[caption id="attachment_181138" align="aligncenter" width="300" caption="Aktivitas belajar mengajar di trotoar yang dimuat oleh surat kabar lokal Kedaulatan Rakyat"][/caption] Suasana belajar yang tenang dan tentram sudah seharusnya dimiliki oleh mereka yang sedang berkonsentrasi untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Namun tidak demikian yang dialami oleh siswa-siswi SMA 17 Yogyakarta. Sebuah SMA swasta yang sedang terlibat konflik sengketa tanah sekolah antara ahli waris dengan yayasan. Sabtu, 7 April 2012 saat para siswa masuk ke sekolah, ruangan kelas tempat  belajar mereka sudah kosong. Ratusan meja kursi sudah hilang yang diduga telah diangkut oleh orang suruhan ahli waris. Salah seorang warga menuturkan hari jumat sore-malam sekelompok orang-orang tegap saya lihat membawa truk. Dan sabtu pagi ternyata kursi dan meja sekolah hilang serta papan nama SMA 17 yang terbuat dari batu bata dan cor sudah hancur. Tidak adanya fasilitas belajar mengajar tersebut membuat para siswa dan guru pada hari itu dengan terpaksa menggelar tikar di depan sekolah mereka untuk tetap dapat melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Meskipun suasana belajar sangat tidak nyaman namun kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan dan siswa-siswi tersebut tetap berusaha berkonsentrasi untuk belajar karena Ujian Nasional tinggal sepekan lagi. [caption id="attachment_181146" align="aligncenter" width="300" caption="Beberapa siswa ada yang belajar di lobi sekolah, meski dengan lesehan juga. (Harian Jogja)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H