Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perpustakaan SD Imajinatif: Jadikan sebagai Kebun Buku atau Restoran Buku Pelajar

1 Maret 2017   14:58 Diperbarui: 2 Maret 2017   00:00 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku berbeda tipis dengan kertas bekas yang dijilid berbentuk buku. Efek dominonya adalah perpustakaan berbeda tipis dengan gudang kertas. Maka berbeda tipis pula antara pengelola perpustakaan dengan penjaga gudang kertas bekas. Anda mau menjadi pengelola perpustakaan atau penjaga gudang kertas bekas? Deretan pernyataan dan pertanyaan itu pernah diujarkan oleh seorang pustakawan perempuan senior.

Maksudnya adalah sebuah buku memiliki dimensi fisik dan dimensi isi. Apabila sebuah buku tidak pernah dibaca maka dia belumlah bisa disebut buku, baru sebatas memenuhi dimensi fisik. Bahasa lainnya, statusnya sementara adalah kertas bekas yang dipenuhi aksara dan dijilid berbentuk buku, di sini buku menjadi kata benda. Apabila sang buku sudah diakses orang, sudah ada yang membaca dan berdampak manfaat, maka buku itu baru layak disebut buku. Dimensi fisik dan dimensi isi sudah terpenuhi.

Ini menjelaskan bahwa ukuran riil kesuksesan sebuah perpustakaan bukan dari seberapa banyak koleksi dan secanggih apa sistem pengelolaan yang dipunyai, melainkan seberapa banyak buku yang diakses dan juga seberapa banyak minat baca yang tergugah. Koleksi buku dan sistem adalah pendukung merebut kesuksesan tersebut. Perpustakaan yang sukses adalah ketika berhasil menjadi tippingpoint bagi banyak orang. Memberi momentum bagi banyak manusia berpindah dari tadinya belum suka menjadi suka membaca.

Poin menggugah minat baca penting digarisbawahi tebal-tebal terutama untuk perpustakaan Sekolah Dasar (SD). Tujuan, fungsi, dampak manfaat, dan cara pengelolaan perpustakaan SD memang seyogyanya berbeda dengan perpustakaan orang dewasa, perpustakaan kampus, misalnya.

Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 menyebutkan: “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para siswa sebagai pengguna perpustakaan.” Perpustakaan sekolah termasuk yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Untuk SD fungsi penelitian sementara belum bisa optimal. Skala prioritas menggerakkan fungsi informasi dan rekreasi, dua faktor yang perlu dikelola secara serius untuk menggugah minat baca. Fokus saja semua enerji dan sumber dana diarahkan ke sini.

Berdamai dengan realita 

Tentu sudah ada murid SD yang sangat suka membaca bahkan kutu buku, tetapi realitas hari ini bahwa mayoritas murid SD belum suka membaca. Realita lainnya adalah bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Berdamai dengan realita menjadi kunci mengelola perpustakaan SD. Kesadaran ini menjadi dasar bergerak dalam mengelola perpustakaan SD. Tujuan utama adalah menggugah minat baca. Keberhasilan menggugah minat baca menjadi pencapaian spektakuler. Murid-murid yang sudah tergugah minat bacanya nanti memetik hasilnya ketika di SMP dan terus sampai perguruan tinggi.

Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar penting dalam proses pembelajaran. Perlu meningkatkan fasilitas dan menghebatkan imajinasi terus menerus. Pun eksplorasi dalam berbagai program kreasi yang rekreatif. Di lain sisi melakukan tindakan bijaksana mengurangi gangguan dan kendala.

Perpustakaan adalah buku, rasa buku, dan rasa perpustakaan

Teori dan penjelasan fungsi manfaat perpustakaan sudah banyak dan lengkap paripurna dibahas di banyak buku. Sekarang yang diperlukan adalah bagaimana menjaga supaya buku tidak berhenti sebagai kata benda. Bagaimana buku tidak bermetaformosa sekedar kertas bekas berbentuk buku. Buku harus dikelola menjadi kata kerja yang menggerakkan peradaban. Menghadirkan buku adalah satu langkah, namun bukanlah tujuan melainkan alat mencapai tujuan. Tujuannya adalah membuat rasa buku dan rasa perpustakaan. Buku yang memiliki rasa artinya bisa membuat otak pembaca menjadi kaya dan hatinya terhibur. Bertambah kaya oleh informasi dan pengetahuan. Terhibur karena bisa riang gembira senang ketika melahap bacaan. Sedangkan rasa perpustakaan adalah suasana mengasyikkan yang dihadirkan. Perpustakaan terasa menyenangkan, melegakan, meleluasakan. Untuk meraih ini maka pengelola haruslah imajinatif dan senang bereksplorasi.

 Kebun buku atau restoran baca pelajar

Untuk urusan administrasi resmi tetap menggunakan istilah perpustakaan. Namun yang dimunculkan sehari-hari termasuk pada plang nama adalah istilah lain yang meriang senangkan murid-murid. Misalnya, penggunaan sebutan kebun buku atau restoran buku pelajar. Penggunaan istilah-istilah kreatif ini mampu menghadirkan suasana berbeda yang lebih menggugah. Kebun buku mengharuskan ruang perpustakaan didesain sebagaimana sebuah kebun. Sedangkan restoran buku pelajar didesain sebagaimana sebuah restoran. Ada piring yang di dalamnya diletakkan buku. Ada gelas yang di dalamnya ditaruh gulungan kertas berisi kuis dan pertanyaan. Maka ketika memasuki perpustakaan murid-murid terasosiasi memasuki kebun yang menyenangkan atau seperti memasuki sebuah restoran yang membuat kenyang pikiran hati nurani.

Kulkas buku

Anak-anak suka hal-hal yang mengandung wow effect. Mengajak anak penasaran merupakan salah satu cara cerdas untuk menggugah minat mereka membaca. Misalnya mendesain lemari berbentuk kulkas transparan yang di dalamnya disusun buku seolah makanan. Atau mendesain pintu perpustakaan seperti kulkas dan murid-murid merasakan sensasi melangkahkan kaki ke perpustakaan seolah memasuki kulkas raksasa.

Memberi nama buku

Cara kreatif ini mengajak masing-masing murid memberi nama kepada setiap buku koleksi. Mereka membangun rasa memiliki terhadap perpustakaan. Mereka akan senang karena selain merekalah yang memberi nama bagi buku itu, perbuatan ini bagi mereka baru pertama kali mengalami memberi nama kepada sebuah buku. Ini bisa menggugah ketertarikan mereka kepada buku dan perlahan-lahan menggugah minat baca.

Beli buku yang mereka inginkan dan buku yang anda inginkan mereka baca

Rekomendasi ideal menambah koleksi buku ada dua prinsip. Yaitu, belilah buku yang mereka ingin baca dan belilah buku yang anda ingin mereka baca.

Ajak membeli buku

Ajaklah murid-murid ketika membeli buku. Bergantian satu atau dua orang perwakilan murid. Bertambah bagus lagi jika bersama orangtua atau komite sekolah.

Berwisata studi ke lokasi yang ada di buku

Suasana membayang-bayangkan dipindah menjadi realitas dengan mengajak mereka berwisata studi ke tempat-tempat yang diceritakan di dalam buku. Tentu lokasi yang bisa dijangkau. Di sana, misalnya bisa diberi penjelasan bahwa ini lho lokasi yang diceritakan dalam buku yang sudah kalian baca. Tentu semakin menarik apabila bisa mengajak mereka membuat cerita versi mereka dengan lokasi yang sama. Lalu diterbitkan secara POD sebagai buku  dan menambah koleksi perpustakaan

Tumpengan buku

Kegiatan ini sudah beberapakali diselenggarakan sejumlah komunitas baca di Yogyakarta. Buku disusun sedemikian rupa seperti tumpeng menyerupai gunungan. Didesain dalam rangkaian kegiatan kreatif yang cerah ceria dengan gongnya memotong tumpengan buku lalu diberikan kepada pembaca paling rajin, pembaca termuda, dan lain-lain. Biasanya penerbit mau mendukung kegiatan sejenis ini.

Kuis isi buku

Untuk terus menghebatkan rasa petualangan berkesinambungan, setelah murid membaca, guru menyiapkan kuis yang didesain menarik penuh gambar dan bisa dihias. Selain menjawab kuis berdasarkan buku yang dibaca, mereka juga seraya mewarnai dan menghiasi lembar jawaban.

Lomba-lomba menjelajah buku

Lomba-lomba bisa dirancang dengan kreatif dan membuat penasaran tetapi tetap mengarahkan anak untuk berkolaborasi dengan buku. Jadi tetap episentrum kegiatan adalah buku.

Mencari apa yang dibaca di buku

Bisa juga mengajak mereka mencari apa yang mereka temukan di buku. Misalnya, di buku mereka baru pertama kali melihat ayam unik, ya guru menemani mencari ke pasar hewan. Atau guru boleh menentukan cerita apa lalu meminta mereka mencari membolak-balik halaman buku untuk menemukan cerita dimaksud. Jadi ada rasa petualangan yang biasanya sangat disukai anak.anak. Anak-anak tetap bisa di dunianya, dunia bermain, tetapi bermain bermutu. Bermain bukan bermain-main.

*

Sedangkan menyangkut fasilitas banyak tindakan bijaksana bisa dilakukan sebagai terobosan guna meningkatkan suasana nyaman dan mengurangi gangguan.

Silahkan keluarkan semua lemari yang lebih tinggi dari murid

Berempatilah dengan situasi kondisi dunia anak. Semua hal-hal yang mengganggu dikurangi. Semisal, lemari yang gede nan tingginya berwatak strong sebaiknya dikeluarkan dari ruang perpustakaan. Silahkan diganti dengan lemari yang lebih rendah dan soft (lembut) atau wadah kontainer beroda yang lebih berwarna-warni. Ini lebih menyamankan murid ketika mengkonsumsi buku.

Buka pintu lebar-lebar dan buka jendela selega-leganya

Hadirkan oksigen yang melimpah-ruah. Ventilasi yang cukup mendukung sirkulasi udara yang menyegarkan. Juga cahaya yang penuh menerangi. Kurangi benda-benda yang tidak berdampak manfaat dengan aktivitas perpustakaan sehari-hari. Termasuk buku-buku lama yang sering masih disimpan di ruang perpustakaan padahal sudah tidak pernah ada yang membacanya. Ingatlah, perpustakaan itu gudang ilmu, bukan gudang buku. Selain itu volume benda-benda di dalam ruangan mempengaruhi volume udara. Udara yang melimpah-ruah mendukung suasana menggugah minat baca.

 Idealnya pintu perpustakaan didesain lebar dan menyenangkan suasana anak-anak. Bukan pintu konvensional. Bisa dirias sedemikan rupa yang mendorong asosiasi pikiran murid. Ya, seperti sudah disebut di atas menyerupai kulkas raksasa, misalnya.

Dinding eksploratif

Dinding dilapisi mural portabel yang bisa dicopot. Menghadirkan lukisan-lukisan yang menggugah. Misalnya, digambari dengan lukisan pendiri sekolah, atau tokoh-tokoh inspiratif lain, lengkap dengan cerita keteladanan mereka. Jadi murid selain melihat foto juga bisa membaca kata-kata bermutu. Boleh juga sampul buku diperbesar dalam bentuk ukuran 1 x 1 meter, misalnya. Lalu diganti setiap minggu atau sekali dua minggu. Biaya mencetak seperti itu sekarang tidak terlalu mahal.

Bukan sekedar konsumen yang mengkonsumsi buku

Di era digital sekarang murid bukan lagi cuma mengkonsumsi buku yang dipasok para penerbit. Menggunakan teknologi POD (Print on Demand) murid didorong dan dibina menjadi penulis dalam kemasan program BacaSendiriBukuTemanmu. Koleksi perpustakaan bertambah dari buku karya para siswa, baik berupa antologi keroyokan atau antologi tunggal. Tentu ada edit dari guru atau orang yang berkemampuan untuk hal itu sehingga tetap layak dikonsumsi pembaca. Didesain penuh dengan gambar-gambar. Karena ini merupakan strategi mumpuni untuk menggugah minat baca murid-murid.

Buku di mana-mana

Membaca di mana-mana. Ini didukung dengan membuat banyak outlet kecil di berbagai pojok sekolah. Ini seperti mengepung murid dengan suasana aura positif. Lama kelamaan murid-murid terevokasi, tertarik membuka buku dan membacanya.

Opsi duduk lesehan atau memakai meja kursi

Singkirkan semua tempat duduk yang tidak berfungsi ideal, kursi yang memakan tempat, dan meja yang mengganggu. Perlu diperhatikan postur tubuh para murid. Anak yang gemuk tidak bisa lama duduk lesehan, dan itu membuatnya tidak nyaman ketika membaca.

*

Mengingat bahwa perpustakaan itu gudang ilmu tetapi bukan gudang buku. Menimbang bahwa skala prioritas perpustakaan sekolah dasar selayaknya untuk menggugah minat baca murid. Maka, jangan sampai perpustakaan jadi arena pajangan buku dan pengelola menepuk dada bangga semu dengan ribuan koleksi padahal tidak diakses optimal oleh murid.

Mengelola perpustakaan SD haruslah sabar riang senang gembira. Perpustakaan secara teori sudah dirumuskan dan dibahas dalam banyak buku. Namun realita untuk perpustakaan SD idealnya fokus hanya kepada 2 fungsi yaitu informasi dan rekreasi. Karena dua fungsi ini yang paling efektif memberhasilkan penggugahan minat baca. Artinya sebagian ilmu perpustakaan ditunda digunakan atau dipraktekkan di sini. ***

(Tulisan ini merupakan rancangan untuk Perpustakaan SDKE Mangunan, sekolah yang didirikan oleh Romo Mangunwijaya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun