Mohon tunggu...
M. Paris Muslim
M. Paris Muslim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Dua Tokoh Tasawuf Kontemporer Indonesia: Dari Buya Hamka ke Kiai Maimoen Zubair

4 Desember 2023   01:27 Diperbarui: 4 Desember 2023   01:54 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buya Hamka

Buya Hamka, yang sebenarnya bernama Abdul Malik Karim Amrullah, memegang peranan signifikan sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama dan merupakan tokoh terkemuka dalam organisasi Masyumi serta ulama Muhammadiyah. Sepanjang hidupnya, Hamka dikenal sebagai sosok ulama yang gigih dan tegas dalam membela Islam, tanpa melakukan kompromi dalam hal akidah.

Setelah dilantik sebagai Ketua MUI pada tahun 1975, Hamka dengan tegas menyatakan bahwa sebagai ulama, mereka telah menjual diri kepada Allah dan tidak dapat dijual kembali kepada pihak manapun. Salah satu contoh ketegasannya adalah ketika ia mengeluarkan fatwa haram terkait perayaan Natal bersama, yang masih menjadi diskusi dan perdebatan dalam konteks keagamaan hingga saat ini.

Pada tahun 1981, Hamka mengundurkan diri dari jabatan Ketua MUI karena merasa ditekan oleh Menteri Agama saat itu, Alamsyah Ratu Perwiranegara. Keputusan tersebut diambil sebagai bentuk ketegasan untuk mempertahankan fatwa yang telah dikeluarkannya.

Selain aktivitas keulamaannya, Hamka juga terkenal sebagai seorang penulis, dengan salah satu novel terkenalnya yang berjudul "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck". Latar belakang pemikiran Buya Hamka mencakup warisan intelektual dari ayahnya, DR. Syaikh Abdulkarim Amrullah, yang merupakan tokoh pelopor Gerakan Islam "Kaum Muda" di Minangkabau.

Buya Hamka, seorang modernis tulen, diwarisi semangat modernisme Islam dari ayahnya yang termasuk pembaharu agama di Minangkabau. Hamka melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang netral dan dapat bersesuaian dengan ajaran Islam, sehingga ia menggunakan teori dan hasil penemuan para pemikir Barat dalam karyanya untuk mengukuhkan keyakinan kepada Rukun Iman.

Meskipun demikian, dalam hal spiritualitas, Hamka memiliki nuansa yang berbeda, terlihat dari karyanya "Tasawuf Modern" yang ditulis semasa berada dalam tahanan Orde Lama. Dalam buku tersebut, Hamka mencari ketenangan jiwa dan memberi nasihat kepada dirinya sendiri, menunjukkan sisi lain dari pandangan spiritualnya.

Daftar Pustaka

Alexander Haryanto, 2023, "Biografi Singkat Buya Hamka: Sejarah, Latar Pendidikan & Pemikiran", diakses dari https://tirto.id/biografi-singkat-buya-hamka-sejarah-latar-pendidikan-pemikiran-gaxL.

Ali Zaenal, 2023, "Tasawuf di Indonesia dari Masa ke Masa", https://tirto.id/gEAH", diakses dari https://tirto.id/tasawuf-di-indonesia-dari-masa-ke-masa-gEAH.

Jamal Ma'mur Asmani, 2019, "Perjalanan Intelektual dan Kelebihan Kiai Maimoen Zubair", diakses dari https://alif.id/read/jamal-mamur-asmani/perjalanan-intelektual-dan-kelebihan-kiai-maimoen-zubair-b221808p/.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun