Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menghidupkan Orang Mati: Dapatkah Sains Melakukannya?

26 Februari 2023   14:19 Diperbarui: 6 Maret 2023   07:13 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha untuk menghidukan kembali makhluk yang sudah mati, juga dilakukan oleh ilmuan Uni Soviet, Dr. Sergei Brukhonenko pada tahun 1940. Kali ini  objek percobaannya bukanlah manusia. Dr. Sergei menggunakan seeokor anjing yang sudah mati sebagai objek percobaan dan didokumentasikan pada sebuah film yang berjudul "Experiments in the Revival of Organisms "

Dr. sergei mencoba menghidupkan kembali seluruh kepala  (otak dan wajah) dari anjing yang telah mati, dengan memompa darah beroksigen melalui arteri, yang dilakukan dengan bantuan "autojektor".  Ketika alat tersebut menyuplai darah beroksigen ke otak, kepala bereaksi terhadap rangsangan seperti saat hidup, menggerakkan telinga ketika mendengar bunyi dalam jarak dekat, dan retina matanya bereaksi saat terkena pancaran sinar. Lidah anjing itu bahkan menjilat cairan yang dilumurkan pada hidungnya. 

Walaupun percobaan itu menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, hal itu hanya berhasil beberapa menit saja dan tidak berlaku permanen. Walaupun demikian, alat autojektor adalah cikal bakal Heart Lung Machine yang digunakan dalam dunia kedokteran untuk membantu menggantikan peran jantung dan paru para pada saat proses operasi.

 

Terobosan dari Prosedur Krionika

Percobaan-percobaan ini membutktikan bahwa menghidupkan orang mati bukanlah perkara mudah, karena masalah utama yang menghambat percobaan itu sesungguhnya masih sebatas hipotesis belaka. Para ilmuan mencoba membuat alat yang dapat menjaga agar tubuh manusia tidak hancur dalam waktu yang lama, sehingga ketika teknologi untuk menghidupkan orang mati telah ditemukan, tubuh-tubuh mati ini dapat dibantu untuk kembali hidup. Prosedur untuk membekukan jenazah ini disebut sebagai krionika.

Dennis Kowalski, presiden Cryonics Institut of Michigan, organisasi krionika terbesar di dunia menjelaskan bahwa ketika seseorang yang mengatur agar jenazahnya diawetkan secara krionika dinyatakan meninggal, tim medis mendinginkan tubuh dengan air es dan menjaga agar jaringan tubuh tetap teroksigenasi menggunakan CPR dan masker oksigen. Tubuh sedingin es dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat dan diterbangkan ke fasilitas krionika. 

Di fasilitas krionika, tim menempatkan tubuh pada mesin yang mirip dengan bypass jantung-paru, mengedarkan darah dan menjaga oksigenasi. Mereka memompa larutan vitrifikasi yang bekerja seperti antibeku untuk menjaga jaringan tubuh agar tidak berubah menjadi kristal es, dengan harapan meminimalkan kerusakan struktural. Kemudian, mereka perlahan mendinginkan tubuh hingga -320 derajad Faranheit di ruang uap nitrogen cair. Setelah cukup dingin, tubuh dipindahkan ke tangki nitrogen cair seperti termos, di mana ia akan tinggal di masa mendatang. 

Jenazah akan menunggu di tangki ini sambil berharap bahwa teknologi medis masa depan mampu menghidupkannya kembali. Kowalski mengatakan ada tiga tantangan yang harus diatasi oleh teknologi masa depan ini: (1) perlu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh pembekuan, (2) menyembuhkan penyakit apa pun yang awalnya membunuh subjek, dan (3) membalikkan proses penuaan sehingga subjek memiliki tubuh muda yang sehat untuk dinikmati. Dalam putaran kedua kehidupan mereka. Tidak ada yang tahu seperti apa teknologi itu; Dugaan terbaik Kowalski adalah rekayasa jaringan dan nanoteknologi molekuler yang akan mampu memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak atau bahkan menghidupkan tubuh manusia itu sama sekali.

Kegagalan Sains sejauh ini untuk menghidupkan manusia yang sudah mati menunjukkan bahwa kehidupan dan kematian adalah ranah misteri yang belum dapat ditangani manusia dengan sainsnya. Tapi, apakah sains masa depan mampu menunjukkan hal sebaliknya? Lalu akan timbul pertanyaan filosofis pelik seandainya itu terjadi: apakah kesadaran dalam tubuh mayat yang dihidupkan itu adalah pribadi yang sama? Apakah tubuh yang dihidupkan kembali ini dapat dianggap manusia seutuhnya? Orang beragama akan bertanya bagaimana dengan rohnya yang telah berada di alam baka, apakah roh itu kembali pada tubuhnya ataukah  kesadaran yang ada sekarang seperti mesin belaka dan bukan rohnya? Atau mungkin hal itu membuktikan klaim kaum materalis bahwa manusia hanya seperti mesin yang tidak ada sangkut pautnya dengan roh ? 

Ya, ya, ya kita hanya dapat berandai-andai dan berargumentasi secara filosofis, ataupun saintifik. Namun sebagai orang beragama ada keyakinan yang kuat bahwa kematian dan kehidupan telah digariskan oleh sang pencipta itu sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun