Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kegaduhan di Tengah Rimba

22 Januari 2023   21:10 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:16 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para penduduk desa berbondong-bondong melihat pembukaan istana yang dijanjikan orang-orang asing itu. Kepala desa menagih janji Sam untuk membagikan apa yang menjadi haknya.

“Tanah itu milik kami!” Kata kepala desa dengan nada lirih penuh keluh siang itu di depan gerbang istana Sam.

“Oh ya? Apakah kalian pernah menganggap tanah itu emas? Bukankah kalian sendiri yang telah menyerahkan tanah itu karena tidak menganggapnya berharga?”  Sam membalas keluhan kepala desa dengan nada angkuh.

Kulihat Sam berdiri dengan pongahnya siang itu, dari atas balkon istananya sambil memandang rendah kerumunan warga yang datang kepadanya. Para warga desa yang tidak setuju dan kecewa dengan sikap Sam mengamuk seketika itu juga. Mereka mencoba untuk membobol pagar tinggi istana tersebut, sambil berteriak-teriak histeris dan mulai menggoncang-goncangkan pagar. Adapula yang mencoba merusakkannya dengan palu dan linggis. Beberapa orang lagi mengekspresikan kemarahannya dengan melemparkan batu dan berbagai jenis kotoran ke arah halaman istana itu.

 Amukan para penduduk desa itu segera dihadapi dengan sengit oleh selusin penjaga berseragam putih bersenjata lengkap, yang menghadang mereka dengan tameng dan pentungan. Masa yang memberontak itu tak dapat berbuat banyak selain mundur. Akhirnya dengan penuh kelesuan, kepala desa bersama ratusan warganya kembali ke kampung. Mereka pulang dengan tak membawa hasil apa-apa, hanya sesal di dalam dada.

(Manado, November 2013).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun