Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kegaduhan di Tengah Rimba

22 Januari 2023   21:10 Diperbarui: 22 Januari 2023   21:16 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kita hanya perlu menyembah ini!” Kata Sam melanjutkan sambil mengeluarkan sebatang emas berkilau dari saku kirinya. “Kamu tahu dari mana asal emas ini? Dari tanah kering ini! Selama ini kalian tak menyadarinya bukan? Kalian tahu apa rencanaku selanjutnya ? Aku akan bangun istana di tempat ini dan itu sebabnya aku telah membabat gundul hutan ini. Dengan begitu,  aku akan menimbulkan kesan bahwa tanah ini tak berguna. Ikutlah aku teman-teman. Aku yakin Sang Penguasa Jagad tak akan bisa menguntit kita lagi. Kita perlu bebas!”

Kedua teman Sam kini nampak mulai kehilangan pendiriannya. Mungkin saja mereka masih merasa terancam sehingga dengan mudah mengikuti Sam. Mereka saling berpandangan sambil mengangguk setuju dengan usulan dan ide Sam.

“Baik, Sam. Kami akan ikut,” si pendek buka suara, “yang kami butuhkan hanyalah rezeki yang harus kami terima. Bukankah untuk itu kita menyembah Sang Penguasa Jagad? Akupun sadar, mungkin Ia tak berguna lagi bagi kita.’’

“Ya. Sebelumnya aku yakin bahwa kamu salah, Sam. Kini sepertinya aku harus merubah pikiranku. Kita mungkin harus berdiri di atas kaki kita. Saatnya kita menguasai pikiran kita sendiri. Harus kuakui, pemikiranmu begitu orisinil, Sam. Pembabatan hutan telah membuat orang-orang desa ini dengan bodoh menganggapnya tak berguna. Semua kandungan emas di tanah lapang ini akan jadi milik kita…’’  Si kepala plontos sependapat dengan Sam.

Begitu cepat kedua orang itu berubah pikiran dan mendukung Sam. Mereka kini bersatu mengamini yang kunamakan kejahatan. Dari balik semak, hatiku geram mendengar kesepakatan busuk mereka. Rupanya mereka adalah penyebab kegundulan lapangan yang kusayangi. Mereka telah membawa lari kehijauannya, kini mereka bersatu hendak menanamkan merahnya di lapangan keramat itu? Ini tidak boleh terjadi!

Dengan kesal kutumbukkan kepalku pada rerumputan dan mereka segera menyadari kehadiranku. Sejurus kemudian mata mereka medelik kea rah semak-semak tempatku bersembunyi. Sial! Mereka melihatku.

“Kejar dia! Dia adalah ancaman bagi kita!” perintah Sam kepada kedua temannya.

Aku tersentak. Ketiga lelaki itu berbalik ke arahku. Aku pun segera berlari menerobos lebatnya kepekatan hutan. Tak kupedulikan bahwa sandal jepitku telah terlepas. Dari jauh kudengar beberapa kali letusan senapan. Aku tahu, telah jauh dari mereka. Kini aku aman.

Setelah menormalkan pernafasanku, dengan langkah tegak, aku berjalan kembali menyusuri tepian sungai yang menuju ke kampung. Aku harus memberitahukan hal ini kepada masyarakat kampungku. Mereka harus tahu bahaya ini.

Kini hari sudah mulai gelap. Aku berjalan makin giat untuk secepatnya sampai ke kampung sebelum mentari terbenam. Sesampainya di sana, aku disambut suatu pemandangan yang membuat jantungku tiba-tiba memompa lebih cepat. Bagaimana tidak, kulihat ketiga lelaki itu telah berdiri di hadapan ratusan penduduk kampung. Mereka berdiri pada sebuah podium yang diletakan di pinggir alun-alun balai desa, dengan penerangan lampu sorot. Rupanya mereka malah telah mendahuluiku. “Sialan!” Aku mengerutu menahan geram. Dari ujung jalan, kulihat barisan panjang masyarakat mendengar koar-koar pidato Sam yang membahana. Dari atas podium itu ia berteriak:

            “Kami akan membangun bangunan yang bagus di lapangan itu, semuanya untuk kalian!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun