Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kongres Rakyat Batak dan Momentum Pemekaran Propinsi Tapanuli

16 Juli 2016   16:05 Diperbarui: 16 Juli 2016   16:13 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelembagaan KRB di tano Batak sangatlah penting dan strategis artinya. KRB sudah saatnya dijadikan wadah musyawarah besar komunitas Batak dalam rangka penyempurnaan Protap menjadi PTB atau Propinsi Tano Batak. Melalui KRB kita akan dapat mengawal ketat rekrutmen politisi dan birokrat di masa datang. Kita dapat mengawal ketat Pemilihan Gubernur PTB dan pemilihan kepala daerah sePTB.

Kita dapat mengawal ketat Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) Pemerintah PTB dan Baperjakat serupa di Kabupaten sePTB untuk menseleksi para birokrat Batak multikultur dalam menduduki berbagai jabatan yang tersedia di pemerintahan daerah. Kita pun dapat mengawal ketat kehadiran partai-partai politik di tano Batak agar selalu konsisten berjalan di rel politik yang benar demi kemajuan tano Batak dan bisa menjadi partai kader dan bukan partai super mie seperti yang kita lihat sekarang.

Singkatnya kita harus kembali ke Deklarasi awal bahwa Protap atau sekarang kita ubah menjadi PTB itu adalah eks Karesidenan Tapanuli warisan Hindia Belanda. Mengapa ragu? Yang dicabik Belanda di masa lalu dari Batak Unity kan hanya puak Batak Karo dan puak Batak Simalungun, sedangkan selebihnya yang dihuni 3 puak utama lainnya plus Nias adalah eks Karesidenan Tapanuli. Saya pikir Karo dan Simalungun akan dengan sendirinya bergabung dalam Batak Unity apabila konsolidasi awal dalam rumah besar PTB ini dapat kita wujudkan.

Akhirnya, wacana terakhir yang perlu disampaikan di sini adalah bahwa demokrasi di negeri ini hanya bisa matang dan berkarakter kuat apabila kita berani menggunakan instrumen politik yang digali dari khasanah budaya bangsa sendiri sebagai penyempurna demokrasi. Dan KRB adalah salah satu dari khasanah kebudayaan dimaksud. KRB digali dari Demokrasi Bius khas tano Batak yang telah ada ratusan tahun sebelum kedatangan Belanda ke tano Batak pada akhir abad 19.

Untuk itu semua kembali saya ulang, kita perlu pejuang yang konsisten semacam Gelmok Samosir dan kita butuh Negosiator dan Komunikator Ulung seperti Akbar Tanjung untuk meyakinkan pemerintahan baru Jokowi bahwa PTB atau Propinsi Tano Batak itu tidak hanya penting bagi orang Batak, tapi juga penting dan strategis untuk NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun