Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perang

19 Januari 2023   22:55 Diperbarui: 19 Januari 2023   22:51 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                         

Aku menutup mata,

Tak sanggup memandang semua kengerian itu

Hatiku teriris ngilu

Mendengar teriak pilu

            Rentetan tembakan senapan mesin,

            Mencabut nyawa satu persatu

            Ledakan dan sepihan peluru,

            Merobek daging dan meremuk tulang

Jutaan prajurit berbaris lesu

Melawan nurani dan menentang rasa

Dengan hati yang gemetar

Menantang maut yang sangat dekat

            Nyawa menguap setiap detik

            Begitu mudah dan murahnya

            Membunuh atau dibunuh

            Itulah hukum yang dianut

Wahai manusia,

Berapa tumpukan kepala lagi yang harus kau langkahi,

Demi ambisi yang tak bernurani

Demi tirani dan angkara murka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun