Idealnya dalam ekstrakurikuler, sebagian besar perolehan kemajuan murid adalah tidak kasat mata. Penilaian yang lengkap untuk ekstrakurikuler mencakup pencapaian tidak kasat mata dan kasat mata.Â
Penilaian tidak kasat mata adalah menilai proses si murid pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Nilai ini hanya fasilitator yang memahami karena dia yang berinteraksi dengan murid. Fasilitator kemudian mengkonversi menjadi narasi supaya bisa dikomunikasikan dengan orangtua. Jadi orangtua bisa memahami perkembangan anaknya.
Sedangkan penilaian kasat mata melalui hasil kongkrit yang dihasilkan dari proses. Misalnya, melukis dinilai dari tampilan karya lukis si murid. Sebaiknya karya lukis tidak perlu diberi nilai angka. Biarkan siapa pun yang melihat boleh mengapresiasi. Maka perlu diingat bahwa hasil lukisan dari pertemuan pertama perlu didokumentasikan supaya bisa dikomparasi dengan lukisan pada pertemuan terakhir ekstrakurikuler.Â
Dari komparasi dapat diketahui perkembangan pencapaian si murid selama mengikuti ekstrakurikuler dan itu klop ketika ditambah narasi dari fasilitator. Selanjutnya fasilitator bisa menjadi teman berkonsultasi bagi orangtua. Fasilitator memberi rekomendasi dan konsultasi awal murid mau diarahkan kemana? Inilah prosedur yang sebaik-baiknya dalam melakukan penilaian di pelajaran ekstrakurikuler.
Lalu bagaimana jika mengejar level juara di sebuah lomba yang berhubungan dengan bidang ekstrakurikuler? Atau bagaimana apabila ada orangtua yang ingin anaknya mencapai prestasi tinggi di ekstrakurikuler? Jam resmi ekstrakurikuler tidak bisa mewadahi itu. Maka fasilitator ekstrakurikuler bisa merekomendasikan opsi-opsi. Pertama, mengusulkan jam tambahan di luar jam resmi ekstrakurikuler. Kedua, mengarahkan mengikuti les atau kursus atau klub di luar sekolah.
Pengalaman
Menurut pengalaman saya menemani para murid di berbagai sekolah berekstrakurikuler, garis bawah yang tebal perlu diberikan untuk suasana dan mengurangi beban.Â
Ekstrakurikuler adalah oase yang menyegarkan ruang batin dan pikiran anak-anak sebagai penyeimbang tugas sekolah yang cenderung beban dan membebani. Intrakurikuler terlalu formal atau kadangkala diformal-formalkan dan terkesan ribet.Â
Sesuai namanya, ekstrakurikuler (memang) seharusnya membawa murid ekstra atau keluar dari sumuknya suasana pelajaran reguler. Ekstrakurikuler itu seperti suasana pantai, rileks. Apabila ruang ekstrakurikuler juga dicekoki peraturan yang mirip atau bahkan persis ruang intrakurikuler maka ini serupa mengakumulasi beban bagi murid. Padahal seumpama sebuah bangunan maka perlu ventilasi untuk sirkulasi udara. Ekstrakurikuler ini semacam ventilasi itu.
Ada sejumlah hal yang selalu perlu diingat. Pertama, durasi yang tersedia kurang untuk meraih standar kompetensi. Kedua alokasi pikiran dan enerji dan perhatian yang cenderung tidak optimal.Â
Ketiga, kejomplangan kelas ekstrakurikuler yang biasanya mencampur dari berbagai tingkatan kelas yang konsekusensinya menghadirkan lapisan pemahaman dasar dan daya tangkap berbeda.Â