Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ekstrakurikuler yang Rasional dan Berbinar-binar

25 Juni 2018   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2018   09:28 2387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekstrakurikuler adalah durasi yang memberi kebahagiaan meluap-luap bagi murid. Apabila terdeteksi memberi beban maka itu adalah ekstrakurikuler yang salah. Jika murid merasa terbebani maka itu bukan ekstrakurikuler melainkan 'seolah-olah' ekstrakurikuler. 

Ekstrakurikuler adalah ruang lega bagi murid. Apabila tidak memberikan kelegaan atau malah membikin jiwa dan raga murid terbebani dalam berekspresi maka perlu dievaluasi.

Itulah sebabnya ekstrakurikuler juga disebut sebagai kelas ekspresi, kelas yang membikin wajah murid berbinar-binar. Guna memastikan wajah yang berbinar-binar, maka sekolah harus melakukan 2 hal. Pertama, berusaha menghadirkan fasilitas, fasilitator, dan katalisator yang melimpah ruah. Kedua, pada saat bersamaan menghapus seluruh pengganggu yang membebani.

Salah satu pengganggu (kesalahan tidak rasional) adalah ketika menerapkan atribut standar kompetensi pada pelajaran ekstrakurikuler. Ini berpotensi mengganggu ruang lega murid dan fasilitator. Standar kompetensi biasa diterapkan pada pelajaran intrakurikuler (reguler), tidak pas diterapkan pada ekstrakurikuler karena keduanya memiliki banyak perbedaan.

Pelajaran reguler (kurikuler) wajib secara reguler diikuti setiap murid. Masing-masing mata pelajaran dioperasionalkan dengan standar baku yang mengikat. Ada standar berbagai pencapaian kemampuan dasar dan kemampuan minimal dalam masing-masing level. 

Maka standar kompentensi menjadi perkakas yang membantu proses belajar mengajar di kelas. Di sini hasil menjadi penting karena menjadi etalase untuk melihat dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar. Pelajaran reguler memiliki jam yang cukup dan standar. Anggota dari satu kelas relatif setara menurut usia dan modal dasar pengetahuan.

Sedangkan pelajaran ekstrakurikuler merupakan pelajaran yang tidak mengikat, bersifat rileks, kegiatan pendukung. Murid bebas mengikuti kelas ekstrakurikuler sesuai pilihannya. Pilihan berdasarkan ketertarikan, minat, dan bakat dari murid. 

Di sini proses idealnya lebih dikedepankan daripada hasil. Maka standar kompetensi tidak diperlukan. Jam ekstrakurikuler relatif tidak standar. Anggota satu kelas bisa terdiri dari gabungan murid yang berbeda usia dengan modal dasar pengetahuan berbeda pula.

Memperlakukan ekstrakurikuler seperti intrakurikuler menunjukkan ketidakpahaman stakeholder. Niat baik tetapi dilakukan dengan kesalahan cara justru membuat ekstrakurikuler menjauh dari fungsi dan akar tujuannya. 

Atribut intrakurikuler sebaiknya tidak dimanifestasikan absolut pada pelajaran ekstrakurikuler. Fasilitator jangan dibebani, dan seharusnya tidak terbebani dengan segala hal-hal yang tidak perlu.

Murid-murid sekolah dasar senang riang mengikuti kegiatan Praktek Ekstrakurikuler Jurnalistik di Kawasan Malioboro Yogyakarta. (Foto: dok. pribadi)
Murid-murid sekolah dasar senang riang mengikuti kegiatan Praktek Ekstrakurikuler Jurnalistik di Kawasan Malioboro Yogyakarta. (Foto: dok. pribadi)
Nilai kasat mata dan tidak kasat mata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun