Ilustrasi Zombie (pixabay.com/Victoria_Watercolor)
Sejarah dan kontroversi
Ada banyak imajinasi liar yang berseliweran di dalam pikiran manusia. Salah satu imajinasi yang paling absurd adalah menghidupkan kembali orang mati. Sepanjang sejarah manusia, belum ada konfirmasi ilmiah yang meyakinkan bahwa kekuatan sains mampu menghidupkan kembali orang mati. Tindakan di luar nalar ini hanya milik ekslusif tokoh-tokoh religius yang memiliki kekuatan istimewa. Â Di dalam Alkitab, dikisahkan bahwa Yesus Kristus melakukan mujizat ini kepada Lazarus yang sudah meninggal tiga hari lamanya.
Agama sendiri memandang bahwa kehidupan dan kematian adalah hal prerogatif Tuhan. Kedaulatan Tuhan ditunjukkan secara mutlak lewat peristiwa kematian. Usaha untuk menghidupkan orang mati sama saja dengan suatu gugatan terhadap kedaulatan dan takdir ilahi.
Namun seperti yang dikatakan sebelumnya, perkembangan sains yang begitu progresif akhir-akhir ini tidak mengenal batas-batas moralitas religius. Batasan-batasan agama dipandang sebagai indoktrinasi yang membatasi potensi nalar manusia dan merupakan suatu limitasi terhadap kekuatan sains. Oleh karena ini ada usaha dari pra ilmuan yang berpikiran liberal untuk "bermain-main dengan takdir" manusia, sebagaimana beberapa percobaan yang tercatat dalam sejarah berikut ini.
Frankeinstein dan Percobaan Andrew Ure
Usaha menghidupkan kembali orang mati terkenal dalam cerita fiksi "Frankeinstein" yang ditulis oleh novelis Inggris, Mary Shelley pada tahun 1818. Di tahun yang sama memang ada percobaan serupa seperti yang digambarkan dalam novel tersebut. Eksperimen ini dilakukan oleh fisikawan Skotlandia sekaligus akademisi Universitas Glasgow Bernama Andrew Ure.
Terinspirasi oleh percobaan Galvani yang dapat membuat gelombang kejut pada kaki katak yang sudah mati ketika dialiri listrik, Andrew Ure mencoba mengaliri listrik pada tubuh mayat yang sudah mati dengan harapan untuk menghidupkan mayat tersebut. Pada masa itu, mayat yang menjadi bahan percobaan para ilmuan adalah tubuh orang yang dihukum mati seperti para perampok dan pembunuh. Hukuman mati yang dikenal saat itu adalah hukum gantung.
Ure memegang dua batang logam yang diisi oleh baterai volta. Baterai itu terdiri dari campuran asam nitrat dan asam sulfat encer. Ure membuat beberapa sayatan di leher, pinggul dan tumit. Ia menancapkan 270 pelat logam yang akan dialiri listrik ke berbagai saraf. Saat listrik dialirkan, Â Ure menyaksikan dengan gembira saat tubuh mayat tersebut mengejang, menggeliat, dan bergetar. Deskripsi eksperimen Ure sangat jelas. Dia dengan puitis mencatat bagaimana gerakan kejang menyerupai "gemetar hebat karena kedinginan" dan bagaimana jari-jari "bergerak dengan gesit, seperti pemain biola".
Seluruh percobaan berlangsung sekitar satu jam, namun tidak menunjukkan tanda tanda vital yang berarti, selain kejang-kejang pada tubuh yang telah mati itu. Ure berasumsi bahwa jika kematian tidak disebabkan oleh cedera tubuh (dalam hal ini digantung), ada kemungkinan kehidupan dapat dipulihkan. Tapi, jika eksperimen itu berhasil, itu tidak akan dirayakan karena dia akan menghidupkan kembali seorang pembunuh.
Percobaan Dr. Sergei dengan Autojektornya
Usaha untuk menghidukan kembali makhluk yang sudah mati, juga dilakukan oleh ilmuan Uni Soviet, Dr. Sergei Brukhonenko pada tahun 1940. Kali ini  objek percobaannya bukanlah manusia. Dr. Sergei menggunakan seeokor anjing yang sudah mati sebagai objek percobaan dan didokumentasikan pada sebuah film yang berjudul "Experiments in the Revival of Organisms "
Dr. sergei mencoba menghidupkan kembali seluruh kepala  (otak dan wajah) dari anjing yang telah mati, dengan memompa darah beroksigen melalui arteri, yang dilakukan dengan bantuan "autojektor".  Ketika alat tersebut menyuplai darah beroksigen ke otak, kepala bereaksi terhadap rangsangan seperti saat hidup, menggerakkan telinga ketika mendengar bunyi dalam jarak dekat, dan retina matanya bereaksi saat terkena pancaran sinar. Lidah anjing itu bahkan menjilat cairan yang dilumurkan pada hidungnya.Â
Walaupun percobaan itu menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, hal itu hanya berhasil beberapa menit saja dan tidak berlaku permanen. Walaupun demikian, alat autojektor adalah cikal bakal Heart Lung Machine yang digunakan dalam dunia kedokteran untuk membantu menggantikan peran jantung dan paru para pada saat proses operasi.
Â
Terobosan dari Prosedur Krionika
Percobaan-percobaan ini membutktikan bahwa menghidupkan orang mati bukanlah perkara mudah, karena masalah utama yang menghambat percobaan itu sesungguhnya masih sebatas hipotesis belaka. Para ilmuan mencoba membuat alat yang dapat menjaga agar tubuh manusia tidak hancur dalam waktu yang lama, sehingga ketika teknologi untuk menghidupkan orang mati telah ditemukan, tubuh-tubuh mati ini dapat dibantu untuk kembali hidup. Prosedur untuk membekukan jenazah ini disebut sebagai krionika.
Dennis Kowalski, presiden Cryonics Institut of Michigan, organisasi krionika terbesar di dunia menjelaskan bahwa ketika seseorang yang mengatur agar jenazahnya diawetkan secara krionika dinyatakan meninggal, tim medis mendinginkan tubuh dengan air es dan menjaga agar jaringan tubuh tetap teroksigenasi menggunakan CPR dan masker oksigen. Tubuh sedingin es dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat dan diterbangkan ke fasilitas krionika.Â
Di fasilitas krionika, tim menempatkan tubuh pada mesin yang mirip dengan bypass jantung-paru, mengedarkan darah dan menjaga oksigenasi. Mereka memompa larutan vitrifikasi yang bekerja seperti antibeku untuk menjaga jaringan tubuh agar tidak berubah menjadi kristal es, dengan harapan meminimalkan kerusakan struktural. Kemudian, mereka perlahan mendinginkan tubuh hingga -320 derajad Faranheit di ruang uap nitrogen cair. Setelah cukup dingin, tubuh dipindahkan ke tangki nitrogen cair seperti termos, di mana ia akan tinggal di masa mendatang.Â
Jenazah akan menunggu di tangki ini sambil berharap bahwa teknologi medis masa depan mampu menghidupkannya kembali. Kowalski mengatakan ada tiga tantangan yang harus diatasi oleh teknologi masa depan ini: (1) perlu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh pembekuan, (2) menyembuhkan penyakit apa pun yang awalnya membunuh subjek, dan (3) membalikkan proses penuaan sehingga subjek memiliki tubuh muda yang sehat untuk dinikmati. Dalam putaran kedua kehidupan mereka. Tidak ada yang tahu seperti apa teknologi itu; Dugaan terbaik Kowalski adalah rekayasa jaringan dan nanoteknologi molekuler yang akan mampu memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak atau bahkan menghidupkan tubuh manusia itu sama sekali.
Kegagalan Sains sejauh ini untuk menghidupkan manusia yang sudah mati menunjukkan bahwa kehidupan dan kematian adalah ranah misteri yang belum dapat ditangani manusia dengan sainsnya. Tapi, apakah sains masa depan mampu menunjukkan hal sebaliknya? Lalu akan timbul pertanyaan filosofis pelik seandainya itu terjadi: apakah kesadaran dalam tubuh mayat yang dihidupkan itu adalah pribadi yang sama? Apakah tubuh yang dihidupkan kembali ini dapat dianggap manusia seutuhnya? Orang beragama akan bertanya bagaimana dengan rohnya yang telah berada di alam baka, apakah roh itu kembali pada tubuhnya ataukah  kesadaran yang ada sekarang seperti mesin belaka dan bukan rohnya? Atau mungkin hal itu membuktikan klaim kaum materalis bahwa manusia hanya seperti mesin yang tidak ada sangkut pautnya dengan roh ?Â
Ya, ya, ya kita hanya dapat berandai-andai dan berargumentasi secara filosofis, ataupun saintifik. Namun sebagai orang beragama ada keyakinan yang kuat bahwa kematian dan kehidupan telah digariskan oleh sang pencipta itu sendiri. Â
Â
Daftar Referensi
atlasobscura.com
bbc.com
discovermagazine.com
sciencefocus.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H