Istilah "Tidak ada tempat senyaman rumah" itu memang benar adanya. Tapi seharusnya istilah itu tidak diberlakukan dalam hal penerapan tata krama.
Jika diberlakukan maka, akan ada keluarga yang bersikap sangat santun hanya ketika mereka sedang berada di luar rumah, tapi saat di rumah mereka bersikap sebebas-bebasnya serasa tidak ada yang lihat, tidak ada yang tahu, tidak ada yang mengawasi mereka.
Tapi apa harga yang harus dibayar?
Orang-orang yang telah dewasa dalam keluarga itu akan memelihara topeng kemunafikan di hadapan orang lain. sedangkan anak-anak kecil ditengah keluarga tersebut yang masih belum mengerti akan hidup dalam kebingungan dan belajar untuk menipu diri sendiri.
Tata krama tetaplah tata krama, berlaku dimana saja.
Contoh :
Kalau di rumah, si mama dengan bebas menggunakan tempramen negatif dan hukuman keras saat menegur anaknya, tapi jika diluar rumah si mama bersikap sangat lembut dan pemaaf meskipun anaknya sudah berlaku sangat buruk.
Kalau di rumah, si anak bebas bersikap saat makan. Sambil mengangkat kaki boleh, mengunyah dengan mulut terbuka dan menimbulkan bunyi boleh, mengambil lauk pauk dengan tangan kosong bahkan mengaduk-aduknya juga boleh, menyeruput kuah makanan dengan suara keras boleh, mengangkat mangkok ke mulut untuk meminum kuah makanan boleh, makan sambil lari-larian ke sana sini, semuanya boleh.
Lalu si papa bilang, hanya dirumah saja kamu boleh begitu ya. Di luar gak boleh ya.
Ketika menghadiri jamuan makan bersama dengan orang lain di meja makan, apa yang terjadi pada si anak tersebut?
Jika si anak kecil itu bisa membuat perbedaan antara di rumah dengan di luar rumah dengan sangat sempurna, berarti orangtuanya sudah menerapkan topeng kemunafikan pada anaknya.