Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kiat Sukses Pengacara ala Hotman, Jangan Jorok Kayak Baru Minum Tuak

21 Juli 2019   23:32 Diperbarui: 21 Juli 2019   23:40 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuak, belum setenar bir. Tapi bagi orang Batak, tuak sangat terkenal. Digemari sebagian besar masyarakat Batak, harganya murah meriah. Minuman hasil sulingan dari buah pohon enau. Tergolong keras yang dapat memabukkan. Terutama bila ditenggak bergelas-gelas.

Di Huta Ginjang, Parsoburan, kampung kelahiran saya, ada sebuah Lapo (kedai) Tuak yang sengaja menuliskan kalimat imbauan di dindingnya. Seingatku, bunyinya begini:

 1-3 Biasa-biasa saja
4-6 Mulai Terasa
7-9 Tembok Sama Rata
10-13 Ambulans

Maksudnya agar pengunjung mengerem selera. Jangan terlalu asyik menenggak tuak. Bisa bahaya. Cukup 1-3 gelas saja. Tapi seperti biasa, imbauan itu kerap diabaikan. Hingga fase Tembok Sama Rata pun tak jarang terjadi. Dasar pemabuk!

Minum tuak sulit dilepaskan dari ritual "marmitu" alias bernyanyi bersama. Diiringi musik gitar, bisa satu pemain gitar tapi tak jarang juga dua gitar. Tergantung personil. Jangan ragukan soal vokalis, dijamin itu. Mau suara tenor, bariton, maupun bas semua lengkap. Indah jadinya.

Tapi apa hubungannya dengan pengacara sukses? Itulah yang ingin kita bahas. Kalau menurut "miliarder" Hotman Paris Hutapea, kiat sukses pengacara itu adalah menjaga penampilan. Kudu necis dan kinclong. Jangan jorok kayak baru minum tuak. Maka dengan kata lain, pengacara sebaiknya menghindari lapo tuak bila ingin sukses.

Menariknya, profesi pengacara saat ini banyak digeluti orang Batak yang sejak masa kecilnya telah mengenal tuak. Termasuk Hotman sendiri, yang juga masih asli kelahiran Tapanuli.

Foto: Instagram/@hotmanparisofficial
Foto: Instagram/@hotmanparisofficial
Barangkali, Hotman menganggap kalau minum tuak itu identik dengan selera masyarakat kelas bawah. Itu tadi, harganya memang murah meriah, berkisar 2.000-3.000 saja per gelas. 

Penikmat tuak pun identik dengan mereka yang berprofesi sebagai petani, tukang bangunan, supir, tukang tambal ban, dan kerja kasar lainnya. Profesi yang tak butuh penampilan. Berbeda dengan pengacara.

Nah jika ingin sukses sebagai pengacara, penampilan adalah nomor satu. Tak boleh berbusana ala kadarnya seperti mereka yang nongkrong di kedai tuak. Bagaimana mungkin pengacara bakal dipercayai klien bila tak tampil kinclong? Itu pesan utama dari Hotman kepada pengacara (Batak) kalau ingin menuai sukses.

Bila mengikuti unggahan Hotman di akun Instagram miliknya, seruan agar tampil necis itu sebetulnya ditujukan kepada seorang pengacara yang sama sekali tak berdarah Batak. Hotman mungkin sangat jengkel dengan oknum pengacara itu hingga menyerempet ke "tuak".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun