Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Theisme vs Atheisme: Apakah Atheisme akan Menyingkirkan Agama atau Sebaliknya?

7 Maret 2023   16:22 Diperbarui: 7 Maret 2023   17:05 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, apakah atheisme merupakan faktor kemajuan sebuah negara? jelas tidak. Negara-negara maju umumnya adalah negara liberal yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan berekpresi. Negara-negara maju adalah negara yang memberi ruang kepada kreativitas dan inovasi. Dan secara bersamaan, atheisme menyusup sebagai salah satu bentuk dari kebebasan itu. 

Sementara itu, negara-negara yang menjadikan agama sebagai bagian dari politik mereka cenderung konservatif dan menolak kebaruan. Itulah sebabnya inovasi dan kreativitas sulit tumbuh. Hal ini bertambah parah jika di negara-negara ini, toleransi tidak mendapatkan tempat. Hal itu akan menyebabkan kemunduran proses sosialisasi di tengah keberagaman.

Perkembangan atheisme vs perkembangan agama

Walaupun di sana sini terdapat kontradiksi, harus diakui perkembangan atheisme memang tidak bisa dibendung, bahkan di negara-negara yang menjadikan agama tertentu sebagai agama negara. Negara negara seperti Iran dan Mesir sejak tahun 2010-an mengejutkan dunia dengan data angka atheisme yang sedang meningkat. Bahkan diperkirakan jumlahnya lebih besar lagi dari data resmi yang diketahui selama ini. Di Eropa Barat, perkembangan atheisme yang sangat pesat tidak mengherankan. Negara seperti Ceko bahkan memiliki setengah populasi yang atheis.

Sementara itu agama pun terus berkembang pesat di berbagai belahan dunia, terutama di Amerika Latin dan Afrika. Seolah bertolak-belakang dengan keadaan di Eropa, masyarakat Afrika nampaknya merupakan masa depan bagi kebangkitan religius. 

Masa depan agama-agama 1000 tahun ke depan memang sulit diprediksi. Apakah bertahan sesuai optimisme kaum fanatik atau lenyap seperti optimisme para saintifis. Namun kalau manusia mau jujur, agama dan mitos tidak akan pernah musnah selama ia masih memiliki daya imajinasi dan intuisi. Imajinasi dan intuisi manusia menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun di alam kenyataan ini yang dapat dijelaskan secara simpleks. Dunia tidak melulu terdiri dari unsur material belaka. Ada unsur non material yang tidak dapat diterangkan oleh sains secara memadai, dan hanya dapat diterangkan dalam terang iman.

Lagipula impian kaum saintis bahwa segala sesuatunya akan dapat dijelaskan oleh sains suatu saat nanti hanyalah fatamorgana atau ilusi. Sebabnya adalah alam semesta ini ikut berkembang sejalan perkembangan pemahaman kita. Seperti infasi nilai harga barang ketika gaji setiap orang juga mengalami kenaikan.

Agama akan tetap ada bagaimana pun bentuknya. Ia akan selalu menjadi daya utama yang merekatkan alam kemanusiaan yang terbatas dengan dimensi-dimensi yang tak terbatas. Agama atau iman akan tetap ada dalam sejarah manusia.  Sebagaimana dikatakan oleh Voltaire, seorang filsuf revolusioner yang skeptik, "Jika Tuhan itu tidak ada, maka Tuhan itu sangat perlu untuk diadakan!"  

Kata-kata Voltaire ini menunjukkan bahwa bahkan seorang yang skeptis terhadap agama pun (bahkan beberapa sumber berani mengatakan bahwa dia atheis) mengakui bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu tidak mungkin untuk dihindari, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu membuat masyarakat berfungsi, karena pada dasarnya tak ada satu pun peradaban yang dibangun tanpa dilandasi dengan kepercayaan akan suatu entitas yang mampu menjamin moralitas. Moralitas itulah yang pada gilirannya membuat masyarakat teratur dan harmonis. Entitas adikodrati yang mampu menjadi jaminan terakhir moralitas itulah yang oleh agama disebut sebagai Tuhan.

Referensi Bacaan:

menyingkap fenomena ateisme di negara negara timur-tengah (https://www.bbc.com/indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun