Tuak, belum setenar bir. Tapi bagi orang Batak, tuak sangat terkenal. Digemari sebagian besar masyarakat Batak, harganya murah meriah. Minuman hasil sulingan dari buah pohon enau. Tergolong keras yang dapat memabukkan. Terutama bila ditenggak bergelas-gelas.
Di Huta Ginjang, Parsoburan, kampung kelahiran saya, ada sebuah Lapo (kedai) Tuak yang sengaja menuliskan kalimat imbauan di dindingnya. Seingatku, bunyinya begini:
 1-3 Biasa-biasa saja
4-6 Mulai Terasa
7-9 Tembok Sama Rata
10-13 Ambulans
Maksudnya agar pengunjung mengerem selera. Jangan terlalu asyik menenggak tuak. Bisa bahaya. Cukup 1-3 gelas saja. Tapi seperti biasa, imbauan itu kerap diabaikan. Hingga fase Tembok Sama Rata pun tak jarang terjadi. Dasar pemabuk!
Minum tuak sulit dilepaskan dari ritual "marmitu" alias bernyanyi bersama. Diiringi musik gitar, bisa satu pemain gitar tapi tak jarang juga dua gitar. Tergantung personil. Jangan ragukan soal vokalis, dijamin itu. Mau suara tenor, bariton, maupun bas semua lengkap. Indah jadinya.
Tapi apa hubungannya dengan pengacara sukses? Itulah yang ingin kita bahas. Kalau menurut "miliarder" Hotman Paris Hutapea, kiat sukses pengacara itu adalah menjaga penampilan. Kudu necis dan kinclong. Jangan jorok kayak baru minum tuak. Maka dengan kata lain, pengacara sebaiknya menghindari lapo tuak bila ingin sukses.
Menariknya, profesi pengacara saat ini banyak digeluti orang Batak yang sejak masa kecilnya telah mengenal tuak. Termasuk Hotman sendiri, yang juga masih asli kelahiran Tapanuli.
Penikmat tuak pun identik dengan mereka yang berprofesi sebagai petani, tukang bangunan, supir, tukang tambal ban, dan kerja kasar lainnya. Profesi yang tak butuh penampilan. Berbeda dengan pengacara.
Nah jika ingin sukses sebagai pengacara, penampilan adalah nomor satu. Tak boleh berbusana ala kadarnya seperti mereka yang nongkrong di kedai tuak. Bagaimana mungkin pengacara bakal dipercayai klien bila tak tampil kinclong? Itu pesan utama dari Hotman kepada pengacara (Batak) kalau ingin menuai sukses.
Bila mengikuti unggahan Hotman di akun Instagram miliknya, seruan agar tampil necis itu sebetulnya ditujukan kepada seorang pengacara yang sama sekali tak berdarah Batak. Hotman mungkin sangat jengkel dengan oknum pengacara itu hingga menyerempet ke "tuak".
Semoga saja omongan Hotman yang tergolong kurang enak didengar itu tidak membuat kesal para penikmat tuak. Sebaliknya dipetik sisi positifnya saja. Bahwa kalau ingin sukses, harus kerja keras. Khusus mereka yang berprofesi pengacara, jangan lupa jaga ketak penampilan. Bila perlu sampai habis gas.
Tarik Lae.....
Horas
Penikmat (tipis-tipis) tuak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H