Belum lagi potensi pertambangan yang masih tidur semuanya seperti Mika, Pasir Kuarsa, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Batu Gamping, Sulphur, Emas di Parlilitan dll.
Jangan pula dilupakan harta karun tano Batak di Batang Toru Forest yang begitu kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga Emas. Tano Batak pun punya lautan. Coba cermati kekayaan laut di pantai barat Sumut yang terentang mulai dari Natal hingga perbatasan Aceh.
Cermati juga potensi pariwisata dengan seluruh obyek wisata alam di kawasan Bukit Barisan dengan nucleus Danau Toba dan obyek wisata budaya yang tinggal digali dari khasanah kebudayaan Batak secara keseluruhan.
Ini bukanlah apologi, tapi selayang pandang tentang kekayaan alam di seluruh kawasan tano Batak dengan maksud agar angkatan muda yang lahir dan besar di tanah Diaspora tidak lagi salah dalam menakar SDA di rumahnya sendiri.
Di balik kegagalan pemekaran Protap pada 2009, dalam hati kecilnya semua orang Batak merindukan Batak Unity. Hanya saja syakwasangka antar ke-5 puak utama Batak selalu muncul di saat kerinduan itu hendak mewujud menjadi kenyataan.
Inilah sisa keterpecahbelahan masa lalu warisan politik Pemerintah Kolonial Belanda yang sangat mudah dimanfaatkan oleh siapa pun yang tak menyukai hadirnya Batak Unity di bumi Sumut. Kita sebut saja mereka ini sebagai petualang politik, petualang ekonomi dan petualang agama dengan metoda kanak-kanak bahwa agama kamilah yang terbenar dan agama kamu yang tersalah.
Atas dasar ini semua, keterpecahan dimaksud memerlukan sebuah metoda penyatuan. Saya pikir, KRB (Kongres Rakyat Batak) adalah alternatif yang perlu dicoba dan sudah saatnya digelar dalam pentas politik Sumut dan Indonesia. Di era yang serba terbuka dan transparan sekaranglah momentum yang tepat untuk itu.
UlosÂ
Tegasnya, kalau klan Tobing tahun 2009 lalu bisa begitu entengnya menyelempangkan Ulos terbaiknya ke bahu Prabowo dan kemudian yang bersangkutan dikukuhkan menjadi warga kehormatan Batak dengan hak penuh menyandang marga Tobing. Kemudian Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga telah ditahbiskan menjadi Patuan Sori Mulia Susilo Bambang Yudhoyono Siregar beberapa waktu yang lalu yang dalam hal ini disponsori oleh TB Silalahi via Museum Bataknya di Balige sana.