Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tapak Samar Penginjilan di Habinsaran, Tobasa

6 Oktober 2013   22:16 Diperbarui: 24 April 2019   00:16 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parsoburan, sebuah desa yang kini sedang bergeliat menuju perkotaan merupakan ibukota Kecamatan Habinsaran, berjarak 50 kilometer dari Balige, ibukota Kabupaten Tobasa, setelah dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara pada 1999. 

HKBP Parsoburan berdiri tegak di sisi kiri jalan dari arah Balige. Letaknya tidak jauh dari kantor camat, di belakangnya terdapat pekuburan umum. Untuk mengetahui kapan tepatnya gereja ini berdiri cukup memperhatikan empat angka yang tertera di bagian horizontal salib, di pucuk menara gereja. 

Di sana tertulis 1936, yang tak lain adalah tahun diresmikannya HKBP Parsoburan. Kecuali tahun berdiri, tidak ada lagi petunjuk yang bisa ditelusuri tentang latarbelakang gereja yang kini berusia hampir seratus tahun itu. 

Akan tetapi, dari berbagai literatur yang berhasil ditelusuri, masih ada fakta sejarah lain yang teramat sayang untuk dilewatkan. Yakni, siapakah pendeta pertama yang melayani HKBP Parsoburan? “Pendeta Jason Simatupang,” tulis Pirmian Tua Dalam Sihombing, dalam sebuah bukunya yang mengulas tentang perjalanan Pendeta Albert Sihombing-Lumbantoruan dan istrinya Orem boru Hutabarat. 

Pendeta Albert merupakan ayah kandung Pirmian, zendeling pribumi ketiga yang ditempatkan Nommensen di kawasan Toba Habinsaran, berkedudukan di Sitorang dan Parsambilan. Pendeta Albert cukup lama melayani jemaat di Toba Habinsaran. 

Pendeta Albert dapat dikatakan bertugas mengawal Tuan Weissenbruch, zendeling muda yang berkedudukan sebagai pendeta resort di jemaat-induk Sitorang. Pada mulanya jemaat Parsambilan dengan kedudukan induk resort di godung Losung Batu adalah tempat kedudukan seorang zendeling Jerman, sama seperti jemaat tetangganya, Sitorang. 

Pada dasawarsa 1890-an, untuk pertama kali Ephorus Nommensen sudah menempatkan seorang zendeling ke Parsambilan, yakni George Yung, yang lebih tersohor dikenal warganya dengan sapaan Tuan Jung. 

Zendeling inilah yang menerima tanah hibah yang cukup luas dari raja-raja kawasan Parsambilan, yakni Raja Punsaha Langit dan kedua adiknya Raja Puniahi dan Raja Patugaram bermarga Sitorus. Ketiganya adalah keturunan langsung dari Raja Sigodangtua, cucu Raja Matasopiak, melalui putranya Raja Manjunjung. 

Lewat sebuah peraturan reorganisasi zending atas prakarsa petinggi RMG di Barmen, Jerman pada 1910, beberapa jemaat pelayanan zendeling dalam jarak yang dianggap terlalu berdekatan, cukup digabungkan menjadi satu. Sejalan dengan kebijakan itu pula, sistem distrik diperkenalkan dan diberlakukan. Sejak tahun 1911, Distrik Toba dibentuk, dan dipimpin oleh Praeses Meerwaldt. 

Tempat kedudukan zendeling di kawasan Toba Habinsaran yang digabungkan itu, ditetapkan di Sitorang yang amat dekat dengan godung Losungbatu. Karena itu, untuk pertama kali pada tahun 1911, jemaat Losungbatu bukan lagi berstatus resort, dalam pengertian yang dipimpin seorang zendeling. 

Meskipun demikian, jemaat Losungbatu masih tetap membawahi atau mengkoordinasi banyak huria pagaran (jemaat cabang) lainnya, di luar yang masuk ke jemaat-induk Sitorang. Yang ditetapkan akan memimpin jemaat-induk Losungbatu sejak reorganisasi itu adalah seorang "hulp-zendeling" alias pembantu-zendeling atau pendeta-pribumi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun