by Parlin Pakpahan.

Bangun-Bangun dan Sindrom Metabolik

Bangun-Bangun merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dalam jumlah yang tinggi sehingga daun Bangun-Bangun dapat digunakan sebagai obat herbal dalam penurunan kadar kolesterol.

Tanaman Bangun-Bangun mengandung zat gizi mikro dan senyawa fungsional yang bermanfat bagi kesehatan manusia. Bangun-Bangun selain kaya serat juga kaya zat gizi mikro seperti magnesium, besi, zink, kalsium, -tokoferol, dan b-karoten. Bangun-Bangun juga mengandung komponen bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, saponin, tanin, dan flavonoid.

Upaya yang pernah dilakukan untuk meminimalisir cita rasa khas daun Bangun-Bangun adalah melalui induksi mutasi fisik dengan menggunakan iradiasi sinar gamma. 

Juga pernah dilakukan penelitian terhadap kelompok mahasiswa yang memiliki kecenderungan pola makan yang tidak teratur dan pada orangtua penderita kolesterol dengan memberikan kapsul yang berisi serbuk Bangun-Bangun selama satu bulan. Kapsul yang diberikan berisi 250 mg serbuk Bangun-Bangun per kapsulnya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar kolesterol baik pada mahasiswa maupun orangtua penderita kolesterol. Konsumsi serbuk Bangun-Bangun dapat menurunkan nilai total kolesterol sebesar 2.31 mg/dl (1.4%). 

Namun, total kolesterol di awal dan akhir penelitian tidak mengalami perbedaan perubahan nilai yang signifikan. Tidak terdapatnya perbedaan perubahan nilai total kolesterol di awal dan akhir penelitian diduga karena adanya sinergisme antara kandungan serat, vitamin C serta antioksidan serbuk Bangun-Bangun dalam mempertahankan angka total kolesterol.

Antioksidan dalam Bangun-Bangun dapat mencegah timbulnya radikal bebas. Selain itu, kandungan vitamin C dalam Bangun-Bangun juga dapat membantu pengeluaran kolesterol dengan menghambat sintesis asam empedu menjadi kolesterol sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Walaupun serbuk Bangun-Bangun dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, yaitu sebanyak 750 mg (@250mg x 3 kapsul sehari), dapat menyumbangkan 0.5 gram serat/hari sehingga meningkatkan nilai konsumsi serat mencapai 5 gram/hari.

Paparan eksperimental itu cukup mengejutkan sejauh terkait khasiatnya soal ASI Ibu dan pengobatan kolesterol. Yang disesalkan, lagi-lagi soal tindaklanjut sebuah temuan signifikan. Sejauh ini belum ada pastinya kapan farmakologi Indonesia melalui institusinya merestui sebuah nama paten untuk katakanlah kapsul Bangun-Bangun untuk Ibu menyusui, atau tablet Bangun-Bangun untuk pengobatan kolesterol, batuk dan flu, demam dst sesuai temuan terakhir terkait khasiat Bangun-Bangun selaku herbal medicine Indonesia.

Citarasa Bangun-Bangun

Kalau kita berbicara soal citarasa dalam kuliner, maka banyak sebetulnya tumbuhan selaku bahan baku yang berasa tak nyaman di lidah kita. Apalagi citarasa masa kini yang sangat didominasi oleh rasa manis. 

Kendati demikian, toh dengan adanya upaya kreatif dari rakyat di belahan manapun di nusantara ini, dalam perjalanan waktu semua ketidaknyamanan lidah itu dapat diatasi dengan baik. Sebagai contoh sambal Andaliman, yang rasanya getir kini menjadi eksotis dengan taburan caberawit hijau, asam kandis dan kaldu sapi. 

Contoh lain lagi, Selada atau lalapan bunga papaya dan daun papaya Jepang. Apabila diberi saus atau sambal tradisional kita dari gilingan cabai dan ikan teri katakanlan ikan teri Medan. 

Rasanya tak kalah eksotis dibandingkan dengan selada asing yang bersaus asing itu. Daun "Popohan" yang sudah langka di tanah Sunda yang juga terasa langu, tapi ketika sudah bersih dan disajikan di meja makan dan dijadikan lalapan dengan saus Sunda istimewa, lalu kita bersantap dengan ikan mas atau mujair yang digoreng setengah kering. Rasanya nyuss dan segar bukan main.

Beberapa penelitian memang pernah dilakukan untuk pengembangan produk berbahan dasar daun Bangun-Bangun, seperti pembuatan minuman ringan Bangun-Bangun, kapsul Bangun-Bangun, susu, risoles Bangun-Bangun, sayur Bangun-Bangun siap saji dalam kemasan; serbuk siap saji untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) ibu menyusui dan Siomay Bangun-Bangun.

Lagi-lagi yang disesalkan upaya itu juga tak berlanjut dan lari-lari di tempat alias hanya tersimpan di lemari arsip universitas atau lembaga swadaya atau terhenti di komunitas profesi tertentu saja. Kita hanya tahu bahwa itu pernah dilakukan dalam rangka memberi nilai tambah pada Bangun-Bangun disertai harapan masyarakat akan dapat menerimanya. Apabila penelitian itu sukses besar dalam penerimaan masyarakat, maka betapa dahsyat pasar Bangun-Bangun yang bakal terbentuk di negeri ini.

Berpulang ke pariwisata Toba

Bangun-Bangun yang tempo doeloe diawali di tano Batak sebagai kuliner. Bisa disayur santan begitu saja dengan ditambah irisan tomat, sedikit rasa pedas dan garam secukupnya. Inipun sudah enak. Apalagi kalau digunakan sebagai pelengkap gulai ayam, sop sapi atau ayam. Ini akan lebih enak lagi karena sudah mengandung kaldu lezat dari ayam atau sapi.

Sayang pengembangannya sebagai kuliner yang diinovasi belum sampai ke tangan para chef terdidik di kepariwisataan kita. Bangun-Bangun lebih digalakkan promosinya sebagai herbal medicine. Maka kalangan luas lebih memandangnya sebagai herbal medicine. inipun pada kenyataannya mandeg, sekalipun sudah cukup banyak penelitian komprehensif yang dilakukan terhadap Bangun-Bangun seperti yang dirintis secara modern oleh Prof. Rizal Martua Damanik dari IPB Bogor.

Kita terpaksa memulangkan ini semua kepada dunia pariwisata Toba yang kini sudah mulai berkembang dengan baik. Siapa tahu di tangan para Ibu-Ibu Tano Batak, ada Inovasi lanjutan dalam dunia kuliner setelah jauh sebelumnya hanya menggunakan Bangun-Bangun sebagai pemicu ASI Ibu. Bagaimana kalau ditingkatkan menjadi salah satu kuliner yang dapat dibranding atas nama kuliner Toba.

Bukankah branding sebuah destinasi wisata bergantung pada potensi dan keunggulan komparatif daerahnya seperti kuliner, budaya masyarakat, selain obyek wisata alam yang jelas-jelas dalam hal ini adalah Danau Toba dan Batangtoru Forest.

Siapa tahu dari kuliner Bangun-Bangun, ekonomi kreatif dalam kepariwisataan Toba akan berkembang lebih pesat lagi. Dan di atas segalanya mental anak bangsa dapat diperbaiki agar lebih menghargai bahkan menghormati legacy leluhurnya sendiri.

Depok Bolanda, Tue', Nov' 23, 2021

Referensi :

Pengamatan pribadi di lapangan selama 10 tahun terakhir

Prof. Damanik dalam link : https://bre.is/dwm4ZbMs

dr. Kevin Adrian dalam link : https://bre.is/3xLuUSVZ

Parlin Pakpahan Facebook dalam link : https://bre.is/4YEhAVnA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun