"Zraassshh!!!Zraassshh..!!!"
Beberapa kilatan laser menembusi bahu kiri Sadli. Tubuhnya yang kekar itu rubuh seketika, terkapar di lantai. Ia mengerang menahan sakit. Beberapa kelasi segera berhamburan masuk memborgol Sadli. Beberapa lagi mengelilingi sang kapten yang masih bergetar dan linglung.
"Kami datang untuk menyelamatkan bapak. Bapak tidak apa-apa?"
***
Tiga jam berlalu sejak tabrakan. Kapal pesiar termegah di belahan bumi bagian Selatan itu mencium dasar laut, bersama 6.234 orang yang mati/hilang. Bencana ini dicatat sebagai bencana pelayaran terbesar sepanjang masa, mengalahkan bencana tenggelamnya SS. Titanic dari Inggris pada tahun 1912.
Setelah kejadian itu, Freidrich dan Sulistyo ditangkap dan dipenjarkan atas kecolongan standar keamanan yang begitu rendah. Kebodohan dan kecerobohan ini begitu membekas dalam sejarah dunia pelayaran Indonesia.
                        Â
*) Cerita ini terinspirasi dari peristiwa tenggelamnya kapal SS. Titanic, milik maskapai laut Inggris White Star Line, yang tenggelam tanggal 14-15 April 1912.
(Timika, Desember 2016).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H