Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peristiwa yang Menjadi Tonggak Sejarah (4): Konfusius Mengajarkan Kebajikan di Tiongkok

5 April 2023   18:28 Diperbarui: 6 April 2023   11:38 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konfusius (pixabay/peggy_Marco)

Pemikiran-pemikiran Konfusius sangat memengaruhi alam pikir peradaban Tiongkok selama sekitar 2 milenium setelah kematiannya. Meskipun pada saat hidupnya hampir tidak ada penguasa yang menggunakan pemikirannya dalam politik praktis, namun berkat usaha para muridnya, pemikirannya dapat diterima dan menjadi penuntun bagi peradaban Tiongkok sampai saat ini. 

Oleh sebab itu, peristiwa Konfusius  mengajarkan kebajikan di Tiongkok dapat dipandang sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah dan menjadi peristiwa tonggak sejarah karena menentukan arah peradaban Tiongkok, sebuah peradaban yang saat ini menaungi lebih dari satu miliar orang.

Pribadi dan Karya Konfusius

Menurut berbagai sumber sejarah, Konfusius atau Kong Hu Chu hidup dari sekitar tahun 551 SM sampai sekitar tahun 479 SM. Ia lahir di desa Chang Ping, negeri Lu (sekarang Provinsi Shandong atau Shantung).  Saat itu negeri Lu dipimpin oleh Adipati Xiang. Menurut tradisi yang dirayakan di Asia Timur dan di Taiwan, ia lahir pada tanggal 28 September.

Ayahnya, Kong He, atau yang dikenal juga sebagai Shuliang He, adalah perwira di jajaran militer negara Lu. Sayangnya, sang ayah meninggal saat Konfusius masih berusia sekitar 3 tahun dan ibunya, Yan Zhengzai, menjadi orang tua tunggal yang membesarkan Konfusius.

Pada usia 19 tahun, Konfusius memperistri Qi Guan dan dikaruniai tiga anak yakni Li alias Bo Yu, seorang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki lagi bernama Kong Li.

Di dalam hidupnya, Konfusius telah menjalani berbagai pekerjaan dan profesi. Ia pernah menjadi penggembala, peternak, penjaga toko, dan pegawai tata buku. Dalam berbagai pekerjaan itu, Konfusius mengubah dirinya menjadi seorang ahli sastra, sejarah, dan puisi dan menciptakan doktrinnya sendiri. 

Tujuan doktrin ini untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban. Karena di masa hidupnya ialah masa perang dan konflik di Tiongkok antara banyak negara feodal, dan dia percaya telah menyusun doktrin kebajikan yang dapat membawa kemakmuran kembali ke Tiongkok.

Dia memulai perjalanan panjang selama sekitar 13 tahun mengembara bersama para muridnya antara lain yang paling terkenal adalah Yen Hwei, Tse Kung dan Tse Lu. Mereka mengunjungi negeri-negeri seperti Yi, Wei, Song, Chen, dan Cai. Maksudnya adalah untuk menjual gagasannya mengenai reformasi sosial dan politik. 

Namun nampaknya dia gagal mempopulerkan pikirannya kepada para penguasa karena bertentangan dengan orientasi politik yang umum pada saat itu, di mana para penguasa senang memerintah sebagai penguasa absolut, sementara Konfusius menguasahakan kualifikasi penguasa sebagai tokoh yang memiliki welas asih dan kedisiplinan diri.

Pada usia 68 tahun dia pulang ke kampung halamannya Negeri Lu, mendirikan sekolah dan menyebarkan ajarannya sampai wafatnya di tahun  479 SM, pada usia 72 tahun.


Pokok pikiran Konfusisus

Karya-karya dari Konfusius dapat dibedakan dalam dua kelompok, pertama merupakan hasil suntingan terhadap beberapa karya dari periode-periode sebelumnya. Kedua, yang berisi tentang ajaran-ajarannya sendiri kepada murid-muridnya. Di antara buku-buku atau kitab yang ditulisnya atau ditulis atas ajarannya antara lain: I Ching dan Lun Yu  atau Analek.

Pemikiran utama Konfusius yang membentuk Konfusianisme, dapat ditemukan dalam ajaran empat sifat baik yang harus dikembangkan dalam diri manusia: kebajikan (jen), kebenaran (i), ketaatan pada upacara (li) dan kearifan moral (te). Sifat kelima yang kemudian ditambahkan yaitu keyakinan. Kelima keutamaan ini secara tepat bersesuaian dengan lima elemen (dalam kepercayaan Tiongkok) yaitu tanah, kayu, api, logam, dan air.

Namun ajaran Konfusius tidak hanya mencakup etika tetapi juga religi dan kultus keagamaan, itu sebabanya selain dikenal sebagai seorang filsuf, dia juga dikenal sebagai seorang nabi dalam agama Khonghucu/ Kongjiao/ Rujiao. Ia dikenal sebagai pembaharu agama tradisional yang telah ada sebelumnya. 

Konfusius menekankan pentingnya hubungan yang baik antara manusia dengan kehendak Thian (Tuhan). Kehendak Thian ini disebuat sebagai Xing, yang dimanifestasikan dalam sifat perikemanusiaan (ren). 

Perikemanusiaan ini dikenal dalam dua hubungan yakni Zhong, kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan atau Thian dan Shu, yakni cinta kepada sesama. Moralitas pribadi dan masyarakat ini akan menyebabkan harmonis dan kedamaian (wen) dalam masyarakat. Konfusius juga menekankan pentingnya bakti kepada orang tua dan penghormatan kepada arwah leluhur.

Ajaran Konfusius juga mencakup ajaran-ajaran untuk membentuk masyarakat yang ideal. Dalam bidang politik, Konfusius berkeyakinan bahwa penguasa yang baik seharusnya memerintah rakyat melalui pendidikan dan dengan teladannya sendiri. 

Seorang pemimpin yang baik harus berusaha untuk memperbaiki rakyatnya dengan cinta dan perhatian daripada menggunakan hukuman dan paksaan.  Nampaknya teori politik Konfusius ini sbertentangan dengan orientasi kebanyakan  penguasa di  Tiongkok saat itu yang lebih suka memerintah secara absolut, dan ia gagal mempopulerkan cita-citanya di antara para pemimpin Tiongkok dalam masa hidupnya sendiri.

Pengaruh pemikiran Konfusius 

Ajaran-ajaran yang ditinggalkan oleh Konfusius akhirnya disebarkan oleh murid-muridnya. Beberapa di antara murid-muridnya berhasil menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan segera dapat menjalankan ajaran-ajaran Konfusius. 

Ajaran-ajaran Konfusius segera makin populer di tengah-tengah masyarakat Tiongkok. Namun ajaran ini sempat ingin dimusnahkan pada masa pemerintahan kaisar pertama Tiongkok, Shih Huang Ti pada sekitar tahun 213 M. Karena merasa bahwa kritik kaum cendekiawan Konfusian menghalangi kebijakan-kebijakannya yang cenderung otoriter, kaisar melarang penyebaran ajaran Konfusianisme, membunuh kaum cendekiawannya bahkan ada di antaranya yang dikubur hidup-hidup. 

Ia juga membakar kitab-kitab penting ajaran Konfusianisme. Untungnya sebagian kitab-kitab tersebut dapat diselamatkan dan akan dijadikan patokan dan landasan peradaban Tiongkok di masa-masa selanjutnya.

Puncak kejayaan ajaran Konfusianisme di dataran Tiongkok adalah pada pemerintahan dinasti Han (206 SM--220 M). Dinasti ini menetapkan Konfusianisme sebagai ajaran resmi, bahkan ajaran Konfusius telah ditetapkan sebagai dasar falsafah negara, kurikulum pendidikan dan materi pokok yang diujikan dalam sistem ujian sekolah maupun untuk rekrutmen pegawai kerajaan. 

Sejak saat itu, dinasti-dinasti di Tiongkok mendukung filsafat Konfusius dan menjadikannya sebagai Filsuf utama dalam peradaban mereka. Filsafat Konfusius membentuk pandangan dan perilaku masyarakat Tiongkok selama berabad-abad dan berpengaruh dalam segala bidang, bukan hanya bidang keagamaan dan etika tetapi juga politik, sosial bahkan ekonomi.

Bagaimanapun dalam perkembangan selanjutnya Konfusianisme dihambat pada revolusi besar tahun 1911 yang meruntuhkan sistem dinasti, dan kemudian dilarang juga pada masa pemerintahan komunis dalam rangka revolusi kebudayaan di tahun 1966 sampai 1976.

Namun dalam perkembangannya, ketika Tiongkok memasuki persaingan dan interaksi di tingkat global, orang-orang Tiongkok merasa perlu untuk kembali menemukan ciri khas identitas kebudayaan dan peradaban mereka di dalam konfusianisme. 

Hidup dalam keharmonisan dan keseimbangan, keadilan, hormat kepada orang tua serta tata tingkah laku sesuai peraturan sebagaimana ajaran Konfusius dipandang sangat cocok sebagai nilai-nilai untuk mempertahankan keteraturan masyarakat. 

Ajaran Konfusius yang telah bertahan selama 2500 tahun dan telah menjadi identitas masyarakat dan peradaban Tiongkok, yang kini telah menaungi sekitar 1 miliar manusia. Oleh sebab itu Konfusius dapat diapandang sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun