Buku berbeda tipis dengan kertas bekas yang dijilid berbentuk buku. Efek dominonya adalah perpustakaan berbeda tipis dengan gudang kertas. Maka berbeda tipis pula antara pengelola perpustakaan dengan penjaga gudang kertas bekas. Anda mau menjadi pengelola perpustakaan atau penjaga gudang kertas bekas? Deretan pernyataan dan pertanyaan itu pernah diujarkan oleh seorang pustakawan perempuan senior.
Maksudnya adalah sebuah buku memiliki dimensi fisik dan dimensi isi. Apabila sebuah buku tidak pernah dibaca maka dia belumlah bisa disebut buku, baru sebatas memenuhi dimensi fisik. Bahasa lainnya, statusnya sementara adalah kertas bekas yang dipenuhi aksara dan dijilid berbentuk buku, di sini buku menjadi kata benda. Apabila sang buku sudah diakses orang, sudah ada yang membaca dan berdampak manfaat, maka buku itu baru layak disebut buku. Dimensi fisik dan dimensi isi sudah terpenuhi.
Ini menjelaskan bahwa ukuran riil kesuksesan sebuah perpustakaan bukan dari seberapa banyak koleksi dan secanggih apa sistem pengelolaan yang dipunyai, melainkan seberapa banyak buku yang diakses dan juga seberapa banyak minat baca yang tergugah. Koleksi buku dan sistem adalah pendukung merebut kesuksesan tersebut. Perpustakaan yang sukses adalah ketika berhasil menjadi tippingpoint bagi banyak orang. Memberi momentum bagi banyak manusia berpindah dari tadinya belum suka menjadi suka membaca.
Poin menggugah minat baca penting digarisbawahi tebal-tebal terutama untuk perpustakaan Sekolah Dasar (SD). Tujuan, fungsi, dampak manfaat, dan cara pengelolaan perpustakaan SD memang seyogyanya berbeda dengan perpustakaan orang dewasa, perpustakaan kampus, misalnya.
Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 menyebutkan: “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para siswa sebagai pengguna perpustakaan.” Perpustakaan sekolah termasuk yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Untuk SD fungsi penelitian sementara belum bisa optimal. Skala prioritas menggerakkan fungsi informasi dan rekreasi, dua faktor yang perlu dikelola secara serius untuk menggugah minat baca. Fokus saja semua enerji dan sumber dana diarahkan ke sini.
Berdamai dengan realita
Tentu sudah ada murid SD yang sangat suka membaca bahkan kutu buku, tetapi realitas hari ini bahwa mayoritas murid SD belum suka membaca. Realita lainnya adalah bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Berdamai dengan realita menjadi kunci mengelola perpustakaan SD. Kesadaran ini menjadi dasar bergerak dalam mengelola perpustakaan SD. Tujuan utama adalah menggugah minat baca. Keberhasilan menggugah minat baca menjadi pencapaian spektakuler. Murid-murid yang sudah tergugah minat bacanya nanti memetik hasilnya ketika di SMP dan terus sampai perguruan tinggi.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar penting dalam proses pembelajaran. Perlu meningkatkan fasilitas dan menghebatkan imajinasi terus menerus. Pun eksplorasi dalam berbagai program kreasi yang rekreatif. Di lain sisi melakukan tindakan bijaksana mengurangi gangguan dan kendala.
Perpustakaan adalah buku, rasa buku, dan rasa perpustakaan
Teori dan penjelasan fungsi manfaat perpustakaan sudah banyak dan lengkap paripurna dibahas di banyak buku. Sekarang yang diperlukan adalah bagaimana menjaga supaya buku tidak berhenti sebagai kata benda. Bagaimana buku tidak bermetaformosa sekedar kertas bekas berbentuk buku. Buku harus dikelola menjadi kata kerja yang menggerakkan peradaban. Menghadirkan buku adalah satu langkah, namun bukanlah tujuan melainkan alat mencapai tujuan. Tujuannya adalah membuat rasa buku dan rasa perpustakaan. Buku yang memiliki rasa artinya bisa membuat otak pembaca menjadi kaya dan hatinya terhibur. Bertambah kaya oleh informasi dan pengetahuan. Terhibur karena bisa riang gembira senang ketika melahap bacaan. Sedangkan rasa perpustakaan adalah suasana mengasyikkan yang dihadirkan. Perpustakaan terasa menyenangkan, melegakan, meleluasakan. Untuk meraih ini maka pengelola haruslah imajinatif dan senang bereksplorasi.