Pandangan Aristoteles mengeai ilmu alam yang disebut sebagai filsafat alam cukup berbeda dengan apa yang diketahui hari ini. Ia adalah penganut geosentris, yang berpandangan bahwa bumi adalah pusat dari tatasurya. Kebanyakan ilmuan abad pertengahan percaya akan pandangannya ini sampai Copernicus dan Galileo membantahnya lewat metode ekspreimental.
Pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa benda yang lebih berat akan jauth terlebih dahulu ke tanah dibandingkan dengan benda ringan, akhirnya terbukti keliru lewat percobaan Galileo di Menara Pissa.
Aritoteles berpandangan bahwa luas jagat raya terbatas dan berbentuk bola. Untuk pandangan yang satu ini, Sains modern belum bisa membantah ataupun mendukungnya. Pendapat lain dari Aristoteles yang hanya bisa dikonfirmasi secara filosofis adalah bahwa jagat raya tidak mempunyai permulaan dalam waktu dan tidak mempunyai akhir (kekal).Â
Aristoteles juga mengkatergorikan unsur dalam alam semesta dalam lima macam: api, udara, tanah dan air dan aether. Keberadaan Aether ini sendiri belum dapat dibantah ataupun didukung secara bulat oleh para ilmuan saat ini. Tinggallah konsep ini menjadi salah satu bahan kajian menarik fisika sampai hari ini.
Walaupun banyak pendapat Aristoteles di bidang sains yang dibantah hari ini, ada lebih banyak jasa Aristoteles di bidang sains itu sendiri, karena ia adalah perintisnya.
Pengaruh Aristoteles
Aristotles mungkin adalah pemikir yang paling banyak dirujuk sepanajng sejarah umat manusia. Pengaruh terbesarnya tercatat pada abad-abad pertengahan Eropa, di mana ia dijuluki sebangai "The master of Those who know." Pada abad-abad itu, pemikiran-pemikiran Aristoteles ditelan mentah-mentah sebgai kebenaran mutlak tanpa melakukan pengujian apa pun.
Pengaruhnya mulai mengecil pada abad modern, di mana sains yang menggunakan metode eksperimental mulai berkembang. Banyak dari pendapat Aristotles diuji dan didapati salah.
Walaupun demikian, banyak pemikiran Aristotles di bidang filsfat dan metafisika masih menjadi paradigma umum di dunia pendidikan, termasuk ilmu logika/semantik.
Karena perannya yang sangat besar dalam memelopori bebagai disiplin ilmu serta membentuk pemikiran Barat, ia disebut juga sebagai "The father of Western civilization" atau bapak peradaban Barat.
Melihat semua yang dihasilkan oleh filsuf yang satu ini dalam sejarah, tidak mengherankan jika kehadirannya dan karya-karyanya menjadi salah satu batu loncatan atau titik pijak penting dalam sejarah.Â