Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perpustakaan SD Imajinatif: Jadikan sebagai Kebun Buku atau Restoran Buku Pelajar

1 Maret 2017   14:58 Diperbarui: 2 Maret 2017   00:00 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Silahkan keluarkan semua lemari yang lebih tinggi dari murid

Berempatilah dengan situasi kondisi dunia anak. Semua hal-hal yang mengganggu dikurangi. Semisal, lemari yang gede nan tingginya berwatak strong sebaiknya dikeluarkan dari ruang perpustakaan. Silahkan diganti dengan lemari yang lebih rendah dan soft (lembut) atau wadah kontainer beroda yang lebih berwarna-warni. Ini lebih menyamankan murid ketika mengkonsumsi buku.

Buka pintu lebar-lebar dan buka jendela selega-leganya

Hadirkan oksigen yang melimpah-ruah. Ventilasi yang cukup mendukung sirkulasi udara yang menyegarkan. Juga cahaya yang penuh menerangi. Kurangi benda-benda yang tidak berdampak manfaat dengan aktivitas perpustakaan sehari-hari. Termasuk buku-buku lama yang sering masih disimpan di ruang perpustakaan padahal sudah tidak pernah ada yang membacanya. Ingatlah, perpustakaan itu gudang ilmu, bukan gudang buku. Selain itu volume benda-benda di dalam ruangan mempengaruhi volume udara. Udara yang melimpah-ruah mendukung suasana menggugah minat baca.

 Idealnya pintu perpustakaan didesain lebar dan menyenangkan suasana anak-anak. Bukan pintu konvensional. Bisa dirias sedemikan rupa yang mendorong asosiasi pikiran murid. Ya, seperti sudah disebut di atas menyerupai kulkas raksasa, misalnya.

Dinding eksploratif

Dinding dilapisi mural portabel yang bisa dicopot. Menghadirkan lukisan-lukisan yang menggugah. Misalnya, digambari dengan lukisan pendiri sekolah, atau tokoh-tokoh inspiratif lain, lengkap dengan cerita keteladanan mereka. Jadi murid selain melihat foto juga bisa membaca kata-kata bermutu. Boleh juga sampul buku diperbesar dalam bentuk ukuran 1 x 1 meter, misalnya. Lalu diganti setiap minggu atau sekali dua minggu. Biaya mencetak seperti itu sekarang tidak terlalu mahal.

Bukan sekedar konsumen yang mengkonsumsi buku

Di era digital sekarang murid bukan lagi cuma mengkonsumsi buku yang dipasok para penerbit. Menggunakan teknologi POD (Print on Demand) murid didorong dan dibina menjadi penulis dalam kemasan program BacaSendiriBukuTemanmu. Koleksi perpustakaan bertambah dari buku karya para siswa, baik berupa antologi keroyokan atau antologi tunggal. Tentu ada edit dari guru atau orang yang berkemampuan untuk hal itu sehingga tetap layak dikonsumsi pembaca. Didesain penuh dengan gambar-gambar. Karena ini merupakan strategi mumpuni untuk menggugah minat baca murid-murid.

Buku di mana-mana

Membaca di mana-mana. Ini didukung dengan membuat banyak outlet kecil di berbagai pojok sekolah. Ini seperti mengepung murid dengan suasana aura positif. Lama kelamaan murid-murid terevokasi, tertarik membuka buku dan membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun