Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dinding di Dua Sisi Malioboro, Bagian Wajah Jalan yang Penting Direvitalisasi

23 Maret 2017   20:44 Diperbarui: 24 Maret 2017   16:01 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seluruh jalan raya di semua kota memiliki wajah. Wajah jalan ikut menentukan seperti apa “rasa” jalan itu. Ketika kita memasuki jalan raya di sebuah pusat kota, saat bersamaan wajah jalan itupun memasuki benak pikiran kita. Wajah sebuah jalan termasuk deretan pertokoan di kedua sisinya. Deretan pertokoan yang menyatu memanjang sepanjang sisi jalan bagaikan membentuk dinding. Apabila menyusuri jalan maka kita serasa berjalan di sebuah terowongan tanpa atap. Dinding ini yang kadangkala tidak disadari padahal ikut membentuk citra yang memasuki pikiran dan benak kita. Citra yang mempengaruhi rasa kepuasan berjalan-jalan menyusuri sepanjang jalan.

Seperti halnya jalan raya populer di kota lain, jalan Malioboro Yogyakarta memiliki dua dinding  memanjang di hampir sepanjang jalan. Pertokoan dan perkantoran pemerintah menyatu membentuk dinding abstrak di penglihatan pengunjung. Wajah pertokoan dengan segala aksesoris yang membalutnya menjadi bagian wajah Malioboro. Menjadi bagian rasa jalan yang dinikmati para pengunjung satu demi satu merumuskan kesan bagi pengunjung.

Bulan Maret 2017 ini Malioboro memasuki tahap kedua revitalisasi. Pemerintah sebaiknya tidak melupakan merevitalisasi wajah pertokoan sebagai bagian wajah jalan Malioboro. Membenahi wajah pertokoan tidak kalah penting dibanding pembenahan trotoar yang sudah dilakukan pada revitalisasi tahap pertama dengan menghadirkan kursi-kursi. Malioboro bukanlah sebatas jalan raya datar. Tetapi bangunan di sisi kanan dan kirinya adalah bagian satu paket sebagai wajah Malioboro. Keartistikan dan keasrian wajah bangunan terutama pertokoan itu perlu dijaga dan diberi aksesoris berkesan. Seperti dinding sebuah rumah haruslah memenuhi nilai artistik, komunikatif, bersahabat dengan pandangan manusia yang melihatnya.

Intervensi minimal dari pemerintah daerah

Di tengah keramaian Malioboro, apabila kita meluangkan waktu mencermati satu demi satu wajah toko di sana dengan lebih tenang dapat menemukan wajah pertokoan secara utuh. Kesan yang tertangkap adalah wajah pertokoan ini belumlah wajah optimal jalan populer sekelas Malioboro yang sudah mendunia. Misalnya, coba periksa plang nama toko. Selain sebagai penanda identitas bagi toko, plang nama ini adalah aksesoris yang ikut mengartistikkan jalan Malioboro. Artinya plang nama itu tidak boleh

dibuat main-main dan ditaruh tanpa rasa seni seolah tanpa daya kreasi. Beberapa plang nama sepertinya didesain tanpa niat artistik boleh
arrow-10x10.png
arrow-10x10.png
jadi karena kurang memahami fungsinya yang ikut membuat indah wajah jalan. Ini perlu diingatkan oleh pemerintah maupun oleh stakeholder pencinta Malioboro.

Ada lagi plang nama yang tampak dipasang terbalik. Belum lagi yang dibiarkan berkarat. Barangkali terlalu asyik berdagang sehingga lupa situasi terkini plang nama tokonya. Semisal, sipemilik toko tidak mau mengganti secara sukarela sementara belum tersedia peraturan daerah yang bisa memaksa pemilik toko, maka pemerintah bisa mengambil tindakan bijak bestari memberi subsidi plang nama. Kebijakan ini memang boleh jadi mendorong oranglain mempertanyakan mengapa toko diberi subsidi? Padahal sipemilik toko relatif mampu secara finansial. Tentu bisa diberi penjelasan bahwa sebenarnya ini bukan memberi subsidi kepada pemilik toko. Melainkan itu adalah upaya win win solution. Sesungguhnya pemerintah daerah memperlakukan sebagaimana aksesoris kota lainnya cuma bedanya plang nama itu melekat menjadi bagian pertokoan milik pribadi. Jadi pemerintah bukan mensubsidi pemilik toko melainkan pemerintah bertanggungjawab mendandani semua bagian yang ikut mempengaruhi wajah Malioboro.

Untuk menyegarkan gambaran, kita perlu membandingkan wajah Malioboro sebelum revitalisasi tahap pertama dengan keadaan yang sekarang. Dulu parkir sepedamotor memadati sisi jalan dan itulah bagian wajah jalan Malioboro saat itu yang dinikmati pengunjung dan turis. Sekarang parkir motor sudah dibersihkan berganti jejeran kursi-kursi bagus yang selain menjadi tempat duduk juga adalah aksesoris Malioboro. Malioboro berubah kini lebih cerlang cemerlang. Senang melihat perubahan ini.

Tentu bisa dibayangkan perubahan yang serupa ketika wajah pertokoan ikut direvitalisasi. Sekarang ini wajah pertokoan dengan plang nama yang masih kurang beraturan apabila nanti ikut direvitalisasi tentu menghadirkan wajah Malioboro lebih cemerlang dengan wajah pertokoan yang menyenangkan. Coba kita membayangkan ketika tidak ada lagi plang nama yang terbuat dari bahan spanduk yang terkesan seperti jemuran selain keawetannya diragukan. Tidak ada lagi plang nama yang berkarat. Tidak ada lagi plang nama yang dipasang terbalik. Para turis lokal maupun mancanegara lebih leluasa dan utuh merasakan wajah Malioboro yang seharusnya.

Deretan pertokoan adalah dinding sebuah jalan raya. Dinding itu bagian wajah jalan. Wajah yang mempengaruhi rasa batin pengunjung saat meresapi detil sebuah pusat kota. Meskipun kadangkala tidak disadari, wajah pertokoan yang berderet ikut membentuk citra sebuah kota memasuki benak kita sebagai pengunjung. Itu akumulasi pengalaman yang ikut kita bawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh tersimpan di dalam benak menjadi kenangan. Kepuasan kita lebih utuh direndam di dalam batin, dan itu membuat kita bertambah mencintai Malioboro. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun