Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tenggelamnya Kapal Megabahari

27 Januari 2023   20:36 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:50 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa yang kita takutkan sedang menimpa kita. Sebentar lagi mutiara laut kita akan tenggelam."

"Hei, kau tidak sedang main-main denganku kan?"

"Seandainya saja kita mendengarkan Richard..."

"Hei, katakan yang sebenarnya. Jangan main-main denganku Sulistyo, kau mendengarkanku? Di mana Sadli?"

Sang Kapten memutuskan hubungan komunikasi itu secara mendadak. Namun tiba-tiba pikirannya mengarah ke arah Sadli, pria berkumis yang bertugas menggantikan Richard.

Dia tidak terlihat dari tadi. Terakhir kali dia terlihat adalah di anjungan, sebelum aku beristirahat, tepat sebelum tabrakan dengan pulau karang. Ada sesuatu yang tidak beres dengannya... batin Sulistyo.

"Semua satuan harap berada di posisi darurat masing-masing. Megabahari, kapal kebanggaan kita sebentar lagi akan tenggelam. Semua sekoci dilepas. Masing-masing penumpang harap naik ke sekoci secara tertib, mulai dari wanita dan anak-anak!"

Dari pengeras suara, perintah kapten baru saja diumumkan. Sementara itu, lewat remote komandonya, Sulistyo mengirimkan pesan kepada setiap kelasi untuk memberitahukan keberadaan Sadli.

Lima menit berlalu. Keberadaan Sadli belum juga ditemukan. Padahal, justru dalam situasi pelik seperti ini, jasanya yang paling dibutuhkan. Sulistyo berpikir keras, kecurigaannya makin bertambah. Kembali sang kapten berbicara dalam batinnya:

Hanya ada satu orang yang paling mungkin melakukan sabotase itu. Yakni Sadli. Dia adalah pengawas konstruksi teknik kapal. Sudah pasti dia mengetahui konstruksi serta denah kapal beserta fungsi perangkat-perangkatnya. Dia benar-benar memanfaatkan keadan overbagasi ini. Untuk meneggelamkan kapal ini, ia hanya butuh pemicu. Dan pemicunya adalah kebocoran lunas kapal ini. Kesempatan itu didapatkannya dengan mematikan suplay listrik ke anjungan serta mengubah jalur pelayaran dengan kartu identitas yang dimilikinya. Semua itu masuk akal. Tetapi mengapa dia harus melakukan semua itu?

"Sedang mencariku?" Sosok siluet hitam yang berdiri di samping kiri Sulistyo mengejutkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun