Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mengenang Kembali Kisah Pilu dan Kegagalan Diplomasi di Balik Lepasnya Timor Timur

27 Juli 2022   23:40 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:26 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecahnya revolusi di Portugal sekaligus menandai rentang kisah politik Timor Timur dengan Indonesia hingga kisahnya berakhir pada 1999. Sebagai salah satu Provinsi Seberang Lautan, Timor Timur (Timtim) yang sebelumnya dikuasai oleh Portugal, ikut mengalami pergolakan politik: ingin menjadi negara merdeka dan berdaulat.

Angola dan Mozambique adalah dua negara paling familiar bagi awam yang berhasil memerdekakan diri dari penjajahan Portugal. Masih ada negara lain yang rasanya asing di kuping, yakni Cabo Verde (Teluk Hijau) dan Sao Tome e Principe. 

Sayang, Revolusi Bunga di Portugal ternyata tidak membawa kabar baik bagi rakyat Timor Timur. Justru sebaliknya, rakyat Timor Timur justru terjebak dalam Perang Saudara, terpecah menjadi dua keinginan. Kelompok Fretilin yang ingin merdeka menjadi negara berdaulat harus berhadapan dengan saudaranya yang ingin bergabung dengan Indonesia.

Ada salah satu cuplikan peristiwa sedih yang bisa ditemukan dalam bagian "Persembahan". Ketika Basilio bercerita sekilas tentang bagaimana istri dan kedua anaknya pada 1999 kerap merasakan masa sulit ketika diserang kelompok pro kemerdekaan. 

Ada ketakutan dan penderitaan yang harus dihadapi istri dan kedua anaknya, tanpa kehadiran Basilio sebagai seorang ayah dan suami. Tak ketinggalan, Basilio juga mengisahkan tentang nihilnya penghargaan pemerintah Indonesia terhadap 54 ribu Pasukan Pejuang Integrasi Timor Timur. 

Seharusnya, mereka yang telah rela mengorbankan nyawanya demi Indonesia sangat layak mendapat penghargaan sesuai amanat UU Veteran No 15 Tahun 2012.

Peristiwa pilu lain yang bisa dijadikan pelajaran dari pengalaman Basilio adalah tentang lemahnya diplomasi Indonesia di kancah internasional. Basilio dengan tegas menyebut Indonesia takluk di bawah diplomasi yang dijalankan Portugal. 

Jika Portugal dengan menghalalkan segala cara untuk merebut kemenangan, tidak begitu dengan Indonesia yang malah menjalankan diplomasi "politik kejujuran", yakni meyakini Portugal menjalankan politik internasional tanpa disertai trik dan intrik. Padahal, dalam panggung internasional, diplomasi pada dasarnya harus "menghalalkan" segala cara demi mencapai sebuah tujuan.

Tentang lemahnya diplomasi Indonesia menghadapi Portugal termasuk takluk oleh tekanan PBB, dengan gamblang diceritakan Basilio. Rontoknya wibawa Indonesia di mata dunia itu dikisahkan Basilio dengan menghadirkan banyak kisah yang dialaminya sendiri. 

Antara lain saat ikut rapat bersama pejabat tinggi Indonesia yang ternyata kurang memahami permasalahan yang terjadi di Timor Timur. Jadi bagaimana mungkin dapat mengambil keputusan yang baik tanpa mengetahui lebih dulu persoalannya? 

Begitulah kritik yang dilontarkan Basilio terhadap minimnya pengetahuan pejabat Indonesia terhadap Timor Timur. Di sisi lain, Portugal selalu menghadirkan diplomat andal yang dengan sigap memojokkan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun