5. Melancarkan buang air kecil.
Daun Bangun-Bangun merupakan tanaman herbal yang juga dikenal memiliki efek diuretik alami, sehingga dapat merangsang pembentukan dan pembuangan urine. Dengan lebih banyak mengeluarkan urine, zat beracun dan cairan berlebih dalam tubuh pun dapat dikeluarkan.
6. Menjaga kesehatan tulang.
Daun Bangun-Bangun mengandung asam lemak sehat, seperti omega-3 dan omega-6, yang baik untuk kekuatan tulang dan sendi.
Orasi Ilmiah di IPB
Penasaran mengapa Bangun-Bangun sepi peminat, bahkan di Tano Batak sendiri yang memberi nama Bangun-Bangun, kaum Ibu yang biasa mengkonsumsinya, terutama setelah melahirkan, malah sudah banyak yang meninggalkannya begitu saja.Â
Fenomena ini sudah mencuat sejak tahun 2000-an. Apalagilah di tanah rantau seperti pulau Jawa ini, khususnya Jabodetabek. Katakanlah di lapo-lapo atau rumahmakan-rumahmakan Batak, Bangun-Bangun tak terlihat sama sekali, termasuk di pesta-pesta besar sekalipun yang biasanya menyajikan kuliner tradisional. Yang kita dapatkan disini paling banter daun ubi tumbuk yang pakai rimbang dan rias. Selebihnya mix.
Tak urung saya pun mencari-cari bacaan terbaru. Mengapa dan mengapa. Sial, juga tak dapat. Tapi setelah berkutat meng-googling terus atas-bawah, kanan-kiri, akhirnya ketemu brow.
Ya, saya ketemu tulisan Prof. Rizal Martua Damanik, seorang pengajar di IPB. Kebetulan beliau adalah pakarnya. Dalam orasi ilmiahnya pada akhir 2014 lalu di IPB, Prof Damanik memaparkan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukannya sejak tahun 2001 terkait dengan kearifan lokal masyarakat Batak dalam memanfaatkan tanaman Bangun-Bangun atau Torbangun dalam Bahasa Simalungun dalam kaitannya dengan pembangunan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Penelitian secara komprehensif tentang khasiat laktagogum tanaman Bangun-Bangun dibandingkan dengan beberapa produk yang memiliki efek laktagogum pertama kali dilakukan oleh Damanik pada tahun 2003.Â