Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salam 10 November 2021

9 November 2021   16:40 Diperbarui: 9 November 2021   17:23 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, sebaiknya gunakan saja jurus Homang Toba memberondong mangga hutan Batangtoru, agar metoda mereka berbalik menjadi pembusukan diri sendiri dan pembusukan partai yang ditungganginya agar tak lolos dalam threshold pemilu berikutnya.

Pemaknaan baru

Sebagai closing esai ini, pahlawan dan kepahlawanan per definisi sudah nggak match lagi dengan perkembangan zaman. Dengan Ritualisme penanggalan dan siklus waktu pun juga demikian. 

Dua dekade terakhir ini jelas bagi kita, kalau mau jelas-jelasan, betapa ritus kepahlawanan dua zaman sebelumnya, bahkan awal reformasi, sudah tak lagi dihadiri dengan khusuk sebagaimana halnya sebuah ritual yang sudah permanen pakem-pakemnya. 

Generasi milenial sekarang mencemoohnya sebagai ritual kosong yang tak lagi bermakna, apalagi pengkhotbah 10 Nopember-an seperti Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa dan Pak Lurah, bahkan RI 1 ngeyel dalam berkhotbah, meski baru saja bagi-bagi uang hohoi di depan rakyat. Bahkan ada cukup banyak politisi sontoloyo yang baru saja berorasi dengan berbagai asesori bermerk di sekujur tubuhnya. 

Meski dibombardir kamera, ia tak sadar bahwa tampilan sok-sok keren made in Paris itu ntar menggelontor di aneka medsos Indonesia. Cobalah, cukup banyak dan beragam evaluator anda disana.

Generasi transisi pra milenial kini sebangsa Budiman Sujatmiko dan Adian Napitupulu, dan generasi milenial pertama yang lahir tahun 1980-an sebangsa Benny Hardi keponakanku dan generasi milenial kedua yang lahir pada 1990-an sebangsa anakku Kenia dan yang se-fase dengannya, mereka sudah tidak tahu atau lebih tepatnya tidak mau tahu lagi dengan gelombang kelam atau gelombang sibolis (istilah Batak) yang datang silihberganti sepanjang 1950-an hingga 1990-an. 

Mereka hanya mau tahu bagaimana kita ke depan ini dengan era big-tech yang serba digital sekarang. Bagaimana kita menjadi manusia Indonesia yang Inovatif. 

Bagaimana kita meluruskan "induk hoax" sebangsa sejarah G 30 S. Bagaimana kita mengembalikan uang kemplangan dari bandit-bandit BLBI sebangsa Tommy dkk. Bagaimana kita menghukum para koruptor uang rakyat dengan seadil-adilnya, jangan sampai terulang lagi aksioma siapa kuat bayar mahal maka hukumannya akan diperingan hakim korup dengan seringan-ringannya. Bagaimana kita bermanuver cerdas di pentas internasional. Bagaimana kita berorganisasi yang bagus di wadah-wadah profesi kita. 

Bagaimana kita menata keluarga besar dan sahabat-sahabat kita dengan cara-cara baru yang sudah menjauh dari ritual kosong. Cara-cara baru generasi milenial baik sudut pandang, berinteraksi dan bekerja, meski fungsional sejalan dengan fase-fase kebudayaan -- mengutip van Peursen, tapi bagaimana agar sikap fungsional itu tetap konsisten dengan ajaran kasih sayang dan persaudaraan dalam keluarga inti maupun keluarga super besar Indonesia.

Bagi kalangan milenial, sosok pahlawan di mata mereka bukan lagi orang yang berjuang mengangkat senjata mengusir penjajah dengan segala macam dar der dor disitu, tetapi dalam konteks kini pahlawan sejati itu bagi mereka adalah mereka yang berprestasi di berbagai bidang, mereka yang membawa kebaikan bagi keluarga, sahabat-sahabat dan masyarakat luas, mereka yang berhasil mengharumkan nama bangsa di mata Internasional, ntah itu olahraga, inovasi teknik, kejujuran dst. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun