Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Menghadiri Pesta Nikah Batak di Perkotaan

13 Januari 2020   21:45 Diperbarui: 13 Januari 2020   21:47 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gedung yang biasa digunakan untuk menggelar pesta adat Batak di Jakarta dan sekitarnya (Foto: https://renycamanik.wordpress.com)

Bagi masyarakat Batak di perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lain-lain, mengadakan pesta pernikahan pada umumnya sudah dilakukan di sebuah gedung atau aula.

Lazimnya, di kota-kota besar di Indonesia, sudah tersedia pula gedung milik orang Batak yang khusus disewakan untuk keperluan pesta pernikahan warga Batak di kota tersebut.

Hal ini berbeda dengan masyarakat Batak di kampung halaman, yang secara turun-temurun selalu menggelar pesta adat pernikahan di halaman depan rumah. Tentu termasuk 'memborong' halaman rumah tetangga.

Di kota, kebiasaan seperti itu sudah pasti sulit dilakukan. Selain keterbatasan ruang, pesta Batak yang sudah pasti menyajikan daging babi dipastikan akan memicu masalah sosial.

Di Jakarta misalnya, gedung Gorga 1 hingga Gorga 4, gedung Hermina, atau gedung Sejahtera merupakan sedikit dari pilihan gedung yang tersedia. Masing-masing gedung tersebut punya ciri khas tersendiri, terutama soal tarif atau harga sewanya. Dari yang tergolong murah atau mahal.

Sewa gedung pesta Batak paling mahal setahu saya berkisar Rp 50 juta. Itu dari pagi hingga pukul 5 sore.

Sementara bila kantong menipis, keluarga mempelai masih ada pilihan lain. Yakni dengan menyewa gedung yang lebih kecil, seperti aula yang belakangan juga tersedia di beberapa gereja HKBP. Biaya sewa gedung milik gereja (biasanya menyatu dengan bangunan atau berada di lingkungan gereja) rata-rata sekitar Rp 10 juta per hari.

Itu sekilas soal tarif gedung. Belum termasuk biaya konsumsi dan lain-lain. Sehingga sebuah pesta Batak yang digelar di sebuah gedung bergengsi di Jakarta, rata-rata menghabiskan biaya hingga Rp 200 juta.

Uniknya, booking gedung sudah harus dilakukan jauh-jauh hari, dalam rentang waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Ini karena peminat gedung cukup banyak selain terbatasnya hari yang bisa dimanfaatkan untuk menggelar pesta adat.

Paling ramai di hari Sabtu, sebagian kecil 'terpaksa' di hari Jumat. Minggu, walau hari libur, sangat jarang dimanfaatkan menggelar pesta Batak, mengingat hari tersebut adalah waktunya ke gereja.

Sebagai masyarakat yang aktif berbaur ke segala lapisan, pesta Batak di perkotaan lazimnya juga dihadiri warga non Batak. Bahkan, warga non Batak dan beragama di luar Kristen. Tetapi tenang saja, pesta nikah Batak selalu memperhatikan tamu-tamunya. Jangan sampai kecewa, terutama soal makanan dan minuman. Wajib melimpah-ruah. Terpenting lagi, dijamin halal seratus persen bagi undangan nasional.

Ya, tetamu yang beragama Islam akan diarahkan ke ruangan yang bertuliskan "Nasional". Ruangan ini biasanya terletak di lantai atas gedung atau lantai dua. Ada juga yang bersebelahan dengan ruangan para tamu Batak.

Tetapi yang pasti, makanan dan minuman di ruangan Nasional dipastikan halal. Para pramusaji wanita di ruangan ini pun biasanya mengenakan pakaian khas Muslimah.

Lalu kapan tepatnya tamu non Batak datang ke pesta yang berlangsung dari pagi hingga sore tersebut? Soal ini, sebetulnya sudah banyak juga yang membahasnya. Tetapi biar lebih afdol, saya akan menuliskannya kembali.

Pertama, jika ingin sekaligus bersantap siang dan menghadiri pesta, datanglah pada pukul 12.00 hingga 13.00. Itu waktu yang tepat bersantap di ruangan Nasional. 

Namun bila hanya ingin hadir tanpa harus makan siang, pukul 13.30 merupakan waktu yang tepat untuk datang. Pada jam tersebut, seluruh tamu undangan sudah selesai bersantap siang.

Kedua, siapkan amplop bertuliskan nama lengkap atau nama panggilan, alamat (boleh menuliskan nama kota atau kantor saja). Penyerahan amplop ini berlangung saat acara salam-salaman kepada pengantin serta keluarga intinya.

Acara ini berlangsung tak lama setelah makan siang selesai, yakni sekitar pukul 13.30 hingga pukul 14.00. Di sinilah para tamu undangan berkesempatan menyalami pengantin sekaligus mengucapkan selamat berbahagia. Tentu tak bisa ketinggalan: berswafoto bersama pengantin yang berbahagia.

Lalu kepada siapakah amplop bertuliskan nama itu diserahkan? Pilihannya ada dua. Bisa langsung ke mempelai pengantin pria atau wanita, atau meletakkannya ke dalam wadah yang sudah disediakan di meja pengantin.

Keduanya boleh dan sama nilainya. Akan tetapi, agar lebih mengena, para tamu Nasional biasanya menyerahkannya secara langsung kepada mempelai atau kepada orangtua mempelai.

Oh ya, satu lagi, busana yang dikenakan tamu nasional juga bebas, tidak ada aturan mewajibkan mengenakan pakaian khas Batak. Boleh mengenakan setelan jas, batik, atau bahkan bergaya kasual. Bebas saja.

Usai acara salam-salaman tersebut, maka selesailah 'kewajiban' tamu Nasional. Itu berarti sudah bisa meninggalkan gedung tanpa adanya rasa bersalah sedikitpun. 

Namun bila berkenaan mengikuti tahapan demi tahapan adat hingga selesai, juga tak masalah. Akan tetapi, tamu Nasional seringkali merasa bosan saking panjangnya alur adat hingga rampung pada sore menjelang malam.

Jangankan tamu nasional, tamu lokal alias Batak itu sendiri, banyak juga yang kabur di tengah jalan. Maka yang tersisa hanyalah keluarga inti dari kedua mempelai.

Begitulah sedikit tips menghadiri pesta nikah orang Batak di perkotaan. Semoga bisa membantu. Horas...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun