Namun menurut Gidi, Dar merupakan satu-satunya agen yang sebetulnya tidak ikut secara langsung dalam operasi Susannah. Itu karena tugas Dar hanyalah merancang jalur pelarian dan Dar terbukti berhasil melakukannya sendirian. Lagi-lagi, Dar melakukan itu dengan berganti nama menjadi John Darling berkewarganegaraan Inggris. Kemudian Dar pergi ke Mesir dan menjalin persahabatan dengan keluarga Muslim di sana.
Sekembalinya ke Israel, setelah kegagalan Operasi Susannah, Dar kemudian diminta untuk membentuk dua jaringan spionase, termasuk diminta memimpin Unit 131, unit paling bergengsi di Mossad. Namun ia menolak tawaran itu dan memberikannya kepada agen yang lebih banyak memiliki pengalaman militer. Dar rupanya masih menyimpan kekecewaan dan kekesalannya akibat kegagalan Operasi Susannah.
Salah satu prestasi Dar yang dikenal menghindari secara langsung adalah saat operasi menghabisi Komandan Fedayeen Mesir, Mustafa Hafez. Sebelumnya, Israel telah cukup lama ingin menghabisi Mustafa tetapi selalu gagal. Mustafa adalah orang yang sangat piawai menghindari jebakan pihak Israel. Sampai suatu ketika, Dar merancang metode baru yang dikenal dengan 'bom kertas' atau 'bom buku'.
Dar kemudian meninggalkan dunia intelijen setelah Gidi lahir, dan memilih menetap di pegunungan Carmel. "Masa kecil saya ada di pegunungan dengan banyak senjata di rumah. Saya tahu ayah saya seorang mantan intelijen meski ia melarangnya untuk memberitahukan kepada siapapun. Orang-orang menjulukinya 'sang petani'.
Disadur dari: Mossad dad: A true hero of Israel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H