Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Waktu

3 Februari 2023   10:59 Diperbarui: 3 Februari 2023   16:01 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Jam Pasir/Pixabay.com)

Aku berpijak pada kesenyapan abadi

Memandang lintasan peradaban yang mengalir di pelupuk mataku,

Kurasakan hangatnya lelehan kepedihan, basahi lereng pipiku

Dan aku terbangun di malam itu...

Semuanya tak lagi sama

Yang indah menjadi kenangan

 Yang pilu menjadi luka

Tak satupun kesan yang bertahan... semuanya hilang

Ya, hilang tergilas tanpa ampas, oleh gelinding roda sejarah

Dikunyah oleh pusaran kenyataan yang terus berputar,

Dihanyutkan oleh derasnya aliran waktu

Semua wajah yang dulu bercermin dalam gempita kemenangan

Kini meleleh termakan keriput lelah yang menggantung

Semua kaki yang dulu merapat membentuk tembok kejayaan yang menjulang,

Kini berlalu satu-persatu tinggalkan jejak tak bermakna

Dan aku...aku tak lagi aku yang dikenal

Dan kau tak akan lagi berdiri di situ, di tempat yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun