Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mengenang Kembali Kisah Pilu dan Kegagalan Diplomasi di Balik Lepasnya Timor Timur

27 Juli 2022   23:40 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:26 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lemah di meja perundingan, pemerintah Indonesia lagi-lagi mengambil keputusan keliru lewat pendekatan militer. Pasukan tentara yang diterjunkan ke Timor Timur ternyata tidak mampu merebut simpati rakyat. Sebaliknya, rakyat seperti dijadikan musuh, dianggap kelas dua dalam tatanan masyarakat sosial di sana. 

Basilio bahkan mengungkap sebuah peristiwa pilu ketika seorang guru dan anggota TNI yang berstatus pendatang, justru bebas dari hukum meski keduanya telah melakukan perbuatan kriminal dan asusila kepada puluhan murid perempuan. Begitulah, warga setempat malah menjadi bulan-bulanan akibat ancaman kekerasan yang justru banyak berasal dari aparat keamanan.

Diplomasi rapuh ditambah pendekatan militer yang salah di sisi lain otomatis menjadi keuntungan tersendiri bagi Fretilin, meniupkan dukungan kepada kelompok pro kemerdekaan. Hal inilah yang memicu kian banyaknya rakyat Timor Timur untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Puncaknya adalah ketika Presiden Soeharto lengser dan digantikan Presiden BJ Habibie. Di masa Habibie, Portugal seolah mendapat bintang jatuh dari langit, setelah opsi Otonomi Khusus hingga menggelar Jajak Pendapat akhirnya direstui. Di bagian ini, Basilio berharap pemimpin Indonesia tidak lagi mengulangi kesalahan yang dilakukan Habibie, yang konon melepaskan Timor Timur karena dua pertimbangan khusus.

Nasi sudah menjadi bubur. Timtim yang dulu merupakan Provinsi ke-27 Indonesia kini resmi berdiri sebagai negara merdeka dan berdaulat. Keputusan harus tetap dihormati. Meskipun, menurut Basilio, Timor Leste dari segi geopolitik, geografis, dan geoekonomi akan sulit mandiri karena dihimpit dua negara besar: Indonesia dan Australia. 

Pada akhirnya, Timor Leste akan tetap menjadi negara yang harus bergantung kepada tetangganya: menjadi negara konsumen.

Lepasnya Timor Timur dari peta NKRI juga harus menjadi pelajaran penting bagi pemerintah Indonesia. "Semoga anak cucu saya tetap melihat berkibarnya Sang Saka Merah Putih dan selalu siap membelanya walaupun harus berakhir di balik jeruji penjara seperti Obelio Jose Osorio Soares dan Eurico Guterres", demikian kalimat penutup Basilio dalam buku ini.

Itulah sedikit gambaran yang bisa dinikmati dari buku ini. Masih banyak peristiwa lain yang sangat menarik dicermati, yang seluruhnya berasal dari Basilio sebagai pelaku sejarah. 

Saya yakin buku ini akan menjadi salah satu buku pegangan bagi mereka yang sedang belajar ilmu hubungan internasional maupun bagi mereka yang sudah terjun sebagai diplomat. Harapannya, semoga juru runding Indonesia menjadi lebih tangguh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun