Mohon tunggu...
Pariati
Pariati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - PEN & HEART

Because of YOU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abenteuer

15 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 4 September 2024   09:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sebenarnya ada ketua kelas Gladys tetapi dia terkenal agak lalay untuk memegang amanah dan dia adalah anak yang super duper licik. Jangan ditanya lagi Vanessya pasti sangat jengkel mengetahui bahwa yang dipercaya bukan dirinya.

            Bukan teriakan sekarang melainkan ribuan sindiran yang ditujukan untuk Gladys. Gladys bukan anak yang gampang peka, jadi percuma teman-temannya menyindir Gladys tetapi Gladys tidak merasakannya. Amarah ketua kelas itu semakin membara, tanpa menyadarinya Vanessya keceplosan menyebut nama Gladys. Dengan polosnya anak itu ia menoleh tanpa dosa.

            Ya ampun keadaan kelas semakin tidak bisa diandalkan. Dengan gamblang Vanessya anak licik itu berbicara dengan sok tegas mengatakan bahwa 'kenapa ketua kelasnya tidak berganti Gladys saja' bukannya malah sedih teman laki-lakinya malah berteriakan bagikan telah menerima kemerdekaan. Bahkan ada yang berkata, baiklah semester dua kita ganti Gladys yang menjadi ketua. Semakin jengkel dan semakin keras sindirannya, semakin Gladys menoleh dengan wajah tak ada dosa.

            Akhirnya Gladys sadar bahwa semua sindiran itu ditujukan padanya, suaranya sih mulai kecil tetapi kata-katanya langsung masuk ke hati. Gladys meneteskan sebutir demi sebutir air mata, ia lagi-lagi memejamkan matanya. Saat membukanya ia melihat tiga anak yang kemarin ia lihat waktu di kantin. Sembilan tahun yang lalu, Sekarang dia ingat mereka bertiga itu adalah Gladys, Eugene dan Varo. Ya.. Varo adalah sahabat Gladys dan Eugene saat kecil yang telah meninggal saat SMP. Gladys melihat tiga anak itu sedang bermain-main di tengah-tengah petakan sawah. Mereka berlarian mengejar laying-layang yang baru saja putus. Gladys menangis duduk di sebuah pondok di pinggir sawah. Gladys tiba-tiba mengingat sesuatu bagai di kepalanya ada sebuah lampu yang menyala terang. Gladys mengambil handphone dan memotret mereka bertiga.

            Gladys mengusap air mata dipipinya, dan tesenyum amat getir, Gladys memejamkan matanya lagi. Terbukalah matanya, ia sudah berada tepat di depan papan tulis putih. Terkejut ia terheran kelas sudah tiada suara sindiran lagi. Ternyata saat itu guru sedang lewat dan menanyakan apa yang telah terjadi. Anak laki-laki dengan cekatan langsung bicara apa yang terjadi. Kalau anak laki-laki sudah berkicau seperti burung, alamatnya yang cewek bakal kalah lawan kicauannya anak laki-laki.

            Alamat Venessya dan kawan-kawan yang hoby menyindir iru dipanggil ke ruang tatibsi. Dan gurunya melihat Gladys sedang memejamkan mata dan mengeluarkan buliran-buliran air mata saat guru itu masuk ke kelas Gladys. Gladys teringat sesuatu ia membuka ponselnya untuk memastikan kejadian barusan itu nyata atau hayalan. Surprise... di dalam gallery handphone Nauya ada foto tiga orang anak yang tidak lain adalah Gladys, Eugene dan juga Varo. Gladys melotot ia melihat jam dinding yang tergantung di sudut ruangan pukul 09.40 istirahat akan segera berakhir. Eugene terlintas di kepala Gladys. Gladys berlarian seperti di kejar pembunuh menuju kantin.

            Dan benar ditengah-tengah kerumunan di meja yang biaa ia singgahi dengan Eugene. Disana ada seorang perempuan yang sangat ia kenali. Perempuan itu sedang membenahi rambut yang dikuncir kebelakang, siapa lagi kalau buka Eugene. Gladys berlari menerobos kerumunan menuju Eugene.

            "Eugene, maafkan aku, aku.. aku tadi melamun,"

            "Gladys, oh iya yang kulihat tadi kau bukan melamun tetapi kau sedang memejamkan matamu, akhirnya aku tidak berani mengganggumu dan aku pergi ke kantin sendirian,"

            "Eh?"

            "Sudahlah jangan pikirkan hal itu lagi duduklah Dis, segera pesan makanan dan makanlah kalau tidak kau akan jatuh sakit nanti," Akhirnya Gladys memesan makanan yang cepat jadi dan tidak antre. Gladyspun duduk berhadapan dengan Eugene.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun